Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku - Bab 459 Cara Melarikan Diri

Aku menatap Elina dan berkata dengan senyuman masam, "Jika awal tahu ada harimau bertaring tajam di dalam hutan, maka kita tidak akan masuk."

"Tapi jika kita tidak masuk, kita tidak akan mungkin kembali ke masyarakat modern." kata Elina.

Fima di sampingku sekarang sudah memulihkan ketenangannya dan terus menepuk dadanya dengan ringan dan berkata, "Roman, bukankah sebelumnya kamu pernah mengatakan bahwa harimau itu akan berlari ke arah utara setelah musim dingin tiba? bagaimana kalau kita tunggu di sini selama beberapa hari. ketika musim dingin tiba, harimau itu akan pergi ke hutan di utara dengan sendirinya."

Alex yang berada di atas pohon di seberang langsung membalasnya, "Ide apaan itu? kita tidak bisa makan di atas pohon, paling lama bertahan hanya dua sampai tiga hari saja, di tambah lagi ketika musim dingin tiba, kemampuan kita bertahan melawan suhu dingin tidak seperti harimau."

Alex menghela nafas berat dan berkata, "Sayang sekali, seandainya di sini adalah kota Yanjing, aku bisa membuat harimau itu hidup tidak lebih dari tiga menit."

Aku berkata, "Jika ini ada di dalam masyarakat modern, fosil hidup semacam itu dari awal sudah dikurung di kebun binatang, kamu pikir kamu punya kesempatan untuk menyentuhnya?"

Selesai berkata, hutan kembali menjadi hening, hanya ada harimau yang berjalan bolak-balik di bawah beberapa pohon besar serta suara kaki yang bergesekan dengan tanah membuat semua orang mengernyit dan berpikir.

Dapat dikatakan bahwa penampilan kami sekarang sangat konyol, ditambah dengan Ghea total jadi 8 orang, kami menunggu mati-matian di atas pohon, sementara di bawah kami adalah harimau bertaring tajam di pulau yang terkenal.

Brak!

Namun ketika aku sedang memikirkan cara untuk melarikan diri, pohon besar di bawah kami tiba-tiba berguncang kuat, bunyi alarm berdering di benakku, lantas sepasang tanganku memeluk batang pohon dengan lebih erat.

Pada saat berikutnya, harimau itu menabrak pohon kami lagi dan menghasilkan bunyi gedebuk, membuat aku dan Fima memucat.

"Gawat, dia menabrak pohon, kalau pohonnya ditabrak sampai roboh, habislah kita semua." pekik Fox.

Namun, dirinya sekarang cuma bisa cemas. Pada akhirnya Alex berteriak seolah-olah tiba-tiba tersadar akan sesuatu, "Roman, cepat tembak dia dengan pistol!"

Sial, kenapa bisa sampai lupa.

Aku langsung tersadar begitu Alex mengingatkan, lalu dengan sigap aku meraih pistol di punggungku. Namun, sebelum aku menggenggam pistol dengan benar, pohonnya di tabrak lagi sehingga terdengar bunyi benturan, dengan buru-buru aku mendekap batang pohon terdekat agar tidak jatuh.

"Argh!"

Baru saja diriku berdiri stabil, Fima yang berada di samping ku malah terkena masalah, dia menjerit sembari menangis, "Roman, cepat tolong aku, kakiku tergelincir!"

Fima terperanjat kaget dengan kekuatan besar dari hantaman mendadak barusan, sehingga dia tidak memegang batang pohon dengan erat dan tidak berdiri stabil hingga pada akhirnya dia terjatuh.

Aku cepat tanggap, dengan buru-buru aku mengulurkan tanganku dan meraih pergelangan tangannya.

Harimau yang sedari tadi menyaksikan situasi kini semakin bersemangat untuk menabrak pohon besar di bawah kami secara terus menerus, tetapi aku buru-buru membantu Fima untuk naik dengan sekuat tenaga.

Setelah berhasil naik, kali ini dia mendekap batang pohon dengan sangat kuat, kemudian aku menegurnya, "Jangan terlalu kuat, gawat kalau tenagamu sampai habis."

Aku tidak dapat memahami suasana hati mereka saat ini, tapi yang jelas aku sangat khawatir, kami telah meremehkan kekuatan harimau itu sebelumnya. Pohon besar ini dipenuhi oleh tiga orang yang saling berpegangan erat, tetapi malah diguncang dengan keras oleh harimau itu, takutnya kami tidak bisa selamat jika harimau itu menabrak pohon beberapa kali lagi.