Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku - Bab 355 Pertarungan Sengit

Awalnya, aku masih khawatir, kalau ini adalah tempat di mana pemilik kebun sayur tidur, kita yang membobolnya mungkin akan ada risiko, tidak disangka, ketika kami tiba, kami menemukan sesuatu yang tidak beres.

Aku dan Alex berjongkok di kedua sisi bangunan kecil yang tidak jauh dari sana, ketika berjongkok, pintu bangunan kecil itu tiba-tiba terbuka, dan seorang pria kurus keluar dari dalam, mengenakan kaos, mungkin merasa udara malam itu dingin, dan menggigil.

Pria itu memaki beberapa kata, lalu melihat sekeliling, seolah tidak menemukan apa-apa, lalu berjalan ke arahku.

Aku dengan cepat menarik kepalaku, dan tubuhku menegang. Namun, yang mengejutkanku adalah, setelah pria itu menghampiri, dia tidak melihat sekeliling dengan teliti, aku bersembunyi di bawah tas kecil di belakang dinding, kebetulan dia membelakangiku.

Ketika aku ragu apakah aku perlu menghabisinya, ada suara gemerisik, aku senang, ternyata orang ini keluar untuk pipis!

Perlahan-lahan aku mengangkat kepalaku, Alex yang berada di seberang menatapku dengan gugup, dan pria jangkung tinggi yang ada di depan mataku yang membelakangiku, bernafas memandang langit, seolah sangat nyaman.

Aku diam-diam menahan suaraku menyelinap pergi dari belakangnya.

Ketika aku menyelinap pergi dari belakangnya, pria jangkung dan kurus itu sudah selesai pipis dan sedang mengikat ikat pinggangnya.

Jangan lewatkan kesempatan ini, karena kesempatan tidak akan datang lagi!

Aku sekuat tenaga memukul kepalanya dengan pisau bagian belakang, karena pengalaman di penjara, aku tahu persis di mana titik yang bisa membuat orang pingsan, tapi tidak terlalu menyakiti.

Peng!

Ada suara kesakitan, pria itu masih belum selesai mengikat ikat pinggangnya, sudah jatuh ke depan, aku dengan cepat memegangnya dan perlahan-lahan meletakkannya di tanah.

Suara pukulan di belakang kepala barusan tidak begitu keras, tapi kalau dia terjatuh ke tanah, suara yang dihasilkan tidak akan kecil.

Saat ini ada suara yang terdengar dari dalam ruangan, pasti ada orang yang masih belum tidur, kalau ketahuan, aku dan Alex malam ini akan menderita.

Melihat pria jangkung dan kurus itu aku selesaikan tanpa suara, Alex menunjukkan ekspresi santai.

Aku menunjuk ke dalam ruangan, lalu membuat gerakan menarik leherku.

Aku bekerja sama dengan Alex bukan sehari dua hari, dia mengerti maksudku, lalu menganggukkan kepala, bangkit, dan kami berdua pada saat yang sama pergi ke depan pintu gedung kecil dari samping.

Ketika kami hendak sampai ke depan pintu, tiba-tiba terdengar suara orang mendorong bangku dan suara serak seseorang berkata, “Hendrik, kenapa si Suherman belum kembali, jangan-jangan buang air besar lagi!!”

Lalu terdengar suara langkah kaki yang semakin mendekat, mungkin mereka berjalan menuju pintu, jantung aku dan Alex hampir melompat keluar.

Aku menanggukkan kepala padanya, Alex membungkuk seperti macan tutul, mengumpulkan kekuatan, dan aku juga siap-siap beraksi.

Peng!

Begitu orang itu keluar dari pintu, dan belum sempat melihat pemandangan di luar, tongkat kami sudah menghantam kepalanya, pria itu berteriak “Ah”dan jatuh ke tanah dengan keras.

Karena berada di dalam ruangan, suaranya lebih keras, aku dan Alex saling bertatapan, tidak peduli dengan orang yang tergeletak di tanah, kami langsung berlari ke lantai atas.

Pada saat yang sama, terdengar beberapa langkah kaki yang gegabah.

Aku berteriak pelan, “Aku kiri, kamu kanan.”

Alex menganggukkan kepala, saat ini kami tidak mempunyai banyak waktu mengatur rencana dengan cermat, orang di atas pasti tidak sedikit, kalau reaksi kami sedikit lambat, ketika mereka datang mungkin kami berdua sudah ditangkap atau dibunuh di tempat.

Kami berlari menaiki tangga, aku bergegas menuju ke arah kiri, ketiga bawahan kebetulan sedang memakai baju, melihat aku datang, mereka tidak peduli dengan pakaian, langsung mengambil parang dari tempat tidur dan mengangkatnya ke arahku.

Aku menghindar ke samping, dan memukul pundaknya, pria ini tidak bisa menahannya, baru saja bangkit dari tempat tidur, sudah terjatuh lagi.

Saat ini dua orang lainnya menghampiri, salah satu di antaranya masih memakai celana, terakhir tidak memakainya lagi, langsung mengayunkan ikat pinggangnya dan melemparkannya ke arahku.

Respon orang terakhir lebih cepat, sejak awal dia sudah mengambil tongkat kayu tapi tidak tahu disembunyikan di mana, lalu memukul kepalaku dengan keras.

Hatiku terasa dingin, sepertinya orang-orang ini benar-benar ingin membunuhku.

Kalau begitu, aku tidak akan segan, aku berguling ke samping, menghindari serangan dua orang ini, kedua orang ini tidak menyangka, tapi reaksi mereka tidak lambat, ikat pinggang dan tongkat kayu segera menuju ke arahku.

Aku tidak mundur malah sebaliknya muju, dan sekali lagi menghindari serangan tongkat kayu, pria itu kekurangan kekuatan, aku meninju wajahya, darah segar dan beberapa gigi tersembur keluar.

Tapi cambukan ikat pinggang dari orang satu lagi tidak bisa dihindari, dia mencambuk punggungku dengan keras, aku berusaha keras menahannya, punggungku terasa panas dan sakit.

Saat ini Alex juga berkelahi di sebelah kanan, namun di sana ada lima orang, Alex seolah di keroyok, aku tidak punya waktu melihat cedera yang ada di punggungku, sebaliknya aku dengan refleks menendang pria itu, wajahnya berubah drastis, dan terbaring di tanah mengerang kesakitan.

Saat ini ketiga orang di tangga kiri sudah jatuh ke tanah, melihat satu orang meronta ingin bangkit, aku melangkah maju menendangnya sekali lagi, orang itu berteriak ‘Ah’dan terbaring lagi.

Saat ini situasi Alex sangat buruk, dia dipukul oleh lima orang, setelah dipukul sekian lama, kekuatan fisiknya sudah mencapai batas, aku pergi menghampiri, dan ikut bergabung dalam pertarungan.

Kelima bawahan itu terlalu fokus menyerang Alex, tidak ada yang memperhatikan keberadaanku, terkait tiga teman lainnya yang sudah terkapar di tanah, mereka juga tidak tahu.

Melihat Alex hendak dibacok dengan pisau semangka, aku mengambil kesempatan ini, aku melayangkan tendangan ke belakang punggung orang yang memegang pisau semangka itu, orang itu tidak menyangka, dan tersungkur ke depan, Alex menghindar, tapi malah terkena goresan pisau yang di pegang bawahan lain, untuk sesaat lengannya ada sayatan pisau.

Aku tidak peduli begitu banyak, kaki dan tanganku terus melakukan serangan, sebenarnya keempat orang lainnya yang melihat aku bergabung, menoleh dan menyerangku, Alex memanfaatkan kesempatan ini untuk bersembunyi, terengah-engah dan merobek kain untuk membalut luka di lengannya.

Pada dasarnya kekuatan fisikku memang lebih baik, tapi diserang terus menerus oleh keempat orang ini, aku juga lelah, tapi di saat putus asa, tidak tahu keberanian yang datang dari mana, aku menahan serangan ke empat orang ini.

Aku tidak bisa menahannya lagi, lalu berteriak, “Alex persetan kamu! Kalau kamu tidak datang membantuku, aku mati kamu juga tidak bisa kabur!”

Alex baru saja selesai memperban lukanya, mendengar aku yang memarahinya, dia berteriak marah, “Aku tidak menyuruhmu datang membantu.”

Secara lisan memang dikatakan seperti itu, tapi Alex tetap bergegas kemari.

Novel Terkait

Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
3 tahun yang lalu