Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku - Bab 247 Enam Belas Milyar

Aku baru saja selesai mengatakannya, ekspresi ketiga orang di kaca spion berubah drastis, Clay berkata, “Jangan, Roman, kamu tidak boleh membunuh kami, jika kalian membunuhku, putra dan putri Jack akan segera mati!”

“Ya, kami sudah membuat janji dengan orang lain, kalau dalam tiga jam tidak menerima balasan kami, maka akan langsung dibunuh, kalau kalian masih ingin kedua anak itu tetap hidup, maka kalian harus menjamin keselamatan kami.”

Clay terlihat seperti kucing yang diijak ekornya yang sudah mengetahui kelemahannya, wajahnya berubah menjadi merah.

Detik berikutnya, mobil berhenti mendadak, dan Roga memalingkan kepalanya dengan mata merah: “Berita yang kami dapatkan hanya untuk memastikan hidup kalian tetap aman, bukan untuk memastikan keutuhan tubuh.”

Senyuman di wajah Mark dan mereka bertiga seketika hilang, dan berubah menjadi pucat, lalu kedua teman yang ada di belakang juga tidak segan, memarahi sambil memukul mereka, hingga wajah ketiganya bengkak seperti bab*.

Aku dan Roga bertukar tatapan, berpikir bagaimana menghadapi 3 jam yang dikatakan Clay, ditengah jalan terdengar bunyi sirine polisi, Roga melaju dengan cepat tanpa melambat, dan aku melihat wajah semangat Carlos dari kaca, dia sama sekali tidak memperhatikan kami, atau pura-pura tidak memperhatikan kami, terlebih tadi sudah menelepon, dan dia termasuk orang lebih memahami gayaku.

Setelah mobil polisi menghilang dari pandangan kami, aku dan Roga masing-masing menelepon, Roga memberitahu teman-teman yang menjaga di sana sudah boleh pergi, dan aku menelepon Carlos memberitahunya detail lokasi.

Yang bisa diprediksi adalah, Kepala polisi Carlos akhir-akhir membuat prestasi besar, kalau ada pimpinan yang bisa membantunya, naik satu tingkat keatas itu akan lebih baik.

Misalnya Hacken Su.

Aku mematikan telepon, melihat Clay mereka bertiga di belakang, “Mark, apakah masih ada yang ingin kamu katakan?”

Mark yang mendengar aku memanggilnya, tersenyum dan berkata: “Tidak ada.”

Dia berusaha menyembunyikan tubuhnya ke samping tubuh Clay.

Aku menghela nafas, “Sebelumnya kalian masih sok hebat, sayangnya tidak lama kemudian, kalian sudah menjadi tawananku, Clay, Mark dan kamu Luke, aku beri kalian satu kesempatan, kalian harus manfaatkan kesempatan ini.”

“Hmph, Roman, omong kosong apa, dari sini ke Chiang Rai membutuhkan waktu setengah jam, setelah memasuki Chiang Rai gerak-gerik kalian semakin sulit, kamu pasti ingin kami menelepon ke sana mengatakan kami baik-baik saja, demi menyelamatkan nyawa kedua anak itu. Mark, Clay, jangan dengarkan omong kosongnya! Selama di tangan kita masih ada anak Jack, Roman tidak berani melakukan apa-apa pada kita.”

Luke tidak lain adalah paman mereka dari keluarga Gong, saat ini dia tenang dengan cepat, mengerti maksudku, dan mengingkatkan mereka.

Aku tertegun, “Luke, apakah otakmu sudah rusak? Tadi Roga baru saja mengingat kalian, yang diinginkan kak Jack adalah keselamatan nyawa kalian, lagipula rahasia terbesar kalian sudah kami ketahui, kamu pikir aku sekarang membunuh kalian, Kak Jack akan melakukan sesuatu padaku?”

“Roga, hentikan mobil.”

Ketika aku mebuka pintu mobil, ketiga orang itu di dorong keluar oleh kedua teman, dan terjatuh ke tanah, seperti seekor anjing memakan kotoran, meskipun saat ini berada di jalan raya, aku yang marah sudah tidak peduli begitu banyak.

Aku melihat sekeliling, mengambil tongkat setebal lengan, menunjuk ke arah Luke, berkata: “Apa yang kamu katakan tadi?”

Luke tertegun, menundukkan kepala tidak mengatakan apa-apa.

Aku memandang Clay dan Mark, Clay masih bisa mengeluarkan senyum, sebelumnya kaki Mark sudah patah satu, saat ini melihat situasi ini, dia panik dan tubuhnya terus bergerak mundur.

“Aku pernah mengatakan, masalahku dengan keluarga Gong tidak akan begitu mudah dipahami oleh rumah sakit, 16 Milyar? Kalian terlalu memandang tinggi iming-iming uang itu. Terlebih kalian tadi berencana menghabisi nyawaku!”

Aku tersenyum, ketika sedang berbicara aku tiba-tiba memukul lengan Luke, Kreak, terdengar suara retakan tulang, karena menggunakan tenaga yang terlampau kuat jariku menjadi kebas.

Luke berteriak “Aah”, belum sempat berteriak, seorang teman dengan terampil menutup mulut dan hidungnya, kedua matanya membelalak besar.

Clay dan Mark lebih parah, mereka berdua tertegun, langsung berlutut di tanah, berteriak keras JANGAN.

“Awalnya mengira kalian yang galak, ingin membunuhku, tidak disangka hanya ingin membuatku cacat, kalau begitu, untuk sementara aku akan membiarkan kalian hidup.”

Melihat orang-orang seperti ini, aku menghembuskan nafas bahagia, Roga dan beberapa orang di samping juga menunjukkan tatapan rileks di mata mereka.

Aku tahu, aku dan keluarga Gong, selamanya tidak mungkin ada perdamaian, kalau bukan mereka mati, berarti aku hidup.

“Luke, ngomong-ngomong seharusya aku memanggilmu paman.”

Selesai mengatakannya aku melempar tongkat itu, lalu memapah Luke naik ke mobil, “Aduh, paman Luke, lihat lenganmu apa yang terjadi, Thailand terlalu terpencil, di jalan yang begitu besar, tidak ada CCTV, dan sepi, lihat dirimu tidak hati-hati, melukai lenganmu hingga seperti ini.”

Aku berkata dengan mengerikan kepada Mark dan Clay, “Kalian naik ke mobil sendiri atau aku antar kalian naik?”

Kedua orang itu bergegas masuk ke belakang mobil, karena takut aku akan mengambil sebatang tongkat memukul mereka.

Liudy menyalakan mobil, aku berkata, “Sudah menghabiskan beberapa menit, Roga, cepat sedikit.”

Selesai mengatakannya aku memandang spion, wajah Luke putih pucat, mengeluarkan keringat besar, aku tertawa, “Tadi berbicara sampai mana? Oh iya, aku ada satu kesempatan.”

“Aku bersedia.”

“Aku bersedia.”

Baru saja mengatakannya, Clay dan adiknya segera menjawab.

“Kalau begitu aku juga tidak banyak omong, karena bersedia, sekarang kalian telepon orang yang ada di Chiang Rai? Beritahu mereka lepaskan orang.”

“Lepaskan orang itu tidak mungkin, di sana bukan hanya ada orang kami, ada orang kak Timothy juga…”

Ucap Clay dengan pelan, aku mengerutkan kening, “Roga, berhenti…”

Belum selesai mengatakannya, kedua orang ini sudah menyela kata-kataku mengatakan‘aku coba’.

Aku menyerahkan telepon ke Mark, sebelumnya hanya Mark yang terus berkomunikasi denganku, saat ini tentu saja dia yang menelepon ke sana agar lebih meyakinkan.

Telepon terhubung dengan cepat, suara Mark sedikit tidak alami, berkata, “Aku Mark.”

Aku berbisik, “Buka speaker.”

Terdengar suara seseorang diujung telepon, tapi tidak terdengar jelas, Mark kembali berkata: “Aku tidak apa-apa di sini, Roman sudah…kami tangkap. Kalian lepaskan kedua anak itu dulu.”

“Lepaskan orang?……persetan kamu Mark, apakah kalian ditangkap? Dasar sampah kalian bertiga, aku memberi kalian puluhan prajurit bayaran, malah tertangkap oleh Roman seorang!”

Ada suara emosi dari ujung telepon, aku tiba-tiba bisa mengenali suara itu, ternyata suara Timothy.

Hatiku terdiam, dan langsung mematikan telepon itu, Mark memandangku sambil menelan ludah, “Sudah aku katakan, lepaskan orang tidak mungkin, sekarang mereka sudah menyadari ada yang tidak beres, bahkan…”

“Bahkan apa?”

“Ada kemungkinan membunuh lebih dulu.”

Aku berkata, “Baik, kalau mereka membunuh lebih dulu, tidak ada gunanya kalian bertiga hidup lagi.”

Novel Terkait

Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu