Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku - Bab 160 Pertarungan Sengit

Peninju yang tadi antara sudah selesai tandingnya atau disuruh turun oleh Warren. Ring tinju kosong, di atas ring tinju ada beberapa orang yang sedang menggunakan handuk untuk mengelap lantai dan penonton yang di bawah juga sedang berdiskusi.

Setelah aku keluar dari lorong, orang orang disekitar mulai melihat ke arahku. Mereka melihat aku bertelanjang dada dan perban tinju di tangan, mereka langsung bersorak gembira.

Banyak orang menunjuk aku dan mulai bertanya kepada orang di sebelahnya tentang darimana aku berasal, apakah aku hebat atau tidak?

Mereka telah menganggapku sebagai peninju.

Tunggu lawanku keluar, mereka akan menganalisis kekuatan dan kelemahan aku dan ia, lalu mereka akan bertaruh.

Aku berjalan mengarah kerumunan melewati jalur otomatis dan berjalan kearah bawah ring tinju.

Aku menyadari bahwa Bayu dan Wenny berada dibawah ring tinju, ditempat yang mendekati ring tinju.

"Roman, sudahlah."

Saat aku baru mau naik ke ring tinju, tiba-tiba saja Wenny menarik tanganku dan berbicara dengan ekspresi wajah yang tidak tenang.

Aku tersenyum, "Tenang saja, tidak apa-apa."

"Tetapi...."

"Saat di lantai dua tadi, aku sangat membenci wajahnya dan ingin meninju wajahnya sejak tadi. Lagipula, meninju itu sangat seru dan menarik.

Wenny menggigit bibirnya, pada akhirnya dia melepaskan lenganku.

"Kalian tunggu disini aja, jangan pergi kemana-mana. Bruce dan orang suruhannya akan melindungi kalian."

Setelah selesai bicara, aku menarik tali di ring tinju dan langsung melompat naik.

Penonton dibawah semakin semangat, sorakan dan siulannya semakin kencang.

Aku sebenarnya sedikit panik karena ini pertama kali aku berada di ring tinju, pertama kali melihat banyak penonton. Dulu saat dipenjara aku hanya berkelahi dengan Jack, mana ada penonton disitu.

Basero juga ikut melompat naik ke atas, dan berbisik di telingaku mengenai informasi tentang Sungky.

Meskipun sebelumnya aku belum pernah melihat Sungky, tetapi menurut yang diucapkan oleh Basero, katanya ia sangat hebat. Gerakannya sangat cepat, dan tinjuannya juga sangat keras. Wajahnya yang alim itu merupakan giuran terbesar untuk musuhnya, biasanya musuh yang lain akan menganggap Sungky remeh karena penampilannya. Lalu, semua tidak berjalan sesuai dengan ekspektasinya si musuh, karena Sungky akan langsung menghabisinya.

Sungky mempelajari Muay Thai tradisional, dan kehebatan dari Muay Thai tradisional yaitu bagian teknik dari kakinya. Kelincahan Sungky membuatnya lebih cepat dalam mengeluarkan teknik kakinya, dan juga serangan siku dan lututnya sangat lincah. Basero menyuruhku untuk memperhatikan gerakan serangannya.

Jika dibandingkan dengan ia, kekuranganku adalah tidak mengikuti latihan. Seranganku benar-benar seperti preman di jalanan.

Hanya saja waktu 3 tahun dipenjara, awal 2 tahun aku sering berkelahi dengan Jack seperti orang yang tidak butuh nyawa. Satu tahun belakangan, jika aku tidak ada urusan aku juga sering mengajak Jack berkelahi. Bisa dibilang pengalamanku tidak cukup sedikit jika dibandingkan dengan Sungky, dan seranganku juga lebih kejam daripada ia.

Waktu Jack dipenjarakan, tiga orang yang membantunya juga ikut dipenjarakan. Berkelahi dengan tiga orang tersebut juga merupakan pengalaman yang lumayan baik, salah satunya dari mereka ada seorang peninju yang sangat hebat, aku juga belajar banyak dari ia.

Lagipula, saat aku dipenjara hampir setiap hari aku push-up dan sit-up. Kebugaran dan kekuatan fisik aku jelas tidak kalah dengan Sungky.

Bikin ia babak belur sepertinya mudah.

Beberapa saat setelah aku naik di atas ring tinju, Sungky juga keluar dari ruang ganti pakaian dan jalan keluar dari lorong.

Ia juga menganti celana pendek peninju, perban tinju di telapak tangannya, masing-masing lengannya diikat dengan satu sabuk, dan juga memakai ikat kepala di kepalanya.

Menurut orang Thailand, yang ada di lengannya itu bernama Ba Jie dan yang di kepalanya bernama Meng Kong, merupakan barang yang menunjukkan simbol keberuntungan di Muay Thai.

Orang yang mempelajari Muay Thai biasanya akan membawa dua barang itu. Setelah naik ke panggung biasanya akan melepas ikat kepalanya itu, tetapi ada juga yang tetap memakai sabuk di lengannya.

Aku bukan orang Thailand, tentu saja aku tidak menggunakan barang itu.

Setelah melihat Sungky, kondisi ruangan di studio tinju mulai tenang. Sejenak setelah itu, sorakan menjadi lebih kencang.

Mereka tahu, Sungky adalah orang yang paling hebat disini. Melihat yang paling hebat naik ke atas panggung, tentu saja mereka semakin semangat.

Tidak lama kemudian, mereka tahu bahwa pertandingan kali ini tidak ada taruhan. Banyak penonton langsung kecewa, mereka datang ke sini untuk taruhan. Karena dengan adanya taruhan akan membuat pertandingan semakin seru.

Tetapi Warren tidak membuka taruhan, karena yang satunya merupakan anaknya, dan satunya lagi orang yang ia tidak berani usik.

Sungky naik ke ring tinju, setelah berdoa dia melepaskan ikat kepalanya.

Sebenarnya ia bisa kelihatan lemah hanya karena postur tulangnya yang kecil, ototnya besar, badannya sangat kuat terutama bagian otot di kedua kaki, kelihatan sekali serangannya sangat kuat.

Disini tidak ada wasit, hanya ada Sean yang keliatannya lemah.

Bisa juga di bilang bahwa pertandingan ini tidak ada aturannya, menang atau kalah ditentukan dengan cara salah satu dari kita sudah tidak bisa bangun.

Sean sepertinya sudah tahu masalahnya, dia berteriak dengan mukanya yang sedikit tegang. Dia tidak menyebut namaku dengan Sungky, dan dia berkata ini hanya pertandingan pertemanan, tidak ada taruhan, juga tidak ada yang kehilangan nyawa.

Mengikuti suara arahan Sean "GO", aku langsung berjalan dari pojok sudut ke tengah ring tinju.

Sungky menunduk kepalanya sedikit, mengigit bibirnya, dan berjalan ke arahku.

Aku berbicara dengannya sambil tersenyum: "Sungky, aku sudah memberimu kesempatan. Kamu yang cari masalah sendiri, aku sarankan kamu untuk jangan terlalu tegang. Serius dengan pertandingan ini atau tidak seranganku akan lebih kejam."

Ia tidak menjawab hanya menempatkan kedua tangannya didepan, dan memberi hormat kepadaku.

Sejenak setelah itu, pandangannya menjadi seram.

Aku tidak bersenyum lagi dan aku juga memberinya hormat. Lalu menempatkan kaki kiri didepan, perlahan-lahan mendekati ia.

Ia tidak mundur, dan juga tidak menyerang. Ia hanya memposisikan kedua tangannya, perlahan-lahan menggeser tangannya.

Orang-orang yang lincah dan gesit akan menyukai taktik ini, ia terus mengubah posisi dan rute untuk memobilisasi lawan. Menggunakan gerakan perpindahan yang cepat untuk merebut peluang atau menghindari serangan lawan.

Sangat bisa dipastikan, gerakan Sungky lebih cepat dari aku.

Ia jelas terlatih secara khusus, gerakannya stabil dan ia dapat mempertahankan fleksibilitas yang cukup di setiap langkah dan jangka jarak.

Jika dibandingkan dengan ia, aku seperti orang awam. Meskipun aku bisa mempertahankan fleksibilitas, tetapi langkahku sangat ceroboh. Aku tidak berani bergerak dengan cepat, karena takut ketahuan kelemahanku.

Selangkah pelan selangkah cepat, Sungky berhasil memasuki areaku, aku semakin kelihatan ceroboh.

Dibawah panggung orang yang tidak kenal Basero mulai menertawakan, ada juga orang sombong yang meledeki aku bahwa aku seperti babi, dan ada juga yang sambil membuat pose jempol ke bawah.

Aku tidak membiarkan diri aku terpengaruh oleh ejekan orang-orang di bawah, menjaga kesabaran saya, dan selangkah demi selangkah mempersempit ruangan Sungky.

Akhirnya, aku menghimpit Sungky sampai ke pojok.

Mungkin ia sudah tahu ia tidak bisa mengelilingi lagi atau mungkin juga ia sudah mendapat kesempatan. Di saat aku melangkahkan kakiku untuk melakukan serangan, tiba-tiba saja Sungky menendang ke arah pahaku dengan keras.

Aku tidak sempat menghindar, hanya bisa menahan rasa sakit dari tendangannya.

Kekuatan yang besar membuatku merasa kakiku seperti patah, rasa sakit yang parah membuatku hampir saja terjatuh.

Tetapi aku bertahan, disaat ia sedang memperbaiki posisinya, aku langsung menghimpitnya lagi, meninju dia berkali-kali.

Ia menggunakan kedua tangannya melindungi kepalanya, setelah meninjunya dua kali tiba-tiba saja ia mengangkat sikunya.

Aku menghindari serangan sikunya, dan juga ia berhasil keluar dari pojok itu.

Ia mulai menggunakan taktik mengelilingi nya lagi.

Novel Terkait

The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu