Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku - Bab 117 Pergi Minum Bir

Aku baru mengatakannya, punggungku langsung terasa sebuah pukulan yang kuat dan terasa sakit seperti rasa sakit paru-paru.

Aku langsung mengeluarkan suara batuk, motor juga sedikit bergoyang, Elina langsung dengan panik memelukku, mungkin dia takut motor yang bergoyang ini bisa melemparkannya.

Karena tidak ingin dipukul lagi, aku tidak lanjut bercanda kepadanya lagi, ditambah lagi sudah mau tiba di kota pusat, jadi aku mengeluarkan ponsel menghubungi Christopher, tanya dia di mana ada hotel lumayan berkelas dan bersih.

10 menit kemudian, aku tiba di jaringan hotel kelas menengah yang diberitahu Christopher, katanya ini adalah sebuah hotel yang baru buka tidak lama ini, kelihatannya lumayan berkelas dan bersih, keamanannya tampaknya lumayan bagus.

Aku memberhentikan motor di depan hotel, setelah Elina turun, aku berkata: “Direktur Elina, kamu istirahat lebih awal, besok aku datang jemput kamu ke kebun bunga.”

Elina melihat jam tangannya sekilas lalu menggelengkan kepala: “Baru jam 8 saja, sangat bosan di dalam hotel, bukankah kamu mau pergi menemui teman, bawalah aku, aku ingin berjalan-jalan.”

“Kak, aku mau pergi minum bir, bukan jalan-jalan.”

“Kalau begitu aku makan cemilan di lokal, dan juga jangan panggil aku kakak.”

“Bukankah tadi kamu makan dengan sangat kenyang?”

Elina melihatku beberapa detik, tiba-tiba menolehkan kepala dan berjalan ke dalam hotel, dia dengan tidak senang berkata: “Yasudah kalau tidak mau bawa aku, aku bisa pergi sendiri.”

Aku sedikit tidak berdaya berkata: “Baik, baik, baik. Aku bawa kamu pergi, kutunggu kamu di sini, kamu pergi pesan kamar dan letakkan barangmu di kamar dulu.”

“Baik.”

Elina mempercepat langkah kakinya.

Sebenarnya aku takut ada yang terjadi padanya, karena ini adalah tempat yang asing baginya, seorang wanita yang cantiknya luar biasa sendirian berjalan di jalanan akan dengan mudah menarik perhatian orang, dunia ini dipenuhi dengan orang yang memiliki pemikiran jahat, bahkan kota besar yang punya keamanan baik saja, juga ada kasus pelecehan di dalam MRT dan di lift, apalagi kota kecil, sekelompok anak-anak tadi adalah sebuah contoh.

Aku menghubungi Christopher, menyuruh dia tunggu aku di bawah rumahnya, karena aku mau membawakan barang untuknya, dari pada nanti dia pergi minum bir sambil membawa sebungkus asinan pepaya dan kulit timun kuning.

Setelah menunggu sekitar belasan menit di depan hotel, Elina sudah keluar, dia hanya membawa sebuah tas kecil yang bisa digantung di pergelangan tangan.

Pusat kota tidak terlalu besar, hotel yang direkomendasi Christopher lumayan dekat dengan rumahnya, naik motor sekitar 5 menit sudah tiba di rumahnya.

Ini adalah salah satu area dagangan yang paling awal di Daerah PingXian, penduduknya hanya seratusan orang saja, dulu 1 meter persegi hanya 4 jutaan saja, Christopher dan ibunya pergi ke Provinsi Guangdong jualan cemilan malam sangat lama, lalu setelah tabungannya cukup, mereka baru ke sini untuk beli rumah baru lagi.

Sama dengan dulu, di samping ruangan penjaga ada sebuah meja yang sedang bermain mahjong, beberapa bibi sedang bermain dengan sangat semangat, di dalamnya ada ibunya Christopher.

“Bibi Merry, lagi main mahjong ya.” saat aku mengendarai motor melewati poster pengumuman di pintu gerbang, aku berteriak ke arah meja mahjong.

Ibunya Christopher menolehkan kepalanya kemudian dengan wajah yang dipenuhi dengan senyuman: “Eh, Roman ya, kapan kembali?”

“Semalam baru pulang, di mana Christopher? Belum turun?”

“Belum.” Bibi Merry langsung menjawab, dia dengan tersenyum menatap Elina yang duduk di belakang dan bertanya: “Eh, ini pacar kamu ya, cantik sekali, mirip dengan artis di TV.”

Beberapa bibi yang sedang bermain mahjong atau yang sedang berdiri di samping langsung serentak melihat kemari.

“Haha, Bibi Merry, seharusnya lebih cantik dari artis di TV, kan? Oh ya, namanya Elina.” Aku tidak membantahnya, tetapi aku menjawab dengan tertawa, kemudian berkata dengan Elina yang duduk di belakang: “Ini adalah teman bibiku, namanya Bibi Merry, dia sangat baik, masakannya juga sangat enak.”

“Halo bibi.”

Elina dengan sopan dan tersenyum dengan manis menyapa Bibi Merry, lalu bersamaan juga mencubit pinggangku dengan kuat.

“Bibi Merry, bantu aku panggilakn Christopher, suruh dia turun ambil untuk ambil barang, aku pergi berhentikan motor dulu.”

Setelah mengatakannya, aku buru-buru berkendara ke depan, karena aku sudah sakit hingga mulutku memiring.

“Bawa barang apa lagi?” Bibi Merry bertanya di belakang.

“Asinan pepaya dan kulit timun.”

“Baiklah, titip terima kasih kepada ibumu.”

Bibi Merry baru selesai mengatakannya, tiba-tiba terdengar suara jeritan yang kuat: “Christopher! Roman sudah datang.”

Terdengar suara “iya” dari lantai 3 di sebuah rumah bertingkat, tidak lama kemudian terdengar suara tutup pintu dan suara turun tangga.

Saat aku berhentikan motor ke dalam emper mobil, Elina sekali lagi mencubitku dengan sangat kuat.

“Kenapa tadi kamu bilang aku adalah pacarmu?” dia bertanya sambil mengerutkan alis.

Aku sedikit sedih: “Direktur Elina, bukan aku yang mengatakannya, Bibi Merry yang bilang.”

“Jadi kenapa kamu tidak membantah?”

“Itu... Direktur Elina, apa kamu tidak tahu betapa lelahnya menjelaskan hubungan seperti ini kepada bibi-bibi, dan juga mereka tidak akan dengar penjelasan. Jika mereka melihat kamu duduk di belakangku, melihat kita begitu dekat, mereka akan menganggap kita adalah pasangan. Dari pada susah payah menjelaskan kepada mereka, lebih baik hemat energi, betul, kan?”

Elina berpikit: “Huh! Kalau tahu begitu, aku tidak ikut kamu datang sejak awal.”

“Kamu sendiri yang mau ikut ke sini.”

Elina turun dari motor dengan marah, kemudian melihat ke sekitaran komplek yang sedikit kecil ini.

Aku mengunci motor dan membawanya keluar dari emper mobil, kebetulan melihat Christopher yang tidak jauh baru turun dari tangga.

Barusan bertemu, Christopher terdiam sebentar kemudian berjalan kemari sambil menyapa Elina: “Halo kakak ipar.”

Elina juga terdiam sebentar, kemudian menjawab dengan senyuman paksa: “Halo, kamu sudah salah paham, aku bukan pacarnya.”

“Oh, kalau begitu anggap saja aku panggil lebih awal.” Christopher dengan yakin menganggukkan kepala.

Aku memotong pembicaraannya, lalu memperkenalkan mereka masing-masing.

Setelah tahu Elina adalah bosku, Christopher sedikit terkejut: “Hebat sekali kamu, bos secantik ini juga bisa kamu dapatkan.”

“Aku benar bukan pacarnya.” Elina menjawab dengan tidak berdaya.

“Mhm, aku sudah menyadarinya, sementara bukan.” Christopher berkata seakan-akan dialah yang paling benar.

Elina membuka mulut dan tidak berkata apapun, mungkin dia takut Christopher sembarangan berkata lagi.

Aku langsung memberikan bungkusan di tanganku kepada Christopher: “Ini dari ibuku.”

Dia melihat: “Wow, aku sudha lama tidak makan 2 jenis asinan dari ibumu, nanti aku harus berterima kasih dengannya.”

“Beli sedikit ginseng atau produk kesehatan saja, aku tidak masalah kok.”

“Mhm, tapi aku bermasalah.”

Christopher lalu mengatakannya dengan sangat pasti, sambil berjalan ke arah tangga.

Dia baru naik ke tangga, Elina langsung mendekatiku lalu bertanya dengan suara yang kecil: “Temanmu ini keterlaluan sekali, apa arti namanya?”

“Chris yang menandakan kepunyaan, topher yang menandakan perak, ayahnya berharap dia sukses dan menjadi kaya.”

“Hahaha, ayahnya berbakat sekali.”

“Memang, sayangnya sudah meninggal.”

“Hah?”

Elina dengan diam-diam melihat Christopher yang naik dari tangga, kemudian melihat Bibi Merry yang tidak jauh dari sini sedang bermain mahjong dengan senang.

Novel Terkait

Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu