Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku - Bab 384 Bocor

“Paling …… mencium paksa dirimu.”

Merasakan sentuhan lembut dan dingin di bibir, tubuh yang indah dan anggun di lenganku, aku bahkan sedikit enggan melepaskannya, lalu seiring dengan Elina bernafas lebih cepat, tubuhnya berangsur-angsur menjadi panas.

Aku dengan cepat melepaskan Elina, dan wajah Elina memerah, terengah-engah, sambil menatapku dengan wajah malu dan terkejut.

Aku berdiri di samping Elina, diam-diam menunggunya bernafas dengan tenang, aku baru berdiri, berkata, “Ayo kita pulang.”

Siapa sangka Elina tidak bergerak, aku berbalik, melihatnya sedikit menundukkan kepalanya, kedua tangannya menarik pakaiannya seperti anak kecil, suaranya begitu lembut, lalu membujukku, “Roman…… lain kali tidak boleh melakukan ini lagi.”

Melihat Elina yang selalu kuat tiba-tiba berubah menjadi istri yang marah, aku menggodanya, tersenyum dan berkata, “Tidak boleh bagaimana?”

“Kamu……”

Melihat aku pura-pura bodoh, Elina menunjukku dengan marah, tapi tidak bisa mengatakan sepatah kata pun.

Melihat Elina berjalan dengan marah, aku tersenyum, “Hehe, tadi bercanda denganmu, lain kali pasti tidak akan melakukan hal seperti ini. Elina, sekarang sudah malam, cuaca dingin, cepat kembali ke hotel.”

Ketika aku menggandeng tangan Elina, Elina tidak menolak dan tidak berbicara, tapi hatiku gelisah, tidak tahu wajah Elina yang berubah begitu cepat sedang memikirkan apa.

Di pinggir jalan, kebetulan ada sebuah taksi lewat, aku melambaikan tangan, dan taksi itu berhenti, aku menarik Elina duduk di belakang, mengatakan alamatnya, lalu supir taksi menyetir mobil pergi, bertanya, “Bocah, kalian berdua tidak segera pulang masih di pinggir jalan untuk apa?”

Kalau supir taksi tempat lain yang menanyakan pertanyaan ini, mungkin aku tidak akan menjawabnya, tapi karena sekarang aku berada di Kota Guilin, tidak tahu darimana datang perasaan nostalgia, menjawab, “Tadi ada masalah, sekarang mau pulang.”

Karena supir berbicara bahasa Mandarin, yang dicampur dengan dialek Guilin, aku juga menjawabnya dengan bahasa daerahku, tanya jawab seperti ini, membuat suasana di dalam mobil jauh lebih rileks.

Elina semakin mendengar kita berbicara semakin tidak mengerti, dia melototiku dengan marah, hatiku berpikir jika kamu ingin melotot, maka melototlah, memangnya dipelototi olehmu bisa terluka?

Ketika hendak turun, Elina akhirnya mengerti dia yang begini sia-sia, dia menggertakkan giginya dengan keras dan melototiku dengan kejam, lalu memandang keluar jendela.

Kota Guilin adalah kota wisata, yang artinya, pusat kota lebih biasa, sekarang jam 1 pagi, lampu jalan sedikit, hanya satu atau dua lampu neon di jalan yang masih menyala.

Dan di saat pemandangan seperti itu, Elina tiba-tiba berkata, “Roman, aku sangat menyukai suasana malam di sini.”

Aku bertanya dengan aneh, “Kenapa tiba-tiba berkata begini?”

“Karena tenang. Tidak ada yang perlu dipertimbangkan.”

Elina berkata seolah dia berbicara pada dirinya sendiri, lalu menoleh dan tersenyum padaku.

Aku tersenyum dan berkata, “Kalau kamu menyukainya, ke depannya kita bisa lebih sering tinggal di Kota Guilin.”

Ketika berbicara aku berpikir, untuk Elina dari keluarga terpandang, putri baik-baik tidak mungkin ikut orang lain kabur, sekali pun orang tuanya merestui kami bersama, juga tidak akan setuju dia ikut aku menetap di Kota Guilin,lalu aku mengatakan pertanyaan ini dengan terampil.

Jarak tempat tinggal Bruce dan lainnya dengan hotel kami hanya setengah jam perjalanan, ketika turun mobil mungkin karena percakapan bahagia, sang supir tidak menerima bayaran, aku hanya bisa menunggu dia tidak melihatnya lalu menaruh uang taksi di samping kursi pengemudi, dan berharap semoga dia melihatnya.

Menyaksikan taksi itu pergi, aku berkata, “Ini kebaikan di kota-kota kecil, di kota besar tentu saja tidak ada hal seperti ini, tapi sering kali, yang pertama kali membuat orang bosan adalah kota-kota besar ini.”

Aku menarik nafas dalam-dalam, menarik Elina masuk ke hotel, resepsionis hotel mengenali kami dan bertanya apakah kami membutuhkan bantuan.

Aku menggelengkan kepala mengantar Elina ke atas, melihat Elina masuk ke kamar sendiri, aku juga membuka pintu kamar sendiri.

Setelah selesai mandi berbaring di tempat tidur sudah hampir pukul dua pagi, aku ragu mengambil hp-ku apakah perlu mengirim sebuah pesan selamat malam untuk Elina, tapi wanita cantik yang membuatku memikirkannya siang dan malam, saat ini sedang berbaring di sebelah sama sepertiku.

Setelah berpikir sejenak, aku menyerah pada pemikiran ini, mungkin hp Odele benar-benar berfungsi, hubunganku dengan Elina ada perkembangan, kalau dulu, aku mencium paksa Elina, konsekuensi paling kecil adalah sakit karena dicubit.

Tapi hari ini pengecualian, Elina hanya mengingatkanku dengan serius, dalam wajahnya yang pemalu dan tubuh yang langsing, penuh dengan godaan, saat itu, sikap centilnya membuat orang ingin melindungi.

Dan pada akhirnya aku tertidur ketika memikirkan Elina, ketika tersadar sudah keesokan hari, melalui kaca jendela yang tidak sepenuhnya terhalang oleh tirai, aku bisa melihat matahari terbit dan langit bersinar terang.

Aku melihat hp, kebetulan pukul 6:30, aku menggelengkan kepala, merasa tidak ada yang tidak nyaman, hanya tersenyum masam, kelihatannya kelelahan yang berlebihan sudah membuat tubuhku terlatih menjadi monster yang kekurangan tidur tapi penuh energi.

Setelah aku dan Elina selesai sarapan, ketika bersiap-siap hendak keluar hp-ku berdering, setelah menjawabnya terdengar suara Bruce, bertanya padaku berada dimana.

Aku memberitahunya lokasi hotel tempat kami menginap, Bruce berkata, mereka akan segera sampai, meminta kami menunggu di sana.

Aku juga terkejut merasakan keanehan Bruce, dalam benakku, Bruce bukan orang yang banyak bepergian, tidak di sangka hari ini begitu rajin, bahkan sampai mengajak yang lainnya.

Lalu detik berikutnya aku merasakan ada yang tidak beres, apakah terjadi masalah?

Aku segera minum dan Elina bergegas berbenah, lalu menemukan tangga spiral di pintu dan menunggu di sana, dari sudut ini, dari luar sangat sulit melihat kita, tapi kita bisa melihat pergerakan di luar.

Segera beberapa mobil berhenti, Bruce dan ketiganya keluar dari mobil, wajah mereka sangat tegang, Bruce berjalan beberapa langkah melihat nama hotel, lalu mengeluarkan hp, seolah ingin menelepon.

“Bruce!”

Aku memanggilnya, Bruce melihatku dan berjalan kemari, melihat wajah ketiganya tidak baik, hatiku memiliki firasat buruk, dan bertanya, “Ada apa begitu gelisah? Apakah terjadi sesuatu?”

Wajah Bruce berubah, “Roman, masalah ini kesalahan kami, kami tidak menjaga mereka dengan baik, namun……”

Aku mengerutkan kening dengan kencang, nada bicaraku sedikit gelisah, “Sebenarnya apa yang terjadi?”

Bruce menghela nafas, “Banyak hal telah berubah, percakapan kita semalam mungkin telah bocor.”

“Bocor? Apa yang terjadi?”

Aku sangat terkejut, teman-teman di lokasi kemarin adalah teman-teman kita, sebelumnya sudah diperiksa dan tidak ada masalah, kenapa bisa ada orang yang membocorkannya?

“Salah satu bawahan kita……melarikan diri.”

Novel Terkait

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu