Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku - Bab 503 Berhati Dingin

Alex sedang mendengarkan pembicaraanku dengan Ayahnya, wajahnya memucat, Alex berkata: “Kalau begitu kami tidak melakukan ini dulu, lagipula cepat-atau lambat kamu akan datang ke Yanjing, lalu pada saat itu kami akan mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.”

Aku dengan segera tertawa untuk menghindarinya, sejujurnya, sampai sekarang, kecuali Fima dan Hilda, orang lainnya ada orang yang datang menjemput, tetapi kami bertiga tidak ada orang yang menjemput.

Secara alami, orang tuaku tidak perlu mengatakan, bahwa mereka tinggal jauh di Guilin, bahwa mereka tidak akan dapat tiba di sini walaupun menaiki pesawat, tetapi Deni bahkan tidak menerima pesan teks sama sekali, dan tiga bulan sudah berlalu, aku belum menerima kabar tentang keluarga Gong.

Manusia selalu seperti ini, aku terus memikirkannya, Deni memiliki sikap seperti itu, ini benar-benar membuat hatiku dingin.

Ketika semua orang di sekitar pergi, Fima dan Hilda datang dan melihat ke arah orang yang berjalan pergi dengan tercengang: “Wow, Roman, aku tidak menduga bahwa mereka semua orang kaya.”

Aku tersenyum dan berkata: “Tentu saja, sebelumnya aku juga tidak menduga.”

Fima menjulurkan lidahnya ke arahku: “Roman, aku berterima kasih kedapamu atas kejadian di pulau, bagaimanapun, aku dan Hilda berutang budi padamu, jika kamu mempunyai masalah kedepannya, dan memanggil kami, kami pasti tidak akan menolak.”

Aku tidak mengatakan apa-apa, hanya mengangguk, tetapi ketika aku melihat raut wajah kedua anak perempuan itu seperti merasa kehilangan, aku tersenyum dan bercanda: “Apakah kamu masih bisa memakai celana ini? Mengapa kamu tidak segera menggantinya?”

Sebelumnya, ketika sedang menghindari harimau bertaring tajam, kami semua terburu-buru untuk memanjat pohon, Fima tersangkut di ranting, roknya robek, dan sekarang dia mengenakan jaketku.

Tapi suhu di Kota Shenghai sangat panas hari ini, tapi kami tidak merasakannya.

Fima tersipu dan berkata: “Tentu saja bisa, tetapi tidak ada pengaruh apa-apa, jika sekarang aku menggunakan mantel. Lagi pula, kamu memiliki nomor kami, jangan lupa untuk menghubungi kami.”

Aku mengangguk: “Baiklah, kalian segera pulang saja, sekarang langit sudah mulai gelap.”

Fima mengangguk: “Kalau begitu, kami jalan dulu.”

Selesai berbicara, kedua anak perempuan itu berbalik badan dan pergi, baru berjalan beberapa langkah, Hilda menoleh dan memberi aku ekspresi terima kasih, Fima berjalan pergi dalam langkah kecil.

Aku pergi ke sebuah toko dan meminta petugas memberi aku sebungkus rokok, saat aku ingin membayarnya, ternyata aku sama sekali tidak punya uang.

Di tatapan aneh petugas, aku mengelus hidungku dengan canggung dan berkata: “Uhuk, itu, rokok ini tidak jadi.”

Saat berbicara, aku ingin pergi, tiba-tiba sesosok bayangan gelap datang, dan hampir menabrakku.

“Tunggu, rokok ini jadi!”

Bayangan di depanku berbicara, dan suara itu sangta akrab, saat aku menenangkan hatiku, aku melihat orang di depanku.

Aku tersenyum dan berkata: “Bagaimana kamu bisa tahu, kalau aku sudah kembali?”

Mengenakan pakaian kasual dan topi, tubuhnya terlihat lebih kuat, mempunyai tonjolan dan seksi.

Wenny menatapku: “Jika kamu tidak memberitahuku, aku tidak akan tahu harus mencarinya kemana?”

Ketika kami berbicara, petugas itu menyela pembicaraan kami dengan sopan: “Mohon maaf, apakah kalian jadi beli rokok ini?”

“Iya, kami jadi membelinya.”

“Iya, kami jadi membelinya.”

Aku dan Wenny saling memandang dan tersenyum, kami melihat makna di mata masing-masing.

Wenny membayarnya, lalu kami keluar dari toko, saat aku belum mengeluarkannya, aku mendengar Wenny berkata: “Beri aku sebatang.”