Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku - Bab 49 Membalas Kejahatan dengan Kebaikan

Baru saja aku melepaskannya, lalu ia langsung melayangkan tangannya kearah wajahku.

Aku menahan pergelangan tangannya dan tersenyum tipis melihatnya.

Ia dengan kesal melepaskan tangannya, berbalik badan langsung keluar.

“Direktur Elina, aku tadi lupa bertanya kepadamu. Apakah aku masih termasuk karyawanmu?”

“Kamu dipecat!”

“Haha, Direktur Elina harus pikir baik-baik. Kalau aku dipecat, maka kamu tidak perlu menjalankan proyek BTT. Aku bersedia bantu menghalangimu.”

Elina menoleh balik. “Kamu berani?”

“Mengapa aku tidak?”

Elina tidak berbicara dan menatapku penuh kebencian.

“Direktur Elina, aku tidak akan memerkosamu lagi. Aku hanya ingin mengencanimu, apakah kamu harus memecatku? Bahkan kamu saja begitu jahat, proyek kali ini terganggu, memang ada apa? Aku sudah cukup baik tidak membuat namamu menjadi buruk.”

“Baiklah. Aku lihat bagaimana kamu ingin mengencaniku.”

Setelah mengatakan itu, Elina mendengus pelan dan berbalik badan pergi.

Aku tertawa dan merasakan ulang dadanya dan bibirnya.

Ia sangatlah bodoh, tapi seharusnya tidak sebodoh hingga tidak ada kemampuan untuk analisa.

Ia hanya perlu bertanya kepada Avara atau Swadito, lalu menggabungkan kata-kata yang kukatakan kepadanya, seharusnya bisa menganalisa bahwa adanya kejanggalan pada masalah ini.

Aku tidak berharap ia sepenuhnya percaya kepada kata-kataku. Aku juga tidak berharap ia mencurigai Mark. Aku hanya perlu ia berwaspada terhadap Mark.

Lalu aku akan mendapatkannya, agar membuat Mark marah besar hingga ia muntah darah.

Selain itu, aku akan terus mencari orang untuk memeriksa Mark, lalu mencari kesempatan untuk menyiksanya.

Untuk Elina... Ada seseorang mengatakan ini, ‘Cara terbaik untuk membalas dendam adalah membuat orangnya jatuh cinta kepadamu, lalu kamu tinggalkan begitu saja.’

Ini adalah tujuanku yang lain. Kalau ia begitu jahat dan tidak peduli, maka aku juga tidak perlu menjadi orang baik, memaafkan kesalahannya.

Hingga sekarang, aku terus bermimpi masa-masa tergelap pada tiga tahun yang lalu. Memimpikan surat yang dikirim Keisya, memimpikan ia menggandeng tangan Aberko naik mobil Audi.

Sekarang aku pun tidak dapat melupakan siksaan mental yang begitu menderita dari kantor polisi.

Mau dulu atau sekarang, aku harus membalas dendam kepada Elina.

Setelah Elina pergi, aku menutup pintu kamar, nyala televisi dan asal mencari satu saluran, lalu mengeluarkan telepon untuk mengisi daya.

Beberapa hari masuk ke dalam kantor polisi, teleponku masuk kondisi tidak aktif. Baru saja diaktifkan, lalu terdapat banyak notifikasi panggilan tak terhubung.

Adham yang paling banyak menghubungiku, lalu Jack dan selanjutnya Wendy.

Adham dan Jack karena tidak menemukan diriku. Sedangkan Wendy takut akan aku terjadi sesuatu.

Setelah membuka aplikasi pesan singkat, aku langsung menemukan sepuluh pesan lebih dari Wendy. Waktu yang paling terjauh adalah tiga hari yang lalu, bertanya kepadaku bagaimana kemajuanku dan Elina, serta tanya apakah para preman itu mencari masalah denganku.

Selanjutnya banyak pesan yang bertanya kepadaku, mengapa aku tidak membalasanya, mengapa telepon dinonaktifkan, apakah aku terjadi sesuatu.

Pesan terakhir dikirim sore hari ini yang berupa, ‘Tuhan, kamu pasti terjadi sesuatu. Kamu tenang saja, aku akan pesan tiket pesawat. Setelah tiba di Chiang Mai, aku akan segera melapor kepada polisi untuk menolongmu. Oh iya, aku hubungi kedutaan terlebih dahulu untuk meminta bantuannya. Kamu tidak boleh mati, harus tunggu aku.’

Membaca pesan dari Wendy, perasaan hatiku seketika menjadi sangat rumit. Ada merasa hangat, terharu, tidak berdaya dan merasa bersalah.

Aku membuatnya jatuh cinta kepadaku, tetapi sudah ditakdirkan bahwa aku tidak bisa membuatnya bahagia.

Karena ia sangatlah polos dan baik.

Sedangkan aku adalah orang yang tidak tahu malu, brengsek dan pernah di penjara.

Hari pertama ia mengenal diriku, langsung dikerumuni seratus preman dan hampir saja menerima nasib yang menyedihkan.

Aku hingga sekarang masih teringat kata-kata Bruce malam itu. Ia bilang ingin menangkapku dan Wendy. Setelah ia bermain dengan Wendy, ia baru membuang Wendy ke bawahannya. Terakhir ia akan membuang Wendy dan diriku ke dalam sungai.

Sekarang aku bermusuhan lagi dengan Mark. Hari-hari yang akan datang sudah di pastikan tidak tenang.

Aku tidak ingin ia menjalani hidup yang penuh ketakutan. Aku tidak ingin senyuman yang polos mengandung sedikit rasa sedih dan gelisah.

Jadi selamanya aku tidak akan berkontak dengannya.

Tapi agar ia lebih tenang, aku masih menghubunginya untuk terakhir kali.

Malam pukul sebelas lebih, panggilan berdering beberapa kali, baru terangkat. Di dalam panggilan terdengar suara Wendy yang terkejut dan rasa malam yang tak tersembunyikan. “Roman? Apakah ini kamu?”

“Hmm. Iya, ini aku.”

“Sungguh? Oh iya, aku tidak kebeli tiket pesawat hari ini, hanya bisa memesan besok hari. Besok aku akan segera menolongmu. Bolehkah kamu menunggu sebentar lagi? Maafkan aku, salah aku tidak memesan tiket secepatnya.”

Aku terharu dan ingin tertawa. “Wendy, kamu tidak perlu menolongku. Aku sekarang baik-baik saja. Kalau tidak, bagaimana mungkin aku bisa menghubungimu.”

“Hah?” Wendy yang di seberang sana sepertinya terdiam. “Oh iya, kamu bisa telepon, berarti... Aduh, diriku terlalu bodoh. Kamu tidak boleh menertawaiku. Sebenarnya aku baru saja tertidur, tiba-tiba diganggu oleh teleponmu, seketika otakku tidak dapat bergerak dengan baik.”

Aku menahan tawa dan berusaha berkata dengan serius. “Tenang saja. Aku tidak menertawaimu kok.”

“Oh iya, Roman. Ada apa denganmu beberapa hari yang lalu? Mengapa teleponmu tidak dapat dihubungi? Apakah kamu ditangkap oleh sekumpul orang itu? Lalu... Yah, apakah mereka melakukan itu kepadamu?”

“Yang mana?”

“Itu loh... Apakah kamu tahu apa yang dimaksud dari BL? Yaitu dua pria bersama melakukan itu.... itu loh...”

Mendengar kalimat terakhirnya, aku seketika berkeringat.

Wendy sepertinya tidak begitu polos, bahkah ia saja bisa terpikir akan hal kotor seperti itu.

“Roman, mengapa kamu tidak berbicara? Jangan-jangan tebakanku benar?”

“Tidak benar!” Aku dengan kesal berkata, “Mengapa kamu bisa memikirkan hal yang begitu kotor? Aku sama sekali tidak dibawa sekelompok orang itu pergi dan sebaliknya, Bos mereka sangat takut kepadaku, seperti ingin sekali berlutut dihadapanku untuk mengakui kesalahannya.”

“Begitu hebatkah? Kamu bohong kan? Malam itu dikejar seperti itu, apakah kamu bisa mengalahkan mereka?”

“Tidak perlu mengalahkan mereka. Aku kenal dengan teman yang sangat hebat. Ia memanggil orang lokal Chiang Mai yang hebat datang, alhasil Bruce sendiri jadi takut. Saat makan tadi saja, ia terus meminta maaf kepadaku. Selain itu, aku beberapa hari ini masuk ke dalam kantor polisi, tapi sekarang sudah baik-baik saja.”

“Benarkah? Oh iya, mengapa kamu masuk ke dalam kantor polisi? Lalu sehebat apa kedua temanmu itu? Cepat ceritakan, biar kujadikan sebagai bahan cerita novelku.”

“Ceritanya sangat panjang. Aku akan memberitahumu setelah ada waktu luang.”

“Hmm. Aku akan menunggumu. Kapan kamu pulang?”

Mendengar pertanyaan ini, aku menjadi ragu. Aku menutup mata dan menarik nafas dalam, lalu dengan tenang mengatakan, “Wendy, sepertinya aku tidak akan pulang untuk sementara, disini ada temanku. Lagipula selanjutnya aku akan menjadi sangat sibuk, mungkin juga akan mengganti nomor baru. Jika kamu mengirim pesan dan aku tidak membalasnya, ataupun tidak mengangkat teleponmu, jangan khawatir. Aku tidak akan terjadi sesuatu, seharusnya hanya sedang sibuk.”

Novel Terkait

Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu