Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku - Bab 25 Sebuah Sindiran

“Direktur Aberko, apakah kau hendak mengajak timmu keluar untuk merayakan kemenangan?” Aku tersenyum datar melambaikan tangan ke Aberko.

Bagaikan diterpa angin malam, Aberko membalasku : “Roman, ini semua ulahmu, iya kan?”

“Aku tidak mengerti maksudmu yang mana.” Aku merentangkan tanganku dengan polos.

Aberko menggertakkan giginya dan berkata : “Video aku bertemu dengan Bruce, itu kamu yang merekamnya kan? Dan satu lagi, pertemuanku dengan Avara…… itu juga ulahmu, iya kan?”

Tanpa ragu-ragu aku menganggukkan kepalaku : “Ternyata Direktur Aberko hebat, meskipun telat menyadarinya, ini juga termasuk cerdas.”

Raut wajah Aberko murka : “Baiklah! Ternyata kamu biang keladinya! Cukup kejam dan licik, tapi apakah kamu pernah berpikir……”

“Apakah pernah terpikirkan olehku, akibat apa yang akan aku terima jika menyakiti Direktur Aberko, iya kan? Kata-kata ini sudah pernah kamu lontarkan padaku beberapa hari yang lalu.” Aku memotong pembicaraannya, dan dengan tersenyum aku mengatakannya.

“Kamu……” raut wajah Aberko terlihat penuh emosi.

“Direktur Aberko juga pernah bilang, dan aku masih mengingatnya, wanitamu adalah milikku, bagaimana kamu akan melawanku? Iya kan?”

Sambil berbicara, aku tersenyum kepada Keisya yang berdiri di samping Aberko.

“Oh iya, apa yang kamu katakan kemarin waktu Direktur Aberko bertemu denganku di restoran itu, sepertinya mengatakan aku terlalu lemah dan sebagainya, perkataan Direktur kali itu terlalu kekanak-kanakan, aku tidak tertarik untuk menanggapimu, jadi aku tidak mengingatnya lagi, aku benar-benar minta maaf.”

Aberko tidak berkutik, melainkan terus menggertakkan giginya sambil melotot marah ke arahku.

“Hehehe.” Aku tertawa sambil menggelengkan kepalaku, “Direktur Aberko, satu lagi yang perlu kamu ketahui, mengenai Bruce kembali mencarimu dan meminta sejumlah uang, itu juga karena aku yang menghasutnya, oh iya, jadi berapa yang kamu berikan padanya? 2 juta Baht atau 3 juta Baht? Kamu sudah mengeluarkan begitu banyak uang, tapi malah tidak mendapatkan apa-apa, sepertinya Direktur Aberko rugi besar, tapi jangan terlalu dipikirkan, itu hanya sekedar uang saja, jangan sampai sakit ya.”

“Cukup, Roman!” Keisya yang sedari mematung akhirnya membuka mulutnya.

Aku sedikit terkejut, melihat wajahnya yang begitu dingin, membuat hatiku merasakan sakit yang tak bisa aku jelaskan.

Karena aku tidak pernah melihat dia begitu dingin kepadaku sebelumnya, sikap dingin ini dan bahkan kebencian ini, membuat aku tiba-tiba merasakan jarakku dan dirinya semakin jauh, tak hanya itu, kami sudah berbeda dunia, bagaikan musuh.

Dia membenciku.

Dia membela pria lain, dan memilih untuk memusuhiku.

Dulu kami begitu saling mencintai, pernah bersatu, pernah berjanji satu sama lain, tapi adegan itu seperti kemarin……

Dan hari ini, dia telah berdiri di sisi pria lain, membenciku, dan memusuhiku……

Membuat aku tidak bisa menerima ini semua, dan yang paling menyebalkan adalah hatiku masih terasa sakit melihatnya.

Aku kembali ingin tertawa, dan aku pun menunduk tidak bisa menahan tawaku.

“Baiklah, sudah cukup.” Aku merentangkan kedua tanganku dan tersenyum.

Wajah Keisya tampak dingin, dan berkata : “Kamu menang, tapi apa hubungannya dengan hubungan kita? Aku berharap kamu berhenti menyindirku, itu hanya akan membuatku semakin memandangmu rendah.”

“Ha, HAHAHA……ternyata selama ini kamu selalu memandangku rendah.” Aku tidak bisa menahan tawaku yang terbahak-bahak.

“Benar juga, aku hanya seorang buruh reformator, bagaimana kamu bisa menghargaiku? Bisa dibilang, hati nuranimu dulu telah dibutakan, atau aku yang selama ini salah padamu.”

“Tapi kamu menyuruh aku untuk berhenti menyindirnya, haha, kenapa kamu diam saja waktu Aberko menyindirku? Kemarin waktu di restoran, dan dua hari yang lalu, apa yang kalian katakan di lobby hotel tempatku menginap? Dia mengatakan, wanitamu itu wanitaku, bagaimana kamu akan melawanku?”

Aku sengaja menekan kata-kata terakhir dengan penuh makna, sambil melototi Keisya.

Wajah Keisya mulai memucat, pikirannya hampa dan tak bisa membalasku, dia hanya bisa tersenyum dan kembali lagi pada posisi semula, menunduk dan diam.

Aberko sudah tidak tahan lagi menyaksikan hal ini, dia berjalan selangkah dan seolah-olah seperti seorang pahlawan yang melindungi korban, sambil menggertakkan giginya, dia berkata : “Roman, lawan saja aku, pria macam apa yang berani menggertak seorang wanita?”

“Haha.” Aku tertawa sinis, kemudian melangkah ke depan Aberko dan berkata :

“Direktur Aberko, bagaimana kamu akan melawanku? Aku masih memiliki videomu dengan seorang pria di gay bar, jika aku kembali ke negara kita, dan menyebarkannya, lalu dilihat oleh perusahaanmu, apa yang akan kamu lakukan? Apa kamu bisa melawanku?”

Aberko mulai memanas, dia mengepalkan tangannya dan hendak melayangkan sebuah tinju.

Keisya bergegas mencegahnya, dan membujuknya.

“Heh, aku sarankan, lebih baik kamu jangan bertindak seperti itu, jika tidak, aku akan menghabisimu.”

Selesai dia mengatakannya, aku hanya bisa tersenyum kemudian berjalan keluar meninggalkan hotel ini.

Aberko tidak mengejarku, dia bahkan tidak mempunyai nyali untuk berkelahi denganku.

Begitu pula dengan Keisya, dia juga tidak mengejarku, dia juga tidak memiliki alasan apa pun untuk mengejarku.

Setelah keluar dari hotel, aku tidak memanggil taksi, melainkan hanya mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya, kemudian berjalan kaki mengitari jalanan.

Hal yang paling menyedihkan adalah orang yang kamu sayang sekarang telah membencimu dan bahkan memusuhimu.

Ini bagaikan sebuah lelucon bagimu tapi begitu menyakitkan.

Aku tidak ingin mengakuinya, tapi aku juga tidak bisa untuk tidak mengakui bahwa aku masih mempedulikan Keisya.

Ini merupakan sebuah kenyataan yang sangat menyakitkan.

Aku sangat ingin menyingkirkan kenyataan ini.

Atau aku sekedar mencari wanita lain untuk melampiaskan kekesalanku, seperti area PSK yang ada di Thailand, atau mencari wanita di bar…… tapi, HIV dan juga wanita jadi-jadian di sini terlalu mengerikan.

Dan lebih tidak mungkin lagi bagiku untuk menjalin hubungan dengan wanita seperti Elina, itu hanya akan menyulitkan hidupku nanti, selain itu aku dan dia bagaikan air dan api yang tidak akan bisa bersatu, bahkan aku tidak segan-segan untuk merobek mulutnya, bagaimana mungkin aku bisa pacaran dengannya?

Dan juga, aku tidak berniat untuk terus bekerja di Perusahaan Tekno ZWK. Mengenai partisipasi proyek BTT, itu hanya untuk membuktikan kepada Keisya saja, dengan komisi yang aku dapat, aku bisa menabung uang untuk Keisya.

Mengingat hal ini, membuat hatiku merasa sangat kecewa, hatiku tiba-tiba hampa, kehilangan semuanya.

Bersama dengan Elina, dia membuatku bisa sampai di Thailand, dan Keisya adalah motivasiku untuk berpartisipasi dalam proyek BTT ini, dan hari ini, kedua hal ini telah berhasil aku capai.

Tapi aku seperti telah kehilangan tujuan hidupku, aku tidak tahu harus berbuat apa.

Aku tersesat dan tak tahu arah.

Bagaimana dengan masa depanku?

Aku sangat bingung, aku kebingungan di jalanan ini, dan aku terus melangkah.

Tak terasa, aku telah berhasil sampai di hotel tempat di mana aku menginap, aku merasa sangat lelah, kemudian aku duduk beristirahat di lobby hotel.

Tak lama setelah itu, terdengar suara canda tawa dari sekelompok orang, terlihat Elina dan tim proyek memasuki hotel, mereka terlihat sangat bahagia.

Setelah lewat di depanku, aku mencium aroma bir di beberapa pria, sepertinya mereka baru saja selesai merayakan sebuah keberhasilan.

Tapi tidak ada bagianku.

Elina menghentikan langkahnya begitu melihatku, begitu juga dengan yang lain, mereka berhenti dan memandangku yang sedang terkapar di sofa.

“Direktur Elina, temani aku sebentar.” Aku melambaikan tanganku kepadanya.