Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku - Bab 178 Pemikiran Bermasalah

Sebenarnya, pertama kali aku melihat pemandangan ini, dulu waktu aku pergi ke pantai di negaraku,yang ditemui sebagian besar pakaian renangnya lebih konservatif sangat berbeda jauh dengan pantai di sini.

Karena PaTong adalah pantai dengan wisatawan terbanyak di Phuket, tapi perasaanku pasir di sini tidak begitu nyaman, dimana-mana yang terinjak adalah gundukan atau lubang.

Air lautnya juga tidak terlalu jernih, mungkin disebabkan oleh hujan, setelah memasuki musim hujan, atau mungkin juga karena banyaknya wisatawan di sini.

Setelah memasuki pantai, aku sendiri berjalan tanpa alas kaki ke laut, merasakan kesejukan dalam keheningan menatap laut biru.

Beberapa saat kemudian, aku berjalan perlahan dari selatan pantai menuju ujung utara, sepanjang jalan tak hentinya memandangi pantai dan orang-orang yang sedang berbaring di kursi santai, bukan sedang melihat wanita cantik, melainkan mencari Wenny mereka.

Hotel yang kami tempati dekat dengan ujung selatan pantai, jadi mereka juga harusnya dekat di sini.

Ternyata, jalan tak sampai dua menit, aku melihat Wenny mereka, dia bersama Cindy Liu dan seorang gadis lain berjalan di sepanjang garis pantai dengan hempasan ombak, Bayu dan Leni berada di perairan dangkal bermain air, jauh dikit lagi Harry mereka sedang berenang.

Sekelompok orang tampak bersenang-senang, kecuali Wenny, dia yang sekarang tetap saja menyendiri.

Yang disayangkan, dia tidak memakai bikini malainkan memakai dress pantai berwarna biru muda, hanya menujukan kaki yang putih dan ramping, tetapi dengan dua kaki yang mulus, membuatku merasakan keunggunan seperti biasanya.

Cindy Liu memakai baju renang, dengan kain ralatif sedikit, terlihat dua lapisam lemak di perut,ada sedikit ilfil.

Aku perlahan berjalan ke arah mereka.

Sesampai di depan mereka, Wenny yang awalnya sedang menginjak biuh ombak mengangkat kepalanya dan saat dia melihatku tampak tertegun sebentar, sepasang matanya yang indah terlihat terkejut.

“kapan kamu datang?” saat dia berkata, senyumnya seperti bulan sabit.

“baru saja.” Aku juga tersenyum, lalu mengarah ke Cindy Liu dan teman satunya lagi dan berkata “hai”, anggap saja sudah menyapa mereka.

“kenapa tidak memberitahuku dulu, kami kan bisa menjemputmu.”

“tidak perlu kalian jemput, cukup tahu keberadaan kalian, sangat mudah untuk menemukannya,”

“baiklah, nah, kamu sudah pesan kamar?”

“yah, pemandu wisata yang memesannya, tadi baru saja pergi check in.”

“baguslah kalau begitu, itu.....ini pertama kalinya aku melihatmu memakai baju seperti ini, oh ya, tidak pergi berenang?” Wenny sepertinya tidak menemukan topik, menunjuk baju kemejaku yang berbunga.

Aku tertawa: “ cukup melepaskan saja sudah bisa turun, dan kamu masih memakai dress, tidak turun kah?”

“banyak orang, aku jalan-jalan di tepi pantai saja.” Ketika dia mengatakan ini, Wenny mengangkat dressnya sedikit tersenyum dan berkata : “dress ini bagus tidak?”

“bagus, sangat cocok denganmu.”

Cindy Liu yang di samping tiba-tiba memotong pembicaraan: “kalian ngobrol lah, kami pergi berenang.”

Mungkin melihat kita sedang asyik ngobrol dan mengabaikannya, selesai bicara Cindy Liu mengajak gadis yang sama memakai baju renang pergi ke laut.

Wenny merasa tidak enak dengan mereka dan berkata “tidak menemani kalian ya”, lalu mengarahku dengan tersenyum canggung.

“hei, Roman, kapan kamu datang?” Bayu yang berada di laut melihatku, berdiri dan melambai tangan.

Teman yang lainnya Leni dan Salsa dengan suara tinggi juga menyapaku.

Aku meresponnya beberapa kali, lalu menolak ajakkan mereka menyuruhku pergi berenang.

Karena jika aku pergi berenang sekarang, Wenny tidak ada yang menemani, berjalan di tepi pantai sendirian, kasihan juga.

“yuk jalan, aku temani mu jalan-jalan.” Ucapku padanya sambil tersenyum.

“yah, terima kasih.” Dia mengangguk, lalu berjalan perlahan dengan kaki di atas ombak sambil memegangi rambutnya yang panjang ditiup angin laut.

“dulu pernah kesini tidak? Gimana rasanya?” aku asal-asalan mencari topik.

Dia menggeleng kepala: “pertama kali datang, rasanya sungguh indah, serasa ingin tinggal di sini selamanya.”

“saat berada di laut merasakan kebahagian tidak?”

“haha, betul, saat berada di laut merasakan kebahagiaan, sungguh romantis, tapi sayang penyair itu.....”

“yah.....kita tidak membicarakan ini, cuaca hari ini sangat bagus.”

“yaa, sangat baik, oh ya, Direktur Elina mana? Tidak ikut denganmu kemari?”

“dia masih ada beberapa kerjaan yang harus dikerjakan, mungkin besok atau lusa dia datang.”

“oh, baiklah.”

Bertemu dia selalu membahas Elina, aku bertanya dengan penasaran: “kalian baru bertemu dua kali, tapi sepertinya kamu menyukainya, kenapa?”

“menyukai seseorang itu tidak ada alasanya, hanya......”

Bicara sampai disini, wajah Wenny memerah: “aiya, bukan suka semacam itu, tapi hanya suka sekedar teman saja, kamu jangan menatapku seperti itu, pemikiranku masih sangat normal.

Aku tidak tahan untuk tertawa: “aku tidak megatakan kalau pemikiranmu bermasalah, kenapa begitu gugup melihatku.”

“tatapanmu itu.......”

Wenny tampaknya menyadari bahwa dia telah dipermainkan, lalu menghentak kakinya dengan lucunya, tiba-tiba dia menendang air ke arahku.

“aku langsung mundur beberapa langkah, dan melarikan diri.

Satu tangannya mengakat dress, memperlihatkan kaki putih rampingnya di bawah lutut, mengejarku sambil menendang percikan air ke arahku.

Aku sengaja meperlambat dan sebelah celanaku talah basah dibuatnya, memujinya beberapa kata, baru dia menyerah.

Kemudian, aku menyadari bahwa gerakanku tadi sepertinya ambigu, tetapi aku tidak tahu bagaimana mengubah suasana, pada saat ini, dia juga menundukkan kepalanya dan memperbaiki rambutnya dengan satu tangan, dan satu tanganya lagi masih memegang dress perlahan melangkah maju.

Dia juga merasakan bahwa ada sedikit ambigu barusan, jadi suasana menjadi canggung.

“sepatumu mana?” demi mecairkan kecanggungan, aku sembarangan mencari topik dan bertanya

“di kursi santai sana.”

“bagaimana kalau jalan balik, takutnya sepatumu diambil orang.”

“siapa yang mau mengambil sepatu itu, lagian itu hanya sepasang sandal.

“baiklah.” Aku menjawab dengan sedikit canggung, dan seketika tidak ada topik lagi.

Kami terdiam sambil menginjak lingkaran ombak dan berjalan perlahan.

Tidak lama kemudian, Wenny bertanya dengan dingin: “Roman, kamu bilang, jika kamu tidak di penjara, kamu dengan Keisya...... apakah kalian bisa menikah sekarang?

Mendengar perkataan Wenny, aku membeku sejenak, jika aku tidak dipenjara, apakah aku akan menikah dengan Keisya sekarang?”

Tidak, harusnya tidak, alasan dia putus denganku bukan kerana masuk penjara, tapi karena aku mengabaikannya, karena dia tidak merasakan lagi cintaku.

Bahkan jika aku tidak masuk penjara, harusnya dia juga putus denganku, hanya masalah di waktu saja

Kecuali aku mengakui kesalahanku sendiri, mengendalikan diri untuk tidak berkerja terlalu keras, memberi lebih banyak waktu dan tenaga padanya serta memberikan perhatian dan kasih yang sama seperti biasanya.

Novel Terkait

Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu