Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku - Bab 465 Maju Selangkah

Selesai berbicara, aku memandangi mereka satu per satu, lalu mereka pun dengan wajah serius mengangguk.

Melihat Kaila yang tampak ingin berkata tapi diam, aku pun tak bisa menahan untuk tidak berbicara : “Fox, katakan pada Kaila, apa yang akan kita temui di depan nanti.”

Baru saja Fox hendak berkata, Fima segera menyela : “Apa lagi, kalau bukan gambar kedua di atas ukiran papan batu.”

“Di atas ukiran papan batu? Gambar kedua?”

Raut wajah Kaila seketika berubah menjadi pucat pasi, nada bicaranya pun mulai bergetar, dan dengan gagap, berkata : “Jadi maksud kalian, di depan kita ada anaconda?”

Kami pun mengangguk dengan pelan.

Aku melangkah maju, lalu menepuk-nepuk bahu Kaila, lalu menghiburnya : “Tenang saja, kita tidak akan meninggalkan satu orang pun di sini.”

Mata Kaila hampir meneteskan air mata, tapi setelah aku menghiburnya, dia pun mengangguk dengan tenang.

“Baiklah, kalau begitu, kita semua terus melangkah maju, jangan bertele-tele lagi.”

Selesai berbicara, aku pun meneruskan langkahku ke depan, raut wajah Kaila terlihat sangat menyedihkan : “Roman, apa kita sungguh melangkah ke depan?”

Aku pun berhenti, lalu mengambil senapan yang ada di pinggangku, dan memberikan ke tangannya : “Baiklah, kamu tidak harus ikut, ambil senapan ini. Karena langit masih terang, kamu bisa bergegas kembali ke gua tempat di mana kita beristirahat kemarin, aku akan meminta kepada semua orang untuk memberimu keperluan sehari-hari dan makanan.”

Aku menatap Fox Hu : “Kamu juga bisa tinggal di sini bersama Kaila. Tapi maaf, kami semua masih ingin keluar dari sini, jadi kami harus maju selangkah.”

Fox tersenyum pahit, dan berkata : “Tak peduli apapun yang terjadi, aku akan terus menemani Nona besar kami.”

Aku mengangguk tak berkata apa-apa, dan saat ini, raut wajah Kaila sungguh pucat pasi, bahkan tubuhnya sedikit menyusut, dan hampir saja tidak bisa memegang senapan yang ada di tangannya dengan baik.

Aku segera mengulurkan satu tangan menopang pinggangnya, dan satu tangan lainnya memegang senapan itu.

Baru saja aku hendak berkata, tiba-tiba Kaila memelukku, dan berkata : “Roman, kalian jangan tinggalkan aku dan Fox di sini, kami akan ikut dengan kalian.”

Aku tersenyum, dan berkata : “Tentu saja, kami selalu membuka pintu untuk kalian.”

Sambil berbicara aku melepaskan pelukannya dengan pelan, juga sekaligus menjaga-jaga agar Elina tidak salah paham denganku.

Mata Kaila berkaca-kaca, lalu menjawab ‘em’, bisa dilihat dengan jelas, Fox Hu juga ikut menghelakan sebuah napas lega.

Kita di sini semua tahu bahwa Fox bukanlah seorang yang bodoh, kami bisa bertahan hidup selama dua bulan di pulau ini, juga bukan berarti Fox dan Kaila juga bisa bertahan selama dua bulan di sini.

Dan yang paling penting adalah, jika tetap berdiam diri di pulau ini, maka hanya tinggal menunggu mati saja, selain itu jika mereka ikut dengan kami, setidaknya ada sedikit harapan untuk bisa kembali ke kehidupan normal.

Apalagi sekarang ini, tidak mungkin untuk mengharapkan pertolongan dari luar, melainkan hanya bisa mengandalkan kekuatan diri sendiri.

Sama seperti pertanyaan pada pilihan ganda, satu sisi kita bisa bertahan lagi untuk satu bulan.

Dan sisi lainnya, terus bertarung mempertaruhkan nyawa antara hidup dan mati, tapi begitu berhasil, maka akan bisa meneruskan hidup untuk seratus tahun ke depan.

Hanya saja ini adalah sebuah pilihan tentang keberanian, tapi kebanyakan orang akan memilih pilihan pertama.

Semua orang memiliki insting seperti burung unta.

Setelah semua telah mempersiapkan mental dengan baik, kami pun melanjutkan perjalanan, karena tahu di depan sana menyimpan mara bahaya yang tak menentu, kami pun semakin waspada. Hari semakin gelap, kami akhirnya berhasil mencapai pinggiran hutan.

Tapi, masih belum sempat menghela napas lega, tiba-tiba pada saat ini, sesuatu yang ada di hadapan kami hampir saja membuat kami menjongkok sambil melototkan mata di dalam semak belukar.