Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku - Bab 290 Jangan Bergerak

Pria bertubuh kekar itu menjerit kesakitan, dia bersandar di dinding sambil menutupi luka kakinya, keringat dingin mulai bercucuran, sedangkan pria kekar satunya lagi, dengan secepat kilat dia berusaha bersembunyi untuk menghindari bidikan yang ada.

Pada saat yang bersamaan, para preman lokal yang tersisa mulai sedikit ragu-ragu, raut wajah mereka terlihat bingung mendengar perintah dari Mark, mereka terdiam di tempat dan tidak berani bertindak gegabah.

Lagi pula, mereka harus belajar dari kesalahan orang lain, karena polisi telah melepaskan sebuah tembakan, maka mereka hanyalah bisa menyerah.

Namun, pada detik berikutnya, kedua bola mata Mark semakin memerah, dengan menggertakkan giginya, berkata, “Cepat maju! Bunuh dia! Siapa yang bisa membunuh dia, 4 miliar segera ditransfer!”

4 miliar?

Aku dibuat kaget, ternyata di bank Mark masih tersimpan sekian miliar, tidak salah lagi Mark memang bagian dari Keluarga Gong, dia rela meronggoh sekian miliar hanya untuk membunuhku.

Jika aku di posisi itu, aku akan mengambil sebagian besar resiko itu, lagi pula, setelah mendapatkan 4 miliar, aku sudah tidak perlu lagi mencemaskan biaya kehidupan ke depan.

Aku saja mempunyai pikiran seperti ini, apalagi dengan para preman lokal ini, seketika mata mereka semua mulai memerah, mereka mati-matian mulai menyerang ke arahku dengan senjata yang ada di tangan, dan aku hanya memperhatikan titik lemah mereka.

Selain itu, pria bertubuh kekar satunya juga mulai beraksi, dengan pisau sanleng di tangannya, dia mulai berlari ke arahku.

Aku menghelakan napas, demi uang orang-orang rela mati dan melakukan apa saja.

Detik berikutnya, sekerumunan orang-orang ini telah sampai di hadapanku, tanpa pikir panjang, aku segera bersandar ke samping dan menghindari sebagian besar serangan, lalu pada saat yang bersamaan, aku mengayunkan tongkatku dari bawah ke atas, dan dua preman lokal yang sedang membawa parang menjerit kesakitan terkena pukulan dariku.

Dan aku juga kewalahan, serangan kuat yang baru saja aku layangkan membuat aku tak kuasa memegang tongkatku sendiri.

Lalu, mantan prajurit itu mulai menyerangku dengan secepat kilat, aku hanya bisa menghindarinya, untungnya preman lokal itu hanya tersisa kurang dari sepuluh orang, dan juga pria kekar itu telah tumbang satu, maka dari itu, tekananku sudah berkurang banyak sekali, dan aku masih sanggup untuk mengatasinya.

Tiba-tiba, seorang preman lokal memperlihatkan titik lemahnya di hadapanku, dan aku hendak bersiap untuk membalasnya, seketika terdengar sebuah teriakan panik menusuk telingaku.

“Hati-hati, Roman!”

Suara bercampur kepanikan itu terdengar dari belakangku, baru saja aku memutar badanku, sebatang kayu melayang bebas menghantam kepalaku.

Itu adalah stick nunchaku milik pria kekar berbaju hitam.

Stick nunchaku!

Dari yang aku tahu, stick ini adalah senjata yang paling tahan banting, dan poin pentingnya ini merupakan stick nunchaku khusus, dan mereka tidak menggunakan alat ini pada pertempuran dulu, dan ini membuat aku mengabaikan keberadaan senjata ini.

Dan yang paling penting adalah, pria kekar yang satu ini baru saja telah dilumpuhkan, kakinya telah cedera, dan dia hanya bisa beristirahat di pojokan sana, dan aku pikir dia sudah kehilangan tenaganya untuk bertarung, tapi siapa sangka lagi-lagi aku dipaksa ke pojokan karena kesalahanku.

Tidak perlu dipikirkan lagi, jika sebuah stick itu mengenainya, maka detik berikutnya akan ada serangan bagai badai yang menghantamnya.

Aku sangat menyesal, tapi sudah terlambat bagiku untuk menghindar, apakah aku akan mati di sini?

Phong! Phong!

Tiba-tiba pada saat ini, suara tembakan kembali terdengar, pria kekar yang masih tersenyum ganas di hadapanku, seketika membungkuk ke sisi lain, karena salah satu lengannya telah tertembak.

Keringat dinginku terus mengucur bagai hujan, aku berbalik badan dan mendapati pria kekar yang tengah bersandar di dinding itu telah tertembak di bagian dadanya, dan darah segar pun bercucuran.

Para preman lokal lain itu pun mulai menghentikan gerak-geriknya, mereka terlihat gugup melihat sekeliling, begitu pula dengan Mark, dia juga terkejut, aku benar-benar merasa tenang saat ini, lalu berusaha menyandar di dinding agar diriku tidak terjatuh.

“Aku sungguh tidak percaya umurmu begitu panjang, Roman!”

Raut wajah Mark mulai berubah, tiba-tiba dia mengeluarkan sebuah benda berwarna hitam dari balik bajunya, aku sangat familier dengan benda, karena aku sering menggunakannya waktu di Vietnam.

Pistol Glock!

Pada saat yang sama, pintu gudang didobrak, cahaya dari luar menerangi gudang seketika, aku juga ikut merasakan kesilauan, menghadapi bahaya yang akan datang, naluriku membuat aku memejamkan mataku seketika, lalu bergerak tanpa henti dan menjongkok di sisi lain.

“Phong!”

“Phong!”

“Jangan bergerak! Polisi!”

“Letakkan semua senjata kalian! Jongkok dan tangan di atas kepala!”

Kemudian disertai dengan dua tembakan sekaligus, aku merasakan bulu kudukku mulai menari-nari di atas tubuhku, aku merasa aku sudah berada di ambang kematian dan pada detik berikutnya, aku menyadari ternyata diriku masih dalam kondisi sadar.

Perlahan-lahan aku membuka mataku, aku sudah terbiasa dengan situasi yang ada di dalam gudang ini, tapi tiba-tiba sekelompok polisi bergegas masuk, dan sekelompok preman lokal tadi terlihat sedang berjongkok dengan tangan di atas kepala mereka, lalu pria kekar yang bersenjata pisau sanleng juga membuang senjatanya, dan ikut berjongkok menghadap tembok.

Dan juga terlihat beberapa polisi mengelilingi Mark, dan saat ini lengannya telah berlumuran darah menjulur ke bawah dengan tidak wajar, raut wajahnya sangat mengerikan, dia menatapku dan berteriak, “Roman, kenapa kamu masih belum mati? Aku mau membunuhmu!”

Namun, pistol Glock itu telah ditending oleh polisi ke sisi lain dan telah dibungkus oleh kantong plastik.

Melihat Mark yang hendak bergerak, dua polisi lain segera menghalanginya menarik lengan Mark yang tengah terluka, dan dia hanya bisa meraung.

Dan di saat yang sama, terlihat masih ada beberapa polisi yang terus berlarian masuk ke dalam gudang, beberapa polisi itu mulai mengarahkan pistolnya ke arah tiga anak buah yang sedang mengawasi Imel dan lainnya, ketiga anak buah itu juga tidak berkutik, mereka segera berjongkok dan meletakkan kedua tangannya ke atas kepala. Entah apa yang merasuki Adit, dia terlihat begitu emosi lalu menendang salah satu anak buah itu, anak buah itu pun segera beranjak dan ingin membalasnya, tapi setelah melihat polisi yang ada di sekitarnya, dia pun kembali berjongkok.

Jilly segera berlari dan menangis di pelukan Adit setelah ikatannya dilepas, begitu juga dengan Imel, dia menggigit bibirnya dan menghampiriku, lalu bertanya padaku apakah aku baik-baik saja, dan bertanya kenapa aku datang menyelamatkannya?

Aku menatap matanya dengan lekat, raut wajah Imel semakin merona, aku pun menghiburnya dengan beberapa kata, mengingat Mark telah memberinya obat perangsang, aku pun segera memanggil seorang polisi untuk mengurusnya.

Akhirnya, ketika aku melihat sesosok wanita pemberani berjalan masuk di pintu gudang, aku seperti bola yang kempes, seketika sekujur tubuhku merasa ringan dan tak berdaya, aku tidak bisa mengendalikan tubuhku, lalu aku terduduk di lantai dengan napas terengah-rengah.

Aku meratapi belakangku, terlihat sebuah lubang besar di mana tempat aku berdiri tadi, sepertinya itu bekas ditembak oleh pistol Glock tadi.

Dan aku merasa, nyawaku lagi-lagi terselamatkan.

Odele memakai sebuah topi besar berjalan ke arahku, dengan penuh khawatir, dia bertanya padaku, “Roman, apa kamu baik-baik saja?”

Aku tersenyum pahit, “Apa aku terlihat tidak apa-apa?”

Odele memutarkan bola matanya, “Sebenarnya sudah menggunakan pistol, tapi karena ini di Kota Yanjing. Aku tidak tahu apa yang sudah kamu lakukan dulu, kenapa bisa terlibat terus dengan orang-orang ganas seperti ini.”

Aku berkata, “Kakak besar, seandainya kamu datang lebih awal, Mark juga tidak akan menggunakan pistolnya.”

Odele menjulurkan lidahnya padaku, “Hal pertama yang kami pentingkan adalah keselamatanmu, tapi karena kalian terus berkelahi, penembak jitu yang kita sewa tidak berani melepaskan tembakan, dan akhirnya setelah melihat kamu dalam bahaya, barulah dia melepaskan tembakan, kalau tidak, aku tidak tahu lagi apakah kalian bisa keluar dari pintu ini dengan hidup-hidup.”

Novel Terkait

Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
3 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu