Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku - Bab 458 Kekuatan

"Roman, selamatkan aku!"

Mata Fima bergelingan air mata, dan dia menatapku dengan sedih.

sial!

Aku diam-diam memarahinya, dan mengulurkan tangan untuk membantunya. Siapa yang mengira aku baru saja meraih tangannya, dan pada saat berikutnya harimau bertaring tajam itu seolah-olah mengerti apa yang kami maksud dan melompat.

Angin kencang menerpa aku, dan aku seorang diri memberi bantuan, meraih tangan Fima dengan sekuat tenaga dan mendorongnya dengan sekuatnya.

"Ah!"

Fima memejamkan mata dalam keputusasaan, pada saat yang sama, suara "robek", rok mini Fima yang tersangkut di cabang pohon dengan kekuatan yang besar tak sengaja membuatnya terkoyak, memperlihatkan warna merah muda di bawahnya.

Aku tidak punya waktu untuk melihatnya, hanya karena dalam waktu hampir kurang dari seperempat detik, dan angin kencang yang terus menerpa dan cakar harimau yang mengarah lurus menusuk posisi Fima tadi.

Fima menutup matanya saat ini, sama sekali tidak jelas dengan apa yang telah terjadi, tapi aku terkejut dan bahkan menggeluarkan keringat dingin.

Untungnya, serangan harimau bertaring tajam tidak membuahkan hasil, aku diam-diam merasa lega, tetapi saat aku baru ingin berbicara, hanya melihat bahwa serangan harimau bertaring tajam itu tidak berguna, dan sekali lagi tubuh yang besar sekali itu jatuh ke bawah, tubuh yang kuat dan bertenaga seolah-olah seperti pegas, kapan saja dapat melompat, dan kemudian membunuh kami.

Bulu kudukku berdiri tegak, sambil sekuat tenaga terus menarik Fima ke atas, dan sambil berteriak, perempuan jalang, apakah kamu ingin mati! Masih tidak cepat-capat memanjat!"

Dan Fima akhirnya pulih dari keterkejutannya, pertama-tama menyadari bahwa rok mini-nya terkoyak dan merasa kedinginan, lalu dengan cepat meraih tangan aku dan terus memanjat ke atas pohon.

Dan sementara harimau bertaring tajam belum meluncurkan serangan berikutnya, aku segera menyeret Fima untuk terus memanjat pohon itu, untungnya, pohon-pohon di hutan ini sangat besar dan juga sangat kokoh, sehingga cabang dan dedaunan rimbun, setidaknya dilihat dari segi ketinggian, telah jauh dari jangkauan serangan harimau bertaring tajam.

Huftt!

Aku menghela nafas panjang dan memandang tidak puas ke arah Fima, "Apa yang baru saja kamu lakukan? Hampir saja kita berdua mati."

Fima juga menelan ludah dan menatapku dengan rasa takut yang tersisa, "Aku juga terlalu gugup."

"Ah! Rokku!"

Pada saat berikutnya, Fima menjerit lagi, hampir tidak membuat telingaku tuli, dengan cepat menutupi bagian vitalnya dengan satu tangan, dan satu tanganya lagi meraih batang pohon, tidak membiarkan dirinya jatuh.

Aku ragu apa yang harus dilakukan, dan aku merasakan tatapan dingin dari belakang yang ditembakkan tidak jauh dari sana, seluruh badan bergemetaran, aku dengan cepat melepas jaketku dan menyerahkannya ke Fima dan berkata, "Kamu pakai baju ini dulu untuk menutupinya sementara waktu. "

Sebenarnya di pulau ini, diperkirakan tidak akan ada orang lain, dan hanya tersisa kami inilah, siapa pun tidak ada yang punya waktu untuk mengintip kecantikan wanita saat ini.

Fima dengan tidak sungkan mengambilnya dan melingkarinya di pinggangnya, seolah-olah mengenakan celemek. Setelah memakainya, dia terkejut dan berkata, "Roman, jaketmu ini benar-benar cantik."

Aku mengabaikannya dan melihat sekeliling. Aku melihat bahwa semua orang telah memanjat ke tempat yang lebih tinggi di pohon pada saat ini. Bahkan jika harimau bertaring tajam itu tidak cukup rela, juga mustahil memanjat untuk menangkap kami.

Lagipula, sudah menjadi rahasia umum bahwa harimau tidak bisa memanjat pohon, dan bobot badanya yang besar sekali sudah membuktikan bahwa jika harimau memanjat pohon, ada kemungkinan besar ia akan jatuh.

Tetapi saat ini kami aman, bukan berarti kami selalu aman.

Harimau bertaring tajam melihat kami semua memanjat pohon. Pada saat ini, ia berjalan bolak-balik, mengendus-endus bau beberapa pohon seperti mencium kami, sepertinya ia tidak akan menyerah sebelum membunuh kami.