Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku - Bab 244 Tenggelamkan Ke Sungai

Untungnya, mobil Basero ini bisa diandalkan, melihat ada beberapa retakan di kaca depan dan jendela, pecah seperti kembang api.

Aku tidak merasakan sakit apa pun, yang artinya, tidak ada pelur yang masuk.

Tapi, pria botak itu membidik jendela kiri yang hampir retak di pukul olehnya, setelah melepaskan dua tembakan, sudah ada serpihan kaca retak yang jatuh dari dalam.

Kaca anti peluru dilaminasi, dan lapisan dalam juga mulai pecah.

Aku tidak peduli begitu banyak, aku terus menginjak pedal gas, mengatur arah menabrak miring ke samping.

“Pang”terdengar suara cukup keras, bagian belakang mobil Jeep menghantam bagian depan mobil SUV yang ada di belakangnya.

Karena tabrakan miring, dan kendaraan off road memiliki tenaga yang sangat besar, dan beratnya jauh lebih berat daripada SUV itu, pada saat tabrakan, mobil SUV tiba-tiba mundur dengan keras, dan pada saat tabrakan mobilnya melintang, body mobil persis berada di tengah jalan.

Jalur gunung ini hanya bisa dilewati oleh satu mobil, setelah mobil SUV melintang, menutupi seluruh jalan, samping jalan dipenuhi semak belukar, jalan ini sepenuhnya tertutup.

Mark, Clay, dan Luke mereka bertiga awalnya berada di belakang. Pada saat tabrakan, mereka hampir terhempas ditabrak belakang mobil SUV yang melintang, membuat mereka ketakutan seperti kelinci melompat ke depan beberapa meter, lalu kembali lagi ke sisi kiri mobil off-road ku.

Body mobil kendaraan off road terus berbunyi tanpa henti, kaca depan sudah retak semuanya, seolah tidak bisa melihat keluar, aku hanya bisa memutar kendaraan ke kanan dan menyetir beberapa meter ke depan dengan insting dan celah penglihatan yang sangat kecil, lalu memasukkan ke gigi mundur, dan menabrak ke arah Mark.

Jalan belakang sudah ditutup, paman Mark dan keponakannya panik hingga bersembunyi di depan, berlari ke barat laut di sepanjang sisi kiri mobilku, ingin meninggalkan jalan ini, agar tidak ditabrak mati olehku.

Aku menghentikan mobil, mengganti gigi, dan terus menyetir ke arah mereka.

Saat ini, jendela kiri sudah ada satu lubang, setelah sebutir peluru melewati samping telingaku, meninggalkan rasa panas di wajahku.

Aku menggertakkan gigi, menginjak pedal gas sampai habis, menghindari tembakan pria botak.

Paman Mark dan keponakannya mereka bertiga sudah melompat turun ke semak belukar, berlari menuju rumput liar di arah barat laut, diikuti oleh dua pengawal yang seharusnya mereka bawa dari Cina.

Aku menyetir mobil off-road turun ke jalan bawah, setelah melewati beberapa gundukan keras, dan berhasil melintasi parit rendah di sisi jalan, aku terus mengejar ke arah Mark.

Tapi aku tidak menginjak habis pedal gas, melainkan mengendalikan kecepatannya, agar tidak mengejar terlalu cepat dan membuat Mark dan lainnya menyimpang dari arah yang ditargetkan.

Selama Mark dan lainnya dipaksa ke lereng bukit di arah barat laut, rencananya akan setengah berhasil.

Mereka pasti akan naik, karena tetap tinggal di lapangan terbuka, hanya akan dibunuh olehku, dan mereka pasti akan bersembunyi di dataran tinggi dimana mobil tidak bisa naik.

Kenyataan memang seperti itu, mereka hanya berjarak dua sampai tiga puluh meter dari lereng bukit, Mark berlari luntang-lantung ke kaki gunung dan mulai memanjat.

Aku menambah kecepatan, menderukan mobil, setelah menabrak sebuah pohon, aku dengan cepat menarik rem tangan dan membuka pintu mobil, melompat turun dari mobil.

Terdengar beberapa suara tembakan di belakang, pria botak dan beberapa prajurit bayaran mengejar sambil melepaskan tembakan, jaraknya hanya dua puluhan meter.

Pohon dan ranting-ranting yang tidak jauh dariku patah ditembak peluru, bahkan bisa mendengar suara peluru yang lewat di sampingku menembus udara.

Aku bergegas ke depan mobil, mengeluarkan Glock G17, mengambil pistol, menggunakan mobil off-road untuk menghalangiku terus mengejar ke arah Mark dan lainnya.

Dua pengawal di samping Mark tiba-tiba berbalik dan mengangkat senjata ke arahku.

Aku bergegas bersembunyi di balik pohon besar, lalu mendengar suara ‘ping pang’retakan batang pohon.

Mereka seharusnya membidik tepat di posisiku, ada beberapa prajurit mengejar di belakang, aku seolah sudah berada dalam situasi putus asa.

Di malam hari, aku melihat ada sosok yang mengejar di belakang mobil off-road.

Tanpa ragu, aku mengangkat Glock dan menarik pelatuk membidik sosok itu.

Dengan satu tembakan, sosok itu jatuh ke tanah, diikuti dengan raugan tragis.

Aku menyipitkan mata, mengenggam Glock di tanganku dengan erat, menatap posisi mobil off-road, pria botak dan orang-orangnya ada di belakang mobil.

Selama bisa mengulur waktu, menunggu Baim menghabisi Mark dan keponakannya di lereng bukit, masalah ini akan berhasil.

Terlepas dari raungan yang memilukan, tidak ada suara di sekitar, tidak ada yang berbicara, tidak ada yang keluar dari belakang mobil off-road, dan dua musuh di belakangku tidak bergerak.

Tapi aku tahu, mereka pasti mengarahkan senjata membidik tepat ke batang pohon, begitu aku keluar pasti akan tertembak.

Meskipun aku memiliki rompi anti peluru, tapi aku tidak bisa mengambil risiko, rompi anti peluru tidak bisa melindungi kepalaku.

Kesunyian yang menakutkan berlangsung selama beberapa detik, dan tiba-tiba raungan Mark datang dari lereng bukit di belakang: “Josi, keparat kamu, malam ini aku harus membunuhmu! Jangan berharap kedua anak itu bisa hidup, sekarang aku akan menelepon, agar mereka di tenggelamkan ke sungai.”

Aku berteriak: “Ja-jangan terlepon, selama kamu mau melepaskan anak itu, aku akan menyerah, terserah bagaimana kamu membunuhku.”

“Hmph, kamu pikir aku akan mempercayaimu? Sialan kamu hanya ingin mengulur waktu, jangan pikir aku tidak tahu, di Chiang Rai masih ada orangmu, mereka sedang mencari kedua anak itu di Chiang Rai, benarkan?”

Hatiku bergidik, orang yang diam-diam dilatih Jack sudah ditangkap.

Baru saja, Roga mengatakan mereka sudah membereskan dua orang di dekat penjaga, seharusnya Mark mencegah ada orang yang datang dari arah Chiang Rai untuk membantuku, jadi meminta orang untuk mengawasi dari dekat.

Tapi, dia meremehkan orang-orang yang dilatih oleh Jack, dan mungkin juga dirinya sendiri kekurangan bawahan, baru mengatur dua orang di pos penjaga, siapa sangka mereka dihabisi Roga.

Meskipun orang-orang di Chiang Rai sudah ditemukan, tapi itu tidak penting, yang terpenting adalah menangkap Mark, Clay, dan Luke mereka bertiga.

Memaksa mereka untuk mengatakan di mana Yanglek dan Cayetana berada, atau langsung memaksa mereka melepaskan orang juga boleh.

Setelah menghitung-hitung waktu, Roga dan lainnya seharusnya hampir sampai.

Aku sengaja berkata dengan suara tidak berdaya: “Mark, kamu menang, suruh orangmu jangan menembak, aku akan menelepon orangku, menyuruh mereka tidak perlu mencarinya, kamu lepaskan dua anak itu.”

“Hahah, kamu bercanda ya? Kenapa aku harus melepaskan orang dulu? Letakkan senjatamu dulu, dan jalan keluar biarkan aku membunuhmu, setelah itu aku akan melepaskan mereka.”

“Tidak bisa, kalau kamu ingkar janji, setelah membunuhku, kamu melakukan sesuatu pada mereka, bagaimana?”

“Hmph, apakah kamu berhak bernegosiasi denganku?”

Aku merenung sejenak, ketika hendak berbicara, tiba-tiba aku menyadari ada dua orang berlari keluar dari belakang mobil off-road, satu di sebelah kiri dan satu di sebelah kanan.

Tanpa ragu, aku menarik pelatuk membidik ke sebelah kiri.

Novel Terkait

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
4 tahun yang lalu