Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku - Bab 258 Sudah Berkorban

“aku keluar lalu kamu akan melepaskanku?”

Aku berbicara dengan tenang, walaupun tahu dia mungkin saja hanya mengulur waktu, tapi demi keselamatan kelompok kecil Dwayne, aku juga hanya bisa membiarkan dia melanjutkannya.

Penghubung itu bersembunyi dibelakang pilar batu, hanya menunjukkan sebuah toa, “kamu dan aku sama-sama tahu, kamu telah membuat cacat kaki tuan muda, dan membuat cacat kaki tangan pamannya, bagaimana mungkin melepaskanmu begitu saja.”

Setelah selesai bicara, penghubung melanjutkan omongannya : “tetapi kalau kamu berjalan keluar dengan sendirinya, kami bisa saja melepaskan teman-teman yang di dalam plaza itu.”

Aku melihat Dwayne, Dwayne menggelengkan kepala, aku berkata : “baik, aku keluar, tapi kalian jangan tembak aku. Aku pikir Mark dan Clay bersaudara tidak ingin melihat aku mati. Mereka Membiarkan aku hidup, lalu permalukan aku, seharusnya ini yang paling mereka inginkan.”

Penghubung itu tertawa, “kamu benar-benar menarik, sayang sekali dendam antara kamu dan keluarga Gong sangat dalam, kalau tidak, mungkin saja kita bisa menjadi teman.”

Aku melihat kearah penghubung itu, memaki di dalam hati, berteman dengan kebodohanmu, panik sampai seperti ini, sampai sekarang pun tidak berani menunjukkan kepala.

Aku berkata, “benar, memang sangat disayangkan.”

Penghubung, “karena sudah begini, kamu sudah boleh keluar.”

“ok, aku segera keluar.”

“Roman, kamu sebenarnya mau keluar atau tidak!”

Saat berbicara aku mencari kesempatan dan melompat ke depan, aku melompat ke belakang pilar batu di depanku, karena sebelumnya semua orang mengawasi pilar tempat aku dan Dwayne bersembunyi, tidak ada orang yang akan kepikiran aku akan lari keluar, sehingga tidak waspada sama sekali.

“dor dor dor!”

“ah!”

Tiga tembakan berturut-turut, tembakan senapan otomatis memnyebabkan suara di udara, penghubung itu sama sekali tidak waspada, dua dari tiga peluru mengenai pilar batu, peluru terakhir tembus mengenai lengannya.

Penghubung itu berteriak dan menutupi lengannya, aku melompat lagi dan menembak secara tiba-tiba, juga tidak tahu apakah ada peluru yang mengenai sasaran, aku dengan sangat cepat bersembunyi di balik pilar batu, dengan napas yang terengah-engah.

Di waktu yang sama, Dwayne juga tidak tinggal diam, tapi saat aku menembak, Dwayne juga melakukan pergerakan, aku dan Dwayne berada di tempat yang berlawanan, ketika sekelompok orang itu terpancing mereka tidak berhenti menembak hampir muncul pilar darah, perbandingan kekuatan sisi Oliver dan kami langsung bertukar.

Sebelumnya di tempat latihan menembak, master yang mengajariku pernah bilang aku memang bawaan dari lahir cocok untuk menggunakan senjata, sehingga bisa belajar dengan sangat cepat, sampai sekarang, pemakaian senjata otomatisku jauh lebih hebat dibandingkan kebanyakan orang.

Dan walaupun begitu aku benar-benar salut, tidak heran Dwayne ketua dari agen rahasia, karna dia dididik oleh Jack sendiri dan jack menghabiskan banyak waktu untuk mendidiknya, tidak hanya keberanian untuk kembali sendirian untuk menolong orang, bahkan kemampuannya menggunakan senjata, aku belum pernah melihat siapapun yang bisa menyainginya.

Aku dengan tenang mencari sisi sudut dan diam-diam mengulurkan kepala, melalui bayangan aku melihat, di sisi Oliver ada dua orang yang terbaring, dan ada seorang lagi yang sedang mengeluh kesakitan, hanya saja suaranya pelan dan lemah, seperti bisa mati kapan saja, dan orang itu kebetulan adalah penghubung keluarga Gong.

Aku mengoceh dalam hati, karena kamu telah memilih untuk berpihak pada keluarga Gong, dan menginginkan nyawaku juga, jangan salahkan aku bertindak kejam.

Seperti yang kamu bilang, keluarga Gong dan aku sejak awal sudah tidak dapat berdamai, lain kali kalau aku menangkap dua bersaudara Keluarga Gong dan Luke, aku akan tanpa ragu memilih untuk membunuhnya, kalau kamu melawan ular tanpa membunuhnya akhirnya pun akan kena kecelakaan lainnya, baik aku maupun keluarga Gong, sekarang semuanya sudah sangat paham akan peribahasa ini.

Tentu saja, yang aku maksud adalah di Thailand.

Sisi Dwayne juga tumbang tiga orang, termasuk Oliver, orang hidup dari pihak Timothy yang masih bisa bertarung hanya tersisa lima orang, bahkan ketika aku dan Dwayne tidak berhenti menembak, sudah ada orang yang mengibarkan bendera putih dan bersembunyi di belakang pilar batu.

Tidak lama kemudian, akhirnya dari balik pilar batu Oliver mengulurkan sebuah kain berwarna putih, Dwayne tetap berjaga dari posisinya, aku menyuruh semua orang untuk menyerahkan senjatanya, lalu kedua tangan memegang kepala, Oliver dengan mengeluarkan sebuah pistol perak yang bagus dari pinggangnya.

Aku langsung mengambil dan mengeceknya, pelurunya masih penuh, satupun belum digunakan, “desert eagle? Benda bagus.”

“karena kamu menginginkannya, maka untukmu saja.”

Oliver tidak memiliki maksud untuk membakang sedikitpun, penghubung keluarga Gong yang diatas lantai merupakan peringatan untuknya.

Aku memasukan pistolnya ke bagian pinggangku, klip amunisi glock yang sebelumnya dipakai sudah habis ditembakkan, sekarang sudah tidak ada kemampuan untuk menghalangi.

Aku melihat orang-orang Timothy, Dwayne melepaskan tali yang mengikat tubuh para anggota kelompok, melihat Dwayne dan aku, beberapa kawanan itu sangat bersemangat sampai wajahnya semua memerah.

“mana orang yang lainnya?”

Dwayne bertanya.

“mereka semua berkorban.”

Diantara anggotanya ada yang matanya langsung memerah.

Setelah diam sesaat, Dwayne berkata, “yasudah, semuanya jangan buang waktu lagi, dilantai ada senjata, ayo kita cepat pergi.”

Anggota kelompok satu per satu memungut pistol, mengganti amunisi dengan terlatih, melepaskan keamanannya.

Aku berkata, “ayo cepat kita pergi, mungkin saja tadi Oliver sudah menghubungi Timothy, bala bantuan mereka sedang dalam perjalanan.”

Aku mengikat orang-orang Timothy menjadi satu, dengan cepat bergabung dan kembali dengan yang lain.

Berdasarkan perkiraan perhitungan waktu, walaupun Timothy mengutus orang lagi, seharusnya tidak akan begitu cepat, apalagi kami kembali dengan cara yang sama.

Keluar dari taman bunga pusat, kami menyimpan semua senjata, di taman bunga pusat hanya ada kami dan orangnya Timothy, membawa senjata tidak hanya efisien, juga jauh lebih aman.

Dan di jalan raya kota Chiang Rai, walaupun keluarga Du memegang kendali, tetapi jika dimanfaatkan oleh orang yang berpendirian, mungkin akan membuat Jack kesulitan untuk menggunakannya.

Di jalanan tidak ada yang menghalangi, kami dengan sangat cepat melewati pintu kota, hanya saja ternyata diluar pintu kota bersembunyi segerombolan orang, aku langsung reflek ingin mengambil senjata, tetapi melihat orang-orang Bruce, aku menjadi lega.

Aku bertanya kepada orang yang memimpin dan akrab itu, “Bruce mana?”

Anak buah itu bilang Bruce pergi mencari mobil, aku bertanya lagi mengenai keadaan dua anak kecil, bawahan itu bilang bahwa dua anaknya Tuan Jack baru saja keluar kota, Tuan Jack langsung menyuruh orang menjemputnya, sesuai perhitungan waktu, sekarang seharusnya sudah tiba di Chiang Mai.

Aku merasa lega, tampaknya, dua anak kecil itu sudah berhasil diselamatkan, jimat Buddha milik keluarga Du juga sudah diantar ke Chiang Mai, akhirnya bisa kembali ke Chiang Mai, istirahat sejenak.

Aku menyuruh bawahan itu pergi cari mobil, kita pulang duluan, aku tiba-tiba kepikiran akan Elina, lalu megecek handphone, pas sekali di saat ini ada telepon masuk, ternyata Bruce, aku langsung mengangkat teleponnya.

“kak Roman, kamu dimana?”

“kami sudah keluar Chiang Rai, sekarang sedang menunggumu mencarikan kami mobil, bersiap untuk kembali ke Chiang Mai.”

“cari mobil? Mobil apa?”

Bruce baru selesai bicara, firasatku langsung memburuk, tiba-tiba merasakan hawa dingin, bulu kudukku berdiri, ini adalah firasat terhadap bahaya.

Dor!

“kak Roman!”

“sialan!”

“semuanya berhati-hatilah! Mereka bukan orangnya Tuan Jack!”

“......”

Aku langsung melompat ke samping, namun masih merasakan sakit di bagian lengan, pandanganku menjadi gelap dan aku jatuh pingsan.

Novel Terkait

Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu