Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku - Bab 349 Menyerang Polisi

"Hati-hati!"

Odele pun berteriak, ia baru saja ingin menembaknya, tetapi pria putih itu bergerak lebih cepat darinya. Pisau pendek itu telah menyentuh wajah polisi yang memegang toa besar itu.

Namun yang membuatku merasa tak terduga adalah polisi yang memegang toa besar itu. Bagai orang yang bisa meramal, tangan kanannya tiba-tiba bergerak dan tongkat listrik itu seketika muncul di depannya dan menghalangi tusukan itu di waktu yang tepat.

Tampaknya pisau pendek itu tidak terbuat dari bahan logam, karena sama sekali tidak menghantar listrik. Pria putih itu pun mendengus dan mengarahkan lagi pisau pendeknya kearah polisi tersebut.

Polisi yang memegang toa besar itu pun segera membuang alat pengeras suara di tangannya. Lalu menghalangi serangan dari pria putih itu dengan menggunakan tongkat listrik.

Hanya dalam beberapa detik, mereka berdua telah bertarung banyak kali.

Ini lah yang disebut semakin panjang senjatanya, semakin luas daerah penyerangannya. Sebaliknya, semakin pendek senjatanya, maka harus semakin dekat untuk menyerang musuh.

Tongkat listrik memang terlalu panjang dan pisau pendek harus mencari celah untuk menusuk polisi itu. Melihat polisi itu terlambat untuk mengembalikan tongkat listrik dan pisau pendek di tangan laki-laki berkulit putih telah menusuk kearah leher polisi, lalu tiba-tiba terdengar suara ledakan di depan pintu bar!

Bang!

Tubuh Wenny pun juga ikut gemetaran, lalu ia bersandar lebih dekat kearahku. Sedangkan aku melihat semua ini dengan jelas.

Odele baru saja menembak ke arah langit, karena di depan pintu bar merupakan dataran rendah, sehingga suara gemanya pun sangatlah kuat.

Suara tembakan itu pun tidak hanya membuat pria putih itu kaget, tetapi kita semua.

Bahkan polisi yang memegang toa besar itu sama sekali tidak berkata terima kasih dan terburu-buru mundur ke belakang. Sementara itu, Odele dengan cepat merendahkan tubuhnya dan mengarahkan pistol ke dada pria putih tersebut.

Sudut mulut pria putih itupun mengejang pelan dan baru ingin berkata. Polisi di sekitar lagi-lagi mempersempit lingkaran pengepungan, lalu terdengar suara menarik pelatuk.

Pria putih itu terkikik pelan dan langsung membuang pisau pendek di tangannya ke lantai, lalu mengangkat kedua tangannya dan berkata, "Tadi aku hanya ingin bermain dengan polisi yang memegang pengeras suara itu."

Odele dengan keras berkata, "Tangkap ia!"

Seketika polisi di sekitar pun mengepungnya dan memborgol tangan pria putih itu.

Odele pun menghela nafas dan melihat kearah pintu bar, "Kalian semua juga berjongkok dan letakkan kedua tangan kalian di atas kepala!"

Melihat ini, orang-orang yang dikirim oleh Keluarga Gong pun juga ikut berjongkok. Kemudian beberapa polisi memborgolnya satu per satu dan mereka pun kehilangan tenaga untuk berlawan, bagai Tanghulu.

Melihat sekeliling yang sudah kembali tenang, aku pun menepuk bahu Wenny dan berkata, "Ayo kita pergi lihat."

Odele pun memeriksanya satu per satu untuk memastikan semua orang telah diborgol, setelah itu ia baru menutup kembali pelatuk pistolnya dan menaruhnya ke pinggang. Lalu ia menghela nafas dan berkata padaku, "Huh, menghabiskan satu peluru lagi. Nanti pulang aku harus menulis laporan lagi."

Begitu Odele selesai berkata, polisi yang memegang toa besar itupun buru-buru datang dan berkata dengan semangat, "Bu Odele, sungguh terima kasih. Jika kali ini tidak ada kamu, mungkin aku sudah mati."

Odele tersenyum dan berkata, "Tak apa-apa, ini memang hal yang harus kulakukan. Apalagi tidak ada yang kepikiran, bahwa di Kota Shenghai ada orang yang berani menyerang polisi."

Raut wajah polisi yang memegang toa besar itupun menjadi serius dan bertanya, "Bu Odele, apakah kamu masih membutuhkan bantuan kita? Jika tidak, aku akan membawa mereka pulang terlebih dahulu. Orang-orang ini sangatlah berani, pasti ada orang yang membayar mereka untuk melakukan ini. Masalah kali ini harus ditangani dengan serius."

Odele melihat kearahku, lalu aku dengan canggung berkata, "Seharusnya sudah baik-baik saja. Insiden kali ini memang adalah sebuah kecelakaan. Biasanya keamanan dan ketertiban disini sangatlah baik. Aku pernah tinggal di Kota Shenghai untuk waktu yang lama."

Polisi yang memegang toa besar itu pun tertawa dan berteriak, "Semuanya balik ke kantor polisi."

Setelah berkata, ia pun melambaikan tangannya. Sisanya pun membawa orang yang diborgol itu naik ke dalam mobil. Sebelum polisi yang memegang toa besar itu pergi, aku pun bertanya, "Pak polisi, saat pria putih itu ingin menyerangmu, bagaimana bisa kamu menghalanginya dengan tepat waktu? Saat itu kita semua kira..."

Polisi yang memegang toa besar itupun tersenyum, "Sebenarnya menjadi seorang polisi, kita memang harus mempersiapkannya terlebih dahulu. Jadi saat ia mendekat, aku pun berpura-pura tertipu dan melirik ke samping. Oleh karena itu, ia baru menggunakan kesempatan ini untuk menyerang dari celah yang sengaja kubuat."

Setelah berkata, ia pun berkata lagi, "Tentu saja, jika ia tidak ada niat untuk menyerang polisi. Pasti juga tidak akan terjadi masalah seperti ini."

Aku melihat jejak keringat dingin yang mengering di dahinya, lalu aku tertawa, "Ada polisi yang seperti kalian, keamanan dan ketertiban di Kota Shenghai pasti akan berubah menjadi semakin baik di tangan polisi."

Melihat sekelompok orang yang dibawa ke dalam mobil oleh polisi, pria putih itu yang sebagai pemimpin pun melirik ekilas kearahku saat melewatiku dan berbisik, "Kamu Roman? Seperti yang dikatakan orang lain, kamu memanglah pria yang sulit dihadapi."

Namun polisi yang berada di sampingnya pun mengunci lengan pria putih itu dengan keras. Seketika ia pun menunjukkan ekspresi kesakitan.

Angin dingin menerpa, meskipun ini adalah hari yang cukup panas, aku pun tetap menggigil. Akhirnya masalah hari ini pun berlalu tanpa ada yang terluka.

Saat ini, Odele juga ikut polisi yang lain balik, "Roman, aku akan pulang terlebih dahulu dan membuat laporan dengan mereka. Nanti jika Zarki telah balik dan ada kabar lain, ingat langsung beri tahu aku."

Setelah berkata ia pun masuk ke dalam mobil. Aku berbisik kepada Wenny, "Wenny, apakah kamu melihatnya? Aku sadar sejak lulus, aku semakin jago untuk membuat onar. Jika kamu bersikeras untuk tetap membantuku, mungkin..."

Wenny melirik sekilas dan melototiku berkata, "Hanya begini saja? Dulu aku mulai bekerja dari pegawai kecil hingga sekarang. Masalah besar apa yang tidak pernah kulihat, apalagi masalah sekecil ini?"

Alex pun tercengang dan berkata, "Wenny cantik, sebelumnya kamu bukan seperti ini. Kamu saja tadi terkaget dan mendekat kearah Roman..."

Alex yang belum selesai berbicara pun tidak jadi berkata, karena Wenny membalasnya dengan tatapan yang mengerikan

Aku tertawa dan berkata, "Karena sementara ini kita sudah baik-baik saja, kita boleh menunggu Zarki disini. Sebelumnya aku telah menghubunginya, kira-kira ia sedang dalam perjalanan kesini. Tetapi kita juga tidak boleh tak berwaspada. Kali ini tidak berhasil, Clay yang sangat licik ini mungkin telah memikirkan rencana selanjutnya."

Kita pun menyapa bawahan Zarki di bar. Bar yang awalnya sudah mulai penuh dengan orang, namun karena insiden ini, banyak orang pun langsung pergi meninggalkan bar. Saat ini bar pun terlihat kosong dan luas, bosnya pasti ikut merasa sedih.

Setelah menunggu selama sepuluh menit lebuh di dalam bar, depan pintu bar pun kembali berisik. Aku pun merasa tegang, tetapi ketika aku menoleh, aku melihat Zarki yang mengerutkan dahi sambil berjalan ke dalam dan diikuti oleh beberapa bawahannya.

Tetapi penampilannya jauh dari apa yang kubayangkan. Saat ini mereka semua menunduk kepala dan terlihat sangat kecewa, apalagi Zarki yang termarah-marah. Bahkan beberapa darinya terlihat kotor, seperti baru saja berguling-guling di jalan raya.

Aku bertanya, "Zarki, apa yang terjadi dengan kalian? Apakah ada kabar Adham?"

Zarki pun mendengus, "Seharusnya sudah ada. Tapi tak sangka ada yang mengganggu dan mengendarai truk untuk menghalangi jalan kita. Oleh karena itu, semua petunjuk pun hilang. "

Aku berkerut alis, instingku pun berkata kenyataannya mungkin tidak sesederhana itu. Aku bertanya, "Truk? Dimana kalian pergi periksa? Mengapa bisa bertemu dengan truk?"

"Diluar kebun apel yang berada di pinggiran kota. Sebuah truk kosong menghalangi jalan kita. Awalnya aku ingin melawan mereka. Tapi tak sangka orang yang turun cukuplah banyak, kita pun hampir kalah. Memangnya ada apa?"

Zarki bertanya dengan curiga.

Aku pun berprasangka buruk dan berkata, "Di pinggiran kota terdapat kebun apel sangatlah normal. Tetapi apakah ada truk di pinggiran kota yang memiliki begitu banyak orang? Apakah kalian tidak merasa ada yang janggal?"

Novel Terkait

Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu