Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku - Bab 119 Bukan Jodohku

Sampai pada Christopher kembali, memulai bisnis di kota Guining dan gagal kehilangan banyak uang, dalam jangka waktu tertentu dia hidup dilanda kemiskinan dan juga agak putus asa.

Saat itu Morina bekerja sebagai agen di sebuah toko arloji bermerek, mengandalkan kecantikan dan kefasihannya dalam berbicara dia telah mencetak hasil kinerja penjualan yang luar biasa, penghasilannya sangat bagus, hubungan komunitasnya juga adalah lingkungan dan kelompok yang berkualitas, dan dia secara spontan masuk dan berbaur dengan kelompok borjuis kecil.

Diantara mereka berdua, yang satu setiap hari karier nya berkembang pesat dan setiap harinya hidup dengan gaya hidup yang berkualitas, yang satunya lagi baru saja memulai bisnisnya mengalami kegagalan dan kehilangan banyak uang serta dengan bekerja susah payah mencari uang menjual makanan di malam hari.

Yang satu pertemanannya sangat luas hampir setiap hari ada janji, sau yang lainnya tidak pernah keluar rumah dan berinteraksi dengan orang lain.

Yang satunya bangga atas pencapaiannya, yang satunya lagi putus asa dan tertekan.

Jadi, mereka mulai bertengkar, dan semakin lama semakin parah.

Morina mulai pergi meninggalkan rumah, Christopher sepanjang malam mulai pergi mencari kegagalan yang terwujud dan seperti orang bodoh duduk di pinggir jalan sambil merokok.

Pada akhirnya mereka putus.

Morina berhenti dari pekerjaannya, dan meninggalkan Kota Guining, Christopher juga patah semangat, dan kembali ke daerah Pingxian melanjutkan keterpurukannya dalam beberapa waktu, akhirnya di bawah keoptimisan dan pendapat besar dari ibunya dia perlahan-lahan mulai pulih kembali, memulai mengurus penitipan anak, dan dengan bantuan dari status pengajaran kakaknya dia mulai dengan cepat dan berusaha sampai pada akhirnya mendapatkan sejumlah murid, ini baru mulai stabil.

Kemudian, di saat aku sedang ada di penjara, pernah sekali dia datang menjenguk ku, dan memberitahukan padaku, kalau Morina akan menikah, dan dia mengundang ku untuk pergi menghadiri acara pernikahannya.

Dia bertanya padaku, haruskah dia pergi.

Aku berkata : hanya orang bodoh yang akan pergi.

Dia menganggukkan kepalanya: ya, hanya orang bodoh yang akan pergi.

Christopher seperti sedang mengatakan suatu masalah yang jarang dari biasanya, setelah selesai berbicara dengan tenang, dia mengambil bir yang ada di atas meja lalu mengarah dan memberikannya kepada ku.

Aku juga mengangkat gelas ku dan bersulang bersamanya, meminum seteguk, lalu kita saling pengertian mengambil sebuah tiram, dan mengambil daging tumpuk besar penuh dengan bawang putih yang dicincang lalu memasukkannya ke dalam mulut, kebetulan lagi dari dalam tenggorokan kita keluar sebuah suara sendawa yang menandakan kekaguman.

Dia sebenarnya adalah orang yang sangat terbuka.

Dia lebih bebas dibandingkan denganku.

Mungkin tidak akan lama, aku juga akan bisa sama sepertinya, mencerna semua kesedihan yang pernah aku alami, kadang kalau dipikirkan kembali, dibicarakan jarang dari biasanya, lalu mengejek kebodohan diri sendiri pada saat itu.

Elina menundukkan kepalanya dan tenggelam dalam pikirannya.

Seorang wanita yang belum pernah mengalami percintaan, kira-kira sedang menggambarkan proses kebahagian sampai proses kesedihan.

Bagaimana rencana mu? Masalah perceraian Morina.” Setelah beberapa saat aku bertanya.

Christopher menggelengkan kepalanya: “Bukan urusan ku, lagipula aku juga tidak bisa membantunya, masih mau bagaimana lagi.

Benar-benar.

Tapi sejak setelah sebuah telepon berdering bertanya padaku mengenai pengacara, selama beberapa waktu ini da selalu dalam setiap saat dan berulang kali terus menerus menelepon ku.

Tidak mungkin kan dia ingin mengambil kembali apa yang sudah dia buang, dan mencarimu untuk membelinya?

Hehe. Christopher menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tertawa, Mungkin saja, tapi semuanya sudah berlalu, anggap saja kita tetap memaksakan untuk bersama, sebelumnya perasaan semacam itu dari awal memang sudah tidak ada.

Aku tidak melanjutkannya lagi, masalah seperti ini benar-benar membuatnya sangat sulit untuk menerima, apalagi aku juga tidak terlalu berharap melihat mereka rujuk kembali.

Meskipun Morina juga adalah teman lamaku, dan juga sahabatku, tapi jalan seperti itu adalah pilihannya sendiri, siapapun juga tidak bisa membantunya.

Pada saat ini, Elina yang terus menerus menundukkan kepalanya tiba-tiba mengangkat kepalanya, melihat Christopher, da berkata : “Aku bisa membantu, seharusnya di Linzhou aku bisa mendapatkan seorang pengacara yang dikenal dan memiliki kekuatan.”

Christopher tercengang, lalu sedikit mengerutkan keningnya dan berpikir.

"Mau atau tidak aku bantu?" tanya Elina.

Christopher berpikir sejenak, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya: "Sudahlah, semuanya hanya masa lalu belaka, biarkan dia sendiri saja yang menyelesaikannya, sekarang aku juga bukan siapa-siapanya lagi, tidak ada kewajiban untuk membantunya."

Elina membuka mulut untuk memulai berbicara, dan mengatakan sesuatu api kemudian diam kembali, dan dengan cepat menghela nafas.

"Tidak usah membicarakan ini lagi." Christopher tertawa, berbalik dan berteriak kepada pemilik kedai makanan yang sedang sibuk: "Pak, tambahkan lagi tiramnya."

"Baiklah."

Kita sudah tidak membicarakan tentang Morina lagi, malahan membicarakan tentang pekerjaan masing-masing.

Jam 11 kita baru selesai dan pulang, aku menyuruh Christopher untuk pulang duluan, dan aku mengantar Elina pulang ke hotel, lalu setelah itu baru pergi ke rumah Christopher.

Di daerah Pingxian banyak sekali kendaraan beroda tiga, penduduk setempat disana menyebutnya bajai, di sebelah kedai makanan banyak sekali becak, aku berpikiran ingin memanggil salah satunya, tapi Elina ingin pulang jalan kaki, pertama karena ingin mencerna, kedua karena sekalian ingin berjala-berjalan di sekitar daerah kecil ini.

Tempat kecil pada akhirnya tidak bisa dibandingkan dengan kota besar, baru saja jam sebelas malam, selain para penjual makanan di jalanan, jalan yang lainnya sudah sangat sedikit pejalan kaki dan kendaraan.

Tapi di malam yang sejuk, dengan jalanan sepi seperti ini lebih cocok untuk kita, dan kita berjalan di bawah angin malam yang tenang seperti ini.

Saat tidak jauh dari hotel, Elina tiba-tiba bertanya: “Roman, kalau misalnya Keisya yang ingin menggugat cerai, apakah kamu akan membantunya?”

Aku berpikir-pikir sejenak, lalu menggelengkan kepala: “Seorang yang disebut sebagai pejabat jujur saja merasa sulit untuk menyelesaikan pertengkaran keluarga, tidak ada yang bisa dibantu kalau masalah perceraian seperti ini, kecuali masalah besar seperti masalah hidup dan mati.

“Tapi jelas-jelas kamu masih mencintainya.”

Aku sedikit tercengang, lalu tanpa sadar tertawa terbahak-bahak.

“Apa bukan begitu?” Elina bertanya lagi.

“Hehe, Direktur Elina, bagaimana caranya kamu bisa memperoleh kesimpulan seperti ini.”

“Insting.”

“Saat kamu mendengar alasan Keisya yang sebenarnya meninggalkanmu, aku melihatnya dengan jelas.” kata Elina menambahkan.

Aku menggelengkan kepala sambil tersenyum: “Direktur Elina, instingmu ini sepertinya tidak terlalu tepat, aku dari awal sudah tidak ada rasa lagi dengan Keisya, sebelumnya hanya ada rasa benci saja, ketika mendengar perkataannya pada saat itu, alasan kenapa aku linglung, adalah karena dalam sekejap kebencian ku padanya hilang, itu saja tidak lebih.”

Elina tidak membantah, dan hanya berjalan dengan tenang ke depan.

Dalam waktu yang lama, dia tiba-tiba berkata: “Christopher sebenarnya juga masih mencintai Morina, aku juga bisa melihatnya.”

Aku menganggukan kepala: “Dia adalah orang yang penuh dengan kasih saying, apalagi dia dan Morina sudah berpacaran 9 tahun, dan Morina adalah cinta pertamanya, pada saat ayahnya baru saja meninggal, Morina lah yang menemaninya melewati semua ini.”

“Iya benar, cinta yang begitu indah, banyak cinta yang tak terlupakan, dan pada akhirnya ternyata berpisah, aku sangat ingin melihat mereka bisa bersama-sama kembali.”

Terhadap perkataan Elina, aku tidak bisa mengelaknya, dan hanya tersenyum pelan.

Tepat berjalan sampai hotel, aku tidak mengantarnya naik sampai ke atas, dan hanya berpisah di depan pintu hotel.

Elina bilang, besok pagi jangan lupa menjemputnya, dia ingin pergi melihat taman bunga.

Aku menganggukkan kepala menyetujuinya, setelah melihatnya berjalan masuk ke lift hotel, aku sendiri memanggil bajai untuk mengantarkan ku kembali ke rumah Christopher.

Sepanjang perjalanan, dalam pikiranku kacau karena perkataan Elina barusan: Jelas-jelas kamu masih mencintainya.

Apakah aku masih mencintai Keisya?

Tidak, dari awal aku memang sudah tidak mencintainya, sebelumnya aku hanya memiliki perasaan benci padanya, sekarang bahkan rasa benci pun sudah tidak ada.

Dia hanyalah seorang tamu yang lewat di dalam hidupku.

Tamu yang sering datang memberikan kebahagiaan dan kesedihan, meninggalkan kenangan terbanyak untukku.

Setelah beberapa tahun, aku mungkin akan memikirkannya sesekali, lalu tiba-tiba berpikir, ternyata wanita itu mencintaiku.

Itu saja tidak lebih.

Rumah Christopher ada tiga kamar dengan satu ruang untuk barang dagangan, bisa dibilang sangat luas, setiap kali aku datang aku pasti tidur di kamar tamu itu.

Sekarang, dari awal Bibi Merry sudah membersihkan dan merapikan kamar tamu dengan sangat rapi, membentangkan seprai yang dulu sering kali aku gunakan, dan masih menaruh dua bantal.

Dia sepertinya mengira kalau aku akan datang membawa Elina kesini.

Novel Terkait

Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu