Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku - Bab 184 Kebencian Yang Sangat Mendalam

Bicara sampai disini, aku mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya.

Hujan diluar tidak begitu deras, berteduh di dalam pavilion sambil merokok dan menikmati sejuknya udara laut, merupakan sebuah pengalaman yang sangat istimewa.

"Sebenarnya, saat masih kuliah aku tidak begitu akrab dengannya, dalam 4 tahun bisa dihitung cuma berapa kali kami berkomunikasi, dan juga tidak pernah ada hubungan khusus, apalagi di antara kami juga tidak saling memahami, jadi aku tidak mengerti kenapa dia bisa tertarik pada ku. "

"Beberapa hari lalu di Chiang Mai, ketika menyadari dia berbeda dengan biasanya, aku malah mengira kalau aku sedang berhalusinasi. Rupanya ini adalah kenyataan, sungguh hal di luar dugaan dan sulit untuk dipercaya."

Elina termenung sambil bertanya: "saat kuliah, bukankah kamu sudah berpacaran dengan Keisya? "

"Iya."

"Lalu bagaimana hubungan dia dengan Keisya?"

"Sangat baik, mereka tinggal di satu asrama."

"Mungkin dia memahami mu melalui perkataan Keisya."

"Bisa jadi."

Elina ragu-ragu sejenak, sambil menunduk bertanya: "saat dia memberitahumu, apa jawabanmu ?"

Aku menggelengkan kepala: "tidak berkata apapun."

"Apa kamu menyukainya?"

Mendengar perkataan Elina ini, aku menoleh ke arahnya, tanpa ragu

menjawab: "tidak, aku tidak menyukainya."

"Kenapa? dia sangat baik, cantik, dan memiliki kepribadian yang baik, banyak pria kesulitan mendapatkan wanita baik seperti ini. "

Aku tertawa, tidak menjawab pertanyaannya, malah menghisap rokok, lalu dengan tenang berkata: "direktur Elina, kamu menyadari tidak, di antara kita seperti ada sebuah jalinan hubungan yang tidak terlihat, yang telah mengikat kita, sebab kamu telah mengubah jalan hidupku tiga tahun yang lalu, dan sekarang kita bertemu kembali, lagipula......"

Aku tidak melanjutkan pembicaraan, tapi menjulurkan tangan ke luar pavilion, dan membiarkan air hujan jatuh di telapak tangan ku, sambil mengingat kembali setiap kejadian saat mengenal nya.

Kehidupan manusia mungkin sudah di takdirkan.

Elina menoleh, dan dengan tenang melihat hujan di luar tanpa berbicara, seharusnya dia mengerti maksud perkataanku tadi,

"Roman, apakah dulu kamu benar-benar sangat membenci ku?" setelah sekian lama, dia tiba-tiba bertanya.

"Iya." Aku tertawa, "saat itu aku sangat membenci mu, sampai ingin.... itu, iya itu, kamu pasti mengerti."

"Waktu itu kamu benar seorang bajingan." Elina sambil menggigit bibirnya melirik ke arah ku, seperti tersenyum, malu dan kesal,

"Haha, benar, saat itu baru keluar tidak lama, sifat nakal masih sangat kuat. Ohya, direktur Elina, menurut mu waktu itu kalau aku tidak bisa menahan diri, apakah sekarang aku akan berada di penjara? "

Elina tanpa ragu mengangguk :"iya, jika kamu memang, ingin berbuat yang tidak-tidak, aku pasti akan melapor polisi, agar kamu di penjarakan sekian tahun lagi."

"Untung aku sanggup menahan diri." Aku tertawa.

Elina mempelototi ku, kemudian menutup mulutnya sambil tertawa ringan.

Tidak berapa lama, dia berhenti tertawa, lalu pelan-pelan bertanya: "Roman, apakah sekarang kamu masih membenci ku?"

Tanpa ragu aku menggelengkan kepala: "Sekarang? tidak, tidak benci, tidak membenci mu lagi."

"Tapi aku masih menyalahkan diri sendiri, waktu itu....... "

"Aku menyukai mu."

Tidak tahu alasan apa, aku memotong pembicaraannya, dan mengatakan hal yang sudah lama ku pendam dalam hati.

Mendengar kata ini, badan Elina menjadi kaku, lalu dia menoleh, dan matanya sayup-sayup menatapku.

Aku tertawa dengan lega: "bukankah barusan kamu bertanya kenapa aku tidak menyukai Wenny? sekarang sudah terjawab, karena aku telah menyukai mu."

Elina teringat kembali perkataannya tadi, dia memalingkan wajahnya yang memerah dan tidak berani menatapku.

Aku berbicara seorang diri : "tidak tahu kapan aku mulai menyukaimu, sebelumnya aku tidak berani memastikan, tapi sekarang...... aku benar-benar telah menyukai mu."

"Teringat dulu saat aku sangat membenci mu, selain memikirkanmu, aku juga ingin menaklukan mu. Tapi kemudian, tidak tahu kenapa jadi begini...... mungkin ini yang namanya jodoh, atau takdir."

Dulu, aku pernah membayangkan akan sangat gugup jika suatu hari, menyatakan cinta kepada Elina, dan jantung akan berdetak sangat kencang.

Tapi sekarang baru menyadari, aku sangat tenang, seperti menceritakan sebuah hal yang biasa kepada seorang teman, tidak ada banyak hambatan.

Sedangkan Elina, kelihatan sangat gugup, wajahnya memerah, dan badannya tegang.

Aku menghisap rokok, mencoba berpikir logika, lalu dengan tenang berkata: "direktur Elina, sebenarnya aku juga tahu...... sikap mu terhadap ku sudah berbeda dengan sebelumnya, setidaknya sekarang kamu tidak membenci ku lagi, malah mungkin ada kesan yang baik."

"Aku tahu, meskipun di antara kita ada kemungkinan bersama, tapi keluarga mu pasti tidak akan menyetujuinya, karena sebelumnya Karry He sudah menjelaskannya pada ku. Mungkin, karena dari awal aku sudah melakukan kesalahan, harusnya aku mengambil uang 10 milyarmu, kemudian pergi sejauh mungkin, dengan begitu tidak akan terjadi banyak masalah, dan juga tidak akan...... menimbulkan kesalahpahaman.

"Tenang saja, aku hanya tidak bisa menahan diri, untuk mengungkapkan isi hati ku, tidak ada maksud lain, jangan di simpan dalam hati, aku..... "

"Kenapa?" Elina tiba-tiba menengadahkan kepala melihatku, lalu mengajukan pertanyaan tidak jelas.

Apa maksudmu? aku tidak begitu mengerti maksud perkataan nya ini.

"Kenapa menyuruhku untuk tidak serius menanggapi nya? "

Tiba-tiba, aku menunduk dan tersenyum minta maaf: " aku tidak ingin membuatmu terganggu karena perkataan ku, lagipula..... aku hanya mengatakan, jika ada hubungan sesuatu di antara kita, kamu mungkin akan bertengkar dengan keluarga mu, sehingga membuat mereka kecewa dan sedih, tanpa dukungan dari keluarga....."

"Aku tidak peduli."

Elina langsung memotong pembicaraanku, tatapan mata nya tegas, seperti telah membuat satu keputusan yang serius.

"Roman, aku tidak peduli jika keluarga ku tidak setuju, lagipula, aku bisa membujuk mereka. "

Aku tertegun, lalu menatapnya, hatiku seperti berdebar sangat kencang.

"Roman, aku juga menyukaimu." Dia seperti mengerahkan semua keberaniannya.

Sebelumnya aku sudah menduga dia akan mengatakan ini, tapi saat mendengar sendiri, tiba-tiba pikiran ku kosong, perkataannya barusan terus terulang-ulang di telinga ku.

Di luar pavilion, hujan turun rintik-rintik, angin laut berhembus, dan menggoyangkan rambutnya, tapi tatapan matanya membeku seperti udara di sekitar.

Dunia seperti hanya tinggal kami berdua.

Dalam keadaan seperti ini, aku hanya punya satu niat, yaitu menciumnya.

Elina adalah gadis paling cantik yang pernah ku jumpai, apalagi di saat seperti ini.

Di bawah hembusan angin laut yang menggoyangkan rambutnya, ditutupi dengan percikan air dan tatapan mata yang menawan, bibir yang lembut dan anggun.....

Aku tidak bisa mengendalikan diri lagi, langsung meraih tangannya, dan memeluknya.

Sambil memegang pinggangnya, aku mencium bibirnya.

Novel Terkait

Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu