Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku - Bab 112 Tidak Fokus

Mereka terus menerus menolak, aku tidak memedulikan terlalu banyak. Setelah selesai menghitungnya, aku meminta nomor rekening mereka.

Hanya pura-pura malu sebentar, mereka langsung memberikan nomor rekening kepadaku dengan senyuman yang lebar.

Aku menggunakan mobile banking untuk transfer kepada mereka, modal paman kedua yang berjumlah 52 juta ditambah lagi bunga dalam 3 tahun menjadi 60 juta, modal paman keempat berjumlah 20 juta ditambah bunga menjadi 24 juta.

Setelah melihat jumlah yang kutransfer, ekspresi mereka menjadi sangat canggung, paman kedua langsung mengambil uang tunai dari kantong untuk mengembalikan bunganya untukku.

Kini ayah yang terus duduk di samping mulai berbicara, cara bicaranya tetap dengan sedikit kaku berkata: "Bunga itu adalah keharusan, jadi jangan kembalikan lagi. Kalian tenang saja, walaupun sudah membayarnya, keluarga kita juga akan tetap mengingat kebaikan kalian yang telah meminjamkan uang."

Ibu juga di samping berkata beberapa patah kata, tetapi artinya juga sama, setelah mengambil bunganya, hati keluarga kita baru bisa menjadi lebih tenang dan nyaman.

Terakhir paman kedua dan paman keempat tidak lagi ribut untuk mengembalikan bunga, mereka juga sungkan untuk melanjutkannnya, setelah memujiku dengan kepalsuan yang sangat jelas, merekapun pergi.

Setelah rumah menjadi tenang, aku baru menanyakan keadaan kesehatan orangtua dan kondisi keluarga.

Aku adalah anak satu-satunya, karena sistem keluarga berencana dulu, setelah ayah melihat yang lahir adalah anak laki-laki, mereka tidak berani untuk melahirkan anak lagi, karena dulu miskin.

Saat aku sudah remaja, keluargaku seperti orang lain menanam bunga melati dan dapat dibilang meningkat menjadi keluarga menegah keatas, tetapi mereka tidak memberikan aku adik laki-laki atau perempuan.

Untungnya mereka nikah muda, sekarang mereka baru berumur 50 saja, mereka masih sangat sehat.

Hanya saja beberapa tahun ini demi bayar hutang, selain menanam bunga, mereka masih membuka lahan gunung untuk menanam tebu, mereka terlalu susah.

Dan jenis tebu kuning ini sangat tidak memiliki harga jual tinggi, 1 ton baru 1 juta lebih saja.

Aku transfer sisa 16 juta dari 100 juta yang kupinjam dari Elina ke kartu ayahku, kemudian beritahu dia untuk jangan menanam tebu lagi, sewakan tanah itu kepada orang lain, padi juga ditanam sesuai kebutuhan mereka sudah bisa, sisa seperti kacang, ubi dan lain-lain juga jangan tanam lagi.

Ayah menggelengkan kepala, walaupun hutang sudah dibayar semua, tetapi tidak bisa melupakan rasa masih hutang. Saat tubuh masih kuat, harus bekerja dengan keras, bekerja beberapa tahun dulu untuk menabung sedikit uang, untuk jaga-jaga ke depannya ada uang jika ada sesuatu yang terjadi.

Aku sedikit kehabisan cara, aku membujuk dengan susah payah, terus berkata jika diriku dalam satu tahun setidaknya bisa mendapat pendapatan sebanyak 200 juta, jika aku lebih bekerja keras untuk melakukan beberapa penjualan lagi, aku akan dapat lebih banyak.

Setelah membujuk dengan lama, awalnya setelah membuat ibu mengalah, lalu membantu membujuk ayah, akhirnya ayah menganggukkan kepala.

Setelah tenang, aku pergi memasak.

Saat aku menanak nasi, ayah masuk dapur membantuku memasak air panas, kemudian mengambil pisau memasak ke luar, tidak lama kemudian terdengar suara jeritan ayam.

Ibu memetik beberapa sayuran dan pare dari kebun sayurnya, tidak lama kemudian kita sekeluarga bertiga membuka meja dan meletakkan sepiring ayam rebus, sepiring pare tumis dan sayuran.

Ayah khusus menuangkan semangkuk penuh arak ular yang diraciknya sendiri, dan menuangkan setengah mangkuk untukku.

Kita makan dengan sangat lama, ayah dan ibu tampaknya sudah lama tidak begitu tenang.

Setelah makan, kita pindah kursi dan duduk di bawah pohon depan rumah, melihat kebun bunga melati di depan rumah, di bawah cahaya rembulan melihat bintang, sambil membahas semua yang pernah kulihat dan kudengar di Thailand.

Malam ini aku tidak pergi ke kota pusat mencari Christopher, juga tidak ke desa mencari teman masa kecilnya, aku hanya di rumah menemani ayah dan ibu.

Hari kedua, aku membawa ayah mencari 2 pekerja yang lumayan semangat dan rajin dalam bekerja, dan tetangga yang lumayan baik dengan kita, dalam hari itu langsung menyewakan lahan gunungku kepada mereka.

2 tetangga itu senang karena mendapat kejutan yang tidak disangka, dan karena lahan gunung yang sudah dibuat menjadi kebun dan sangat subur, biaya sewa juga tidak mahal, dan di dalam lahan ini ada tebu yang baru ditanam bulan Maret lalu. Ayah tidak membiarkan orang untuk menambah biaya, karena hubungan juga lumayan baik, sebelumnya mereka juga sering membantu kita.

Bahkan kebun bunga melati yang lokasinya sedikit jauh juga sudah disewa kepada orang lain, yang tersisa untuk ayah hanya kebun bunga melati, sawah padi, dan beberapa kebun kacang, jagung, ubi dan lain-lain.

Awal bulan 5, bunga melati sudah boleh dipetik, kebetulan sinar matahari dini hari sangat bagus, jadi harga bunga akan lebih baik, jadi setelah mengurusi masalah sawah, kita sekeluarga bertiga bersama-sama pergi memetik bunga.

Jika menanam bunga melati dengan baik, maka bunga melati dipetik berkali-kali saat musim kemarau, kulit ayah dan ibu menjadi hitam karena sinar matahari.

Karena waktu sangat buru-buru dan harus pergi ke kota pusat untuk menjual bunga hari ini, jadi jam 4 sore saat kita mau pulang, tiba-tiba melihat ada seorang wanita yang tinggi dan cantik sedang berdiri di pinggir jalan kebun bunga.

Aku menaikkan kepala, menggeserkan topi daun bambu di kepala, lalu dengan sinar matahari yang sangat silau hingga tidak bisa membuka mata, aku melihat jelas wanita itu.

Dia memakai kaos sifon putih, rok hitam panjang, sepatu tumit datar, membawa sebuah tas ransel warna oranye, tangannya membawa satu bungkusan, di bawah sinar matahari wajah yang indah itu tersenyum padaku.

Dia adalah Elina.

Aku langsung terkejut.

Dan juga sedikit tidak fokus.

Karena senyumannya saat ini sangat alami dan sangat indah.

Karena aku tidak pernah melihat senyuman seperti ini di wajahnya.

"Hai." dia melambaikan tangan padaku.

Saat aku fokus kembali, aku menyadari banyak orang yang berkumpul di jalan, banyak ibu-ibu dan anak kecil yang baru pulang sekolah sedang dengan penasaran melihat Elina dari kepala sampai kaki dengan sangat detil.

Ayah dan ibuku juga berdiri di dalam kebun bunga dengan terdiam melihat wanita indah seperti bidadari yang berada di bawah sinar matahari.

"Kenapa kamu datang?" aku langsung bertanya dengan panik.

Dia melihat ayah dan ibuku, lalu sedikit dilema.

"Bagaimana kamu tahu alamat rumahku?"

Aku teringat semalam dia mengatakan dia hutang sebuah kata minta maaf dengan ayah dan ibuku, aku takut dia mengatakan kata ini di depan banyak orang, jadi tanpa menunggu dia berbicara, aku langsung menanyakan.

Dia menaikkan tangan lalu membuka telapak tangannya untuk menghalangi sinar matahari di atas kepalanya yang sangat silau, dia dengan merasa maaf berkata: "Data yang kamu berikan kepada perusahaan ada tertera alamatmu, aku menyuruh Departemen Personalia memeriksa untukku, aku tidak ganggu kamu kan karena datang ke sini secara tiba-tiba?"

"Tidak." aku melompat ke jalan setinggi hampir 1 meter, lalu melepaskan topi daun bambuku dan memberikan kepadanya, berkata: "Pakailah, hati-hati menjadi hitam."

Dia menggigit bibirnya saat menganggukkan kepala, lalu mengambil topi itu.

Ini adalah topi dari rajutan bambu, di dalamnya dialas oleh daun bambu, topi daun bambu yang bagian atas topi meruncing, pinggiran topi yang sangat lebar, berwarna kuning gelap dan sangat kampungan.

Topi ini setelah dipakaikan di atas kepala Elina yang menawan dan indah terlihat sedikit berkelas.

"Apakah aku jelek memakai ini?" dia malah menanyakannya.

Anak kecil yang sedang berkerumun di sekitar tertawa, yang sedikit berani malah berjalan ke depan untuk melihat wajah Elina yang indah.

"Tidak jelek." aku langsung menjawab kemudian melambaikan tangan ingin mengusir anak-anak itu.

Novel Terkait

Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu