Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku - Bab 287 Bukan Kak Bagas

Melihat polisi datang, aku juga langsung ​​meletakkan tongkat listrik di tanganku dan mengangkat tanganku, tetapi ekspresi wajah orang-orang yang di bawah terus berubah.

Salah satu polisi melihat ke sekeliling dan bertanya padaku, "Apa yang terjadi?"

Aku belum berbicara. Pria baju kaos itu bereriak kepada seorang polisi yang ada di belakang, "Kak Wewen, aku Bagas. Anak ini memukul kami tanpa pandang bulu, kamu harus memberi kami keadilan. "

Mata kami beralih ke polisi yang bernama kak Wewen. Polisi yang di depannya tampak sedikit tidak senang, dia berbalik dan berkata, "Wewen, siapa dia?"

Kak Wewen tampak canggung, dia menendang dada pria baju kaos, "Diam, ayo jelaskan masalahnya."

Setelah mengatakannya, dia berkata kepada polisi tadi, "Kapten, dia ini adalah preman terkenal di kota Sriwijaya, dia pernah berurusan dengan kami beberapa kali, dia sering ditahan selama 10 hari hingga setengah bulan, aku tidak menyangka akan bertemu dengannya di sini."

Pria baju kaos itu tertegun sejenak, dia baru ingin berbicara, ketika dia melihat tatapan mata peringatan dari kak Wewen, dia menelan kembali kata-kata yang sudah di sudut mulutnya.

Kapten itu menatapnya dengan penuh arti dan bertanya padaku, "Kalau begitu, apakah kamu Roman yang dikatakan oleh sersan Odele?"

"Ya benar, kalian seharusnya sudah tahu permasalahannya."

Setelah mengatakannya aku menunjuk ke kedalaman hutan dan lanjut berkata, "Masih ada seorang sopir taksi di sana, tadi dia dan aku melarikan diri ke sini dan dia berpisah denganku. Beberapa orang sudah pergi ke arah sana, jika orang-orang kalian cukup, tolong kirim beberapa orang untuk pergi mencari ke sana. "

Kapten mengangguk padaku, "Margaku Li, kamu bisa memanggilku Kapten Li. Kalian borgol orang-orang yang di bawah ini, dan bawa mereka kembali terlebih dahulu, yang lainnya pergi ke gudang terbengkalai bersamaku."

Aku merasa lega, aku tidak memikirkan pak sopir yang memasuki hutan lagi, aku mengikuti Kapten Li masuk ke dalam mobil, dan beberapa orang duduk di kursi belakang, aku duduk di samping pengemudi dan bertanya, "Kapten Li, berapa jauh jarak tempa ini dari gudang terbengkalai?"

Kapten Li mengeluarkan ponselnya dan menggesernya dua kali, kemudian dia mengatakan jaraknya 5 kilometer.

Aku mengangguk untuk memberi isyarat bahwa aku mengerti, namun aku malah merasa lebih cemas, aku menghabiskan banyak waktu di sini bersama para preman ini, sekarang sudah hampir jam 11:30, dengan kata lain, dari jarak waktu yang dikatakan Mark masih tersisa setengah jam.

Dan yang lebih penting lagi, Mark sudah memberi Imel minum obat, jika kami tidak dapat tiba tepat waktu ...

Aku bergegas menggelengkan kepalaku untuk menyingkirkan ide mengerikan di kepalaku, melihat beberapa mobil polisi mengemudi di jalan berliku yang gelap, aku merasa sangat gelisah, aku bertanya apakah bisa lebih cepat atau tidak, Kapten Li dan petugas kepolisian yang bertanggung jawab menyuruhku jangan khawatir, mereka tidak setim dengan mereka yang pergi ke gudang terbengkalai. Menurut perkiraan waktu, gudang terbengkalai sekarang seharusnya sudah dikendalikan oleh polisi.

Meskipun mereka berkata begitu, tetapi aku merasa tidak tenang, aku baru saja mengeluarkan ponselku untuk mengkonfirmasi keselamatan Imel pada Mark, namun aku melihat panggilan telepon Odele, aku segera menjawabnya.

Aku hanya mendengar Odele di telepon berkata dengan cemas, "Roman, apakah ada masalah di tempatmu?"

Aku mengatakan padanya bahwa Kapten Li dan rombongannya telah datang, aku juga menceritakan kisah itu dari awal hingga akhir, Odele merasa lega dan mengatakan kepadaku, "Roman kamu jangan khawatir, kami telah mengerahkan polisi di dekat gudang terbengkalai, begitu kalian datang, jika memiliki kesempatan yang tepat kami akan menangkap mereka. "

Aku mengangguk dan mengiyakannya, begitu aku menutup telepon, Kapten Li berkata, "Sekarang jarak dari gudang yang ditinggalkan kurang dari satu kilometer. Roman kamu turun dari mobil dan kendarai mobil Jinbei di belakang, lalu kami akan mengikutimu perlahan-lahan dari sini. Jika mobil polisi terlihat oleh mereka, sandera mungkin akan berada dalam bahaya."

Aku juga langsung memahaminya, aku mengagumi Kapten Li yang mempertimbangkan segala sesuatu dengan begitu baik.

Aku bergegas melompat keluar dari mobil dan berjalan ke belakang. Mobil Jinbei ini adalah salah satu mobil yang dikendarai oleh pria baju kaos dan orang-orangnya, aku tidak menyangka bahwa dua mobil Jinbei, satunya digunakan untuk membawa beberapa orang kembali ke kantor polisi, dan yang lainnya digunakan olehku.

Aku tidak bertele-tele, aku langsung segera naik ke kursi pengemudi, menyalakan mesin dan melaju menuju gudang terbengkalai.

Gudang terbengkalai yang berada di pinggiran kota Sriwijaya memang sangat sepi, terutama di malam hari, tidak ada cahaya lampu sediki pun di sana, pohon-pohon di sepanjang jalan terlihat seperti roh hantu yang menyeramkan.

Sayangnya aku sekarang tidak mempedulikan nyawaku sendiri, jadi bagaimana aku bisa takut dengan ini.

Pada saat yang sama, yang membuatku merasa sedikit tidak tenang adalah, disepanjang jalan, aku tidak melihat fenomena aneh, dengan kata lain, aku tidak melihat kekuatan pihak kepolisian yang dikatakan oleh Odele sediki pun.

Aku merasa ngeri, apakah aku atau mereka salah jalan? Apakah masih ada gudang kosong yang ditinggalkan lainnya di pinggiran kota Sriwijaya Kota Yanjing?

Tetapi setelah aku memikirkannya, jika mereka bisa salah dengan ini, Odele dapat melepas pakaian kepolisiannya dan mengundurkan diri.

Karena jaraknya pendek, aku tiba di luar gudang terbengkalai dalam beberapa menit. Ada gerbang di lantai pertama gudang terbengkalai, pada saat ini, ada beberapa pria berkeliaran di sana, mereka semua juga memegang tongkat listrik di tangan mereka.

Melihatku datang, dua pria berteriak ke arahku dengan waspada, "Siapa kamu? Apakah kak Bagas?"

Kak Bagas? Jangan-jangan maksud mereka pria baju kaos itu?

Aku menarik napas dalam-dalam, meremas tenggorokanku dan mencoba meniru suara dan nada bicara pria baju kaos itu, "Jika bukan aku siapa lagi? Kalian berdua cepat ke sini, bocah itu sudah aku tangkap dan aku lemparkan ke kursi belakang."

Dua orang di pintu masih agak berwaspada, tongkat listrik mereka menunjuk ke arahku, "Kak Bagas, saat kamu pergi kamu pernah mengatakan, kami harus melihatmu dengan mata kepala kami sendiri kemudian kami baru boleh meninggalkan gerbang. Jika kamu tidak turun, kita tidak berani pergi."

Aku mengatakan gawat di dalam hatiku, sekelompok orang ini ternyata cukup pintar, tak perlu dikatakan, pasti mereka diajarkan oleh Mark.

Aku mengeluarkan ponsel dan melihatnya, waktu di atas sudah menunjukkan pukul 11:40, aku mengertakkan gigi, aku akan bertarung dengan mereka!

Mereka berdua masih menatapku, mereka tidak berjalan datang atau membuat gerakan lain, aku langsung melompat keluar dari mobil dan bergegas melaju ke arah mereka dengan cepat.

Karena mobil diparkir tidak jauh dari pintu gerbang gudang terbengkalai, dan aku juga mengendalikan mereka terlebih dahulu, pria di sebelah kanan belum bereaksi, dan aku sudah menendang tubuhnya, pria itu berteriak kesakitan, tongkat listrik di tangannya terjatuh, dan aku menggenggamnya, dan dia terjatuh ke bawah.

"Brengsek! Kamu bukan kak Bagas!"

Pada saat yang sama, pria yang lainnya juga sudah merespons, wajahnya terlihat ganas, dia mengayunkan tongkat listriknya ke arahku dan ingin mengenai kepalaku.

Aku menghindar ke belakang, tubuhku melengkung seperti sebuah jembatan besi, aku menghindari pukulan itu, aku memutar tanganku dan menghantam tongkat listrik yang baru saja aku renggut dari pria yang di sebelah kanan ke lengan pria yang di sebelah kiri.

Pria yang di sebelah kiri berteriak kesakitan dan tongkatnya terlepas, aku bergegas meraihnya dan mematikan sakelarnya, kemudian menatap ke mereka berdua yang di bawah.

Aku menyentuh punggungku, itu sudah basah sejak awal. Sejak dikejar di jalan hingga saat ini, dapat dikatakan bahwa jika aku tidak memperhatikan, maka aku sudah akan tertangkap, dan yang menyambutku nanti pasti adalah balas dendam Mark yang seperi petir, bahkan akan mengambil nyawaku.

Aku langsung mengeluarkan ponselku, kebetulan aku melihat ada sebuah pesan, Odele mengatakan bahwa mereka sudah melihatku, dia menyuruhku untuk berhati-hati.

Setelah memastikan kedua pria di bawah tidak bisa melawan lagi, aku menarik napas dalam-dalam dan menendang gerbang berkarat gudang terbengkalai itu, pintu terbuka, depan mataku menjadi terang, dan terdengar suara Mark.

"Roman, ternyata kamu benar-benar beruntung, aku belum bisa membunuhmu, sepertinya aku telah meremehkanmu."

Novel Terkait

Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu