Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku - Bab 464 Terus Maju

Kampung halaman aku berada di Kota Guilin, aku sudah berkali-kali melihat air terjun, dan mengenai suara air terjun itu sendiri, sudah bisa dikatakan seperti nyanyian burung di telingaku, sangat familier. Dan sekarang, suara yang datang dari depan kami tak diragukan lagi merupakan suara derasnya air terjun.

Tapi, berkaitan dengan hal ini, karena adanya air terjun yang mengalir, bisa dipastikan pasti ada aliran air seperti sungai.

Jika volume air terjunnya besar, maka akan tercipta sebuah danau besar, dan kemudian akan menjadi arus utama untuk mengalir ke dataran rendah.

Tapi jika volume air tidak besar, mungkin hanya ada genangan air sebesar kolam saja. Tapi yang membuat hati kami semakin dilema adalah, jarak masih terlampau jauh tapi suara derasnya air yang mengalir itu kian menusuk telinga, ini sudah bisa dipastikan, pasti sebuah danau besar.

Semua orang sudah mengantisipasi dengan mara bahaya yang ada, bahkan seorang Kaila yang terkenal dengan kejamnya bisa terlihat begitu bahagia : “Wah, pasti ada sebuah danau besar di depan. Berlari seharian ini membuat aku lelah sekali, aku ingin mandi di sana! Oh iya, semoga di sana adalah pemandian air panas.”

Fox Hu juga terlihat membuka mulutnya, seperti hendak mengatakan sesuatu, dan aku juga ikut menambahkan kata yang ingin dia lontarkan di dalam hatiku.

Nona besar, IQ mu begitu rendah, bagaimana kamu bisa hidup sampai sekarang?

Dan setelah dia melontarkan kata-kata itu, Kaila pun menoleh ke belakang karena tidak ada satu pun dari kami yang meresponnya, menatapi kami yang diam saja, dia pun bertanya dengan ragu : “Kalian kenapa?”

Fima mulai belajar untuk diam sejak aku menyelamatkan dirinya, tapi pada saat ini, dia sungguh tak bisa menahannya, dia pun membalasnya dengan kata-kata yang tajam, dan berkata tanpa sungkan : “Kaila, kamu sungguh dada besar tapi tak berotak! Eh…bukan, dadamu tidak besar, tapi juga tak berotak.”

Raut wajah Kaila merah merona : “Kamu…apa katamu?”

Fima tersenyum dingin, dan berkata : “Apa kamu tahu, kenapa kami semua tidak bersuara?”

Selesai melontarkan pertanyaan, Fima pun tidak menunggu Kaila menjawab, melainkan terus melanjutkan : “Karena hanya kamu saja yang paling bodoh, yang masih mengira di depan mata itu aman-aman saja. Semua orang juga tahu apa yang kita hadapi di depan mata, hanya kamu saja bodoh tak kunjung lewat, aku sungguh tidak mengerti kenapa Roman waktu itu bisa menyelamatkan kalian.”

“Kamu……”

Fima menoleh, seperti hendak mengatakan sesuatu, raut wajahnya terlihat sedikit rumit, tapi pada akhirnya dia mengurungkan niatnya.

Kaila juga tidak segan-segan, dia berdiri sambil berkacak pinggang, dan berkata : “Huh, kenapa memangnya jika dia menyelamatkan aku? Setidaknya aku tidak seperti wanita pada umumnya yang begitu merepotkan, waktu itu juga aku bersembunyi di atas pohon. Jika kamu mati, ya mati saja! Kamu bahkan hampir mencelakai Roman.”

Fima juga mulai marah : “Kaila, kalau memang begitu, apa perlu kamu coba? Kamu tidak kencing dalam celana saja sudah syukur!”

“Coba…coba…coba!”

“Diam! Apa ini waktunya kalian berdebat?”

Aku pun segera menghentikan, ketika melihat kedua wanita ini tengah menyingsingkan lengan bajunya, dan bersiap hendak berkelahi.

Meskipun Fox dan Kaila sedang marah, tapi mereka lebih mendengarkan perintahku, mereka pun segera membalikkan badannya hanya dengan sebuah teriakan.

Aku berkata dengan nada dingin : “Yang harus kita lakukan saat ini adalah kerja sama, bukan malah pertikaian seperti ini. Aku berharap kita semua bisa kembali ke kehidupan normal, bukan untuk meninggalkan seseorang di sini, mengerti?”

Kaila menganggukkan kepalanya dengan lembut, lalu sambil menunduk mengatakan sepatah kata ‘mengerti’, suaranya terdengar patuh.

Aku memandang ke arah Fima, lalu Fima memandang Kaila dengan sinis, dan berkata : “Baik, aku hanya tidak terbiasa melihat sikap wanita bodoh ini……”

“Kamu masih ingin lanjut?”

Aku mengerutkan kening dan berpura-pura berkata dengan kesal. Fima pun menjulurkan lidahnya ke arahku, lalu menutup mulutnya dan tidak berkata apa-apa lagi.

Aku berkata sambil melihat ke arah datangnya suara air terjun : “Sekarang masih terang, jika gelap, mungkin depan kita sudah muncul harimau dan serigala, dan saat itu terjadi, kita sudah tak bisa melakukan apa-apa lagi. Jadi, karena langit masih terang, kita harus berjalan maju untuk melihat apa yang ada di sana, tak peduli apapun itu, kita harus terus melangkah maju.”

Novel Terkait

Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu