Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku - Bab 69 Mimpi Yang Sangat Bodoh

“Aku? Bagaimana bisa?”

“Kemarin saat dia mengantarku pulang ke rumah dia memintaku untuk tidak mengejar mu, dia mengatakan jika kita tidak akan memiliki akhir yang bagus, meskipun kamu menyukaiku keluargamu pasti tidak akan menyetujui hubungan kita, dia juga mengatakan jika dia akan memberiku uang agar aku meninggalkanmu, tetapi aku langsung menolaknya, setelah itu dia mengatakan jika aku akan mendapatkan masalah jika aku tetap seperti ini, dia mengancamku seperti apa yang Mark lakukan sebelumnya.”

Setelah mendengar apa yang aku katakan Elina terlihat mengerutkan keningnya, dia sedang berpikir, dan setelah beberapa saat matanya menyiratkan senyuman yang tidak bisa dijelaskan saat menatapku.

“Apa yang kamu lihat, apakah ada tanaman yang tumbuh di kepalaku?” Aku dilihat dengan tatapan seperti itu olehnya merasa tidak nyaman.

Elina menggelengkan kepalanya, “ternyata keluargaku sudah mengetahui jika kamu sedang mengejarku, aku sedang berpikir bagaimana mereka akan menilaimu, mungkin penilaian mereka tidak jauh dari gangster, bajingan, gembel, jika aku menerimamu dan membawamu pulang ke rumah, aku tidak tahu reaksi apa yang akan mereka tunjukkan, mungkin mereka akan langsung menghabisimu.”

Aku terdiam, dan setelah itu tidak bisa menahan senyuman di wajahku kemudian berkata, “apa itu artinya kamu berencana untuk menerimaku?”

Elina tersenyum tenang, “Mimpi yang sangat bodoh.”

Aku tersenyum dan menatapnya dalam dalam, “tidak, aku tidak sedang bermimpi, kamu juga sepertinya sudah memiliki tanda tanda jika kamu menyukaiku, hanya saja kamu belum menyadarinya, atau mungkin kamu sedang berusaha menolak perasaanmu sendiri. Jika tidak nanti setelah kembali pikirkanlah baik baik, kemudian terima aku secepatnya, kamu akan menyadari jika berpacaran denganku adalah suatu hal yang sangat membahagiakan.”

“Haha, Lanjutkan saja mimpi indahmu itu.”

“Iya, aku memang sering memimpikanmu, setiap kali aku memimpikanmu, kamu selalu menggeliat di bawah tubuhku, atau kamu memanjat ke atas tubuhmu dengan wajah malu malumu, kamu yang seperti itu benar benar menawan, membuatku meleleh tidak berdaya.”

Wajahnya langsung memerah, “cih, brengsek!”

“Jangan seperti itu, terkadang brengsek juga bisa menjadi keuntungan, aku bisa memberimu kebahagiaan yang belum pernah kamu rasakan sebelumnya. Oh iya, aku selama ini selalu lupa ingin bertanya kepadamu, apa kamu pernah merasakan kebahagiaan seperti itu? Kebahagiaan yang menghauskan, yang membuat seluruh tubuhmu terasa panas, tapi membuatmu merasakan kenikmatan yang tidak ada tandingannya.”

“Roman, kamu brengsek! Aku tidak pernah bertemu dengan laki laki brengsek tidak tau malu sepertimu! Nikmati saja mimpimu itu disini! Aku akan pergi, lain kali jangan pernah memanggilku keluar lagi!”

Elina berkata dengan wajah memerah, bernajak dari tempat duduknya, dia meraih tas miliknya kemudian bersiap untuk pergi begitu saja.

Aku langsung meraih tangannya, berkata dengan tersenyum, “baiklah, tadi aku hanya menggodamu saja, jangan marah, aku minta maaf kepadamu, maaf, lain kali aku tidak akan mengatakan hal yang menjijikan seperti ini lagi.”

“Lepaskan aku.” Wajahnya penuh amarah, tanganku ditepis begitu saja olehnya.

“Jangan, temani aku duduk sebentar lagi, aku berjanji aku tidak mengatakan hal seperti itu lagi.”

“Cepat lepaskan.” Kedua matanya memelototiku dengan kesal.

“Matipun aku tidak akan melepaskanmu, kamu berteriak minta tolong, menelpon polisi pun aku tidak akan melepaskanmu, itu karena aku mencintaimu.”

“Kamu.....”

Wajah Elina sudah tersipu malu, dia sudah sangat marah tapi tidak bisa mengatakan apapun, tidak berani menatap kedua mataku secara langsung, dia tidak tau bagaimana harus menghadapi pengakuanku ini yang sangat frontal.

Mumpung keadaan sudah memanas, aku berkata dengan serius, “Elina, aku rasa kebahagiaan bisa menggambarkan keadaan kita saat ini, pada awalnya aku sangat membencimu, tapi saat kebersamaan kita di Chiang Mai, aku perlahan mulai menyadari jika kamu tidak seperti penilaianku selama ini, kesombongan dan aroganmu itu hanyalah topeng, kamu yang sebenarnya sangat pendiam, lembut, kamu sangat cantik dengan kesan lucu dan menggemaskan, aku mencintaimu.”

“Cinta ini datang tanpa sempat aku duga, tapi kamu harus tau jika cintaku ini tulus.”

“Aku tau jika aku memiliki banyak kekurangan, selain apa yang kamu katakan, aku biadab, tidak tau malu, tapi cintaku untukmu tidak ternoda karena kekuranganku itu, cintaku tulus.”

“Jangan katakan lagi, aku tidak ingin dengar.....” Satu tangannya dia gunakan untuk menutupi telinganya, dia yang seperti ini terlihat malu sekaligus tidak berdaya akan apa yang aku katakan.

Pada saat ini mereka yang duduk di dekat meja aku tempat perlahan mulai riuh bertepuk tangan, banyak diantara mereka yang meneriakkan agar kita jadian.

Suaraku saat mengatakan itu tidaklah lirih, hampir mereka yang memiliki jarak yang dekat dengan mejaku bisa mendengarnya dengan jelas, dan gadis anti mainstream itu juga mulai besorak, Yonna sampai meneriakkan semangat untukku, dan meminta Elina untuk menerimaku.

Saat ini Elina merasa sangat malu hingga rasanya ingin menggali lubang dan masuk kedalamnya, dia mencoba memberontak melepaskan diri dari genggamanku, sambil mulutnya tidak henti hentinya menggerutu memintaku melepaskannya, mengatakan aku brengsek dan sejenisnya.

Aku tidak melepaskannya, tangaku merogoh kantong dan mengeluarkan uang 200 ribu, meletakannya diatas meja kemudian menarik tangan Elina berjalan keluar.

Dia berjalan jauh lebih cepat dibandingkan denganku, rasanya dia ingin sekali melangkahkan kakinya menuju pojokan dimana tidak ada orang berlalu lalang.

Setelah keluar dari cafe, dia memukulku menggunakan tas yang dia bawa, pukulannya tidak berhenti seperti hujan badai, datang bertubi tubi.

Aku menariknya dengan keras agar membuatnya berada dalam pelukanku, menahannya, dan mencium bibirnya.

Beberapa detik kemudian dia langsung mendorong tubuhku agar menjauh darinya, kembali memukuliku dengan tas di tangannya.

Dengan susah payah aku akhirnya berhasil menahan satu tangannya, berkata dengan serius, “sudah, jangan memukuliku lagi, jika kamu masih memukuliku maka aku akan menciummu lagi.”

Perkataanku ini sangat mujarab, dia menghentikan pukulannya, menatapku dengan wajah dan telinga yang sudah memerah.

Aku mencoba untuk tidak melihat dadanya yang sedikit gemetar entah karena kesal jadi membuat napasnya ter-engah engah atau karena debaran detak jantungnya, aku tersenyum dan berkata, “sudah, jangan marah lagi, aku hanya tidak bisa menahan diriku saja, lain kali jika aku akan mengungkapkan perasaanku aku akan mengatakannya terlebih dulu kepadamu, sebelum menciummu aku juga akan memberitahumu terlebih dahulu, agar kamu bisa mempersiapkan mentalmu.”

“Kamu berani?” Elina berkata geram.

“Kalau begitu, aku akan mengungkapkan perasaanku dan menciummu saat kamu sudah menyetujuinya.”

“Kamu....”

“Sudah sudah, ayo, mereka semua sedang melihat kita, aku akan mengantarmu.”

“Tidak peru mengantarku!”

“Aku harus mengantarmu, sekarang perasaanmu sedang tidak karuan, jangan membawa mobil sendiri, keselamatan yang terpenting.”

“Aku sudah katakan tidak perlu mengantarku, aku bisa pulang sendiri.”

“Jangan ribut lagi, jika kamu ribut aku akan mengungkapkan perasaanku dan menciummu.”

“Kamu... kamu bajingan kotor brengsek menyebalkan tidak tau malu!”

Seperti kata pepatah yang mengatakan jika orang rendahan itu tidak terkalahkan, hal ini sangat efektif untuk menghadapi orang seperti dia adalah perempuan yang wajahnya mudah merah, dia sangat takut jika aku mengungkapkan perasaan dan menciumnya di depan umum.

Aku hanya mengancamnya beberapa kata saja tetapi dia sudah dengan patuh nya menyerahkan kunci mobil kepadaku.

Mobil yang dia kendarai adalah Jaguar F-TYPE, tipe ini tidak terlau mewah, tapi sangat berkelas.

Aku memasukkan Elina ke kursi samping kemudi, dan aku sendiri duduk di kursi belakang kemudi, menyalakan mobil dan melajukannya di jalanan dengan pelan, demi memecah suasana, aku mencoba mencari topik pembicaraan, “direktur, aku ingin mengatakan sesuatu yang serius, jika Mark menekan para eksekutif dan meminta mereka memecatku, apa kamu akan membantuku?”

“Tidak.” Dia memalingkan wajahnya menatap pemandangan diluar jendela, menjawab pertanyaanku acuh tanpa berpikir terlebih dahulu.

“Jangan seperti itu, dimana lagi kamu akan bisa menemukan asisten yang kompeten sepertiku, iya kan?”

“Tidak perlu Mark, aku yang akan memecatmu.”

“Ini.... Direktur, apa kamu tidak merasa jika tidak ada keberadaanku maka kehidupanmu akan menjadi tidak menarik?”

Novel Terkait

My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu