Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku - Bab 55 Tidak tahu malu!

Elina mengangkat kepala lalu memelototiku sekilas, kemudian menutupi perutnya sambil menahan kesakitan berjalan ke tepi jalan dan melambai untuk menghentikan taksi.

Tetapi langkah kakinya sedikit lambat, sangat jelas bahwa dia bukan hanya sakit perut tetapi juga sangat lemah.

“Tergesa-gesa kembali untuk meletakkan pembalut, bukan?” Aku berjalan ke sampingnya, lalu sambil berjalan sambil membantunya menghentikan taksi yang lewat.

“Bukan urusanmu.”

Aku membantunya membuka pintu mobil, dia dengan tidak sungkan masuk ke dalam, kemudian menarik pegangan pintu untuk menutupnya.

Aku menahan pintunya, lalu berkata: “Direktur Elina, dengan kondisimu sekarang, kamu jangan sok kuat lagi, lebih baik biarkan aku mengantarmu pulang, bagaimana jika tiba-tiba pingsan ditengah jalan? Apakah kamu tidak tahu dibawa ke tempat pedalaman oleh orang Thailand……”

“Diam!”

Elina menatapku dengan marah, tetapi setelah beberapa saat, dia mengeser ke tempat duduk yang lebih dalam.

Aku masuk kedalam mobil lalu duduk disebelahnya, setelah memberitahu alamat hotel kepada supir, menoleh kearahnya dan bertanya: “Ada pembalut di hotel, kan.”

Dia sedikit tertegun, lalu mengerutkan kening: “Aku lupa membawanya.”

Aku menepuk jidatku: “Tengah malam begini, mau kemana membelinya, Oh iya, seharusnya hotel memilikinya.”

“Aku tidak berani menggunakan milik hotel.”

“Baiklah, aku akan membawamu pergi membelinya sekarang, tetapi kamu harus menahannya, jika bocor maka kamu dapat mengatasinya sebentar dengan tisu.”

“Tidak perlu, aku dapat membelinya sendiri.”

“Hha? Kamu tetap tinggal di mobil saja, jangan asal bergerak, kalau tidak jika bocor maka kamu akan sangat kehilangan muka.”

Dia menggigit bibirnya dan tidak berbicara, wajahnya memerah lagi.

Aku bertanya kepada supir, apakah tahu dimana minimarket 24 jam disekitar sini, kemudian menyuruh supir membawa kami kesana terlebih dahulu lalu kembali ke hotel.

“Sekarang belum bocor, kan?” Aku tiba-tiba tidak bisa menahan diri untuk bertanya kepada Elina.

“Belum……..” Dia menjawab dengan marah dan juga malu, kemudian menoleh ke sisi lai, melihat keluar jendela.

Aku tidak bisa menahan untuk tertawa.

Dia tiba-tiba melemparkan tasnya ke wajahku.

Aku mendengus, lalu menutupi hidungku dengan satu tangan, dan menyentuh perban dikepalaku dengan tangan yang lain.

Pukulan dia kali ini sungguh kejam, sudah mengenai luka dikepalaku.

Dia menolehkan kepala lagi lalu lanjut melihat keluar jendela.

Aku bersandar di kursi belakang sambil menikmati AC, sambil memeriksa apakah hidung dan luka dikepalaku berdarah dengan tangan yang lain.

Setelah beberapa saat, dia baru menoleh kemari, melihat sekilas kepalaku, lalu bertanya dengan wajah yang datar: “Apakah perlu ke rumah sakit?”

Aku meliriknya sekilas, lalu menggelengkan kepala dan tidak berbicara.

Didalam mobil menjadi sangat hening, Elina juga bersandar dikursi, tetapi raut wajahnya dengan perlahan menjadi semakin pucat, kedua tangannya juga selalu memegang perut.

Mungkin karena dia awalnya memang sudah bisa sakit, ditambah lagi meminum beberapa gelas bir dingin, jadi semakin kesakitan, dan ditambah lagi pengaruh alkohol, seharusnya sangat tidak nyaman.

Tidak lama kemudian, taksi berhenti didepan sebuah mini market, aku menyuruh Elina duduk didalam mobil, kemudian aku keluar dari taksi dan berjalan ke depan mobil melihat plat mobilnya dengan teliti, setelah itu baru berjalan masuk ke mini market.

Sebenarnya, ini bukan pertama kalinya aku membeli pembalut, sebelumnya aku pernah membantu Keisya membelinya beberapa kali.

Kebetulan ada seorang karyawan wanita didalam toko, aku langsung bertanya padanya benda yang kuinginkan dalam Bahasa Thailand, aku membeli masing-masing sebungkus, terdiri dari penggunaan sehari-hari, malam hari dan pembalut tipis.

Aku masih secara khusus membeli sebungkus kurma merah dan sebungkus gula merah, sebotol besar air mineral dan masih meminta 2 potong jahe kepada karyawan toko.

Setelah membayar dan kembali ke mobil sambil memegang barang-barangnya, aku mengoyangkan kantong plastik ditanganku, lalu berkata kepada Elina: “Apakah perlu meletakkannya sekarang?”

Elina melemparkan tas ditangannya ke wajahku lagi.

Tetapi aku sudah menduganya dari awal, menggunakan tangan menghalanginya lalu mengambil tasnya dan memasukkan beberapa bungkus pembalut kedalam tasnya.

Dia tidak memperdulikanku lagi, dan lanjut melihat keluar jendela dan bersandar di kursi, lalu tidak mengatakan apapun.

Ketika tiba di hotel, ketika Elina turun dari mobil, dirinya sedikit tidak stabil, aku melihat keadaan tidak bagus lalu dengan segera pergi memapahnya.

“Jangan menyentuhku.” Dia menyingkirkan tanganku dengan sok kuat.

Aku melepaskannya lalu dia dengan perlahan berjalan masuk kedalam hotel.

Tetapi ketika melihatnya tidak stabil setelah beberapa langkah, aku tidak bisa menahannya, langsung berjalan kesana dan satu tangan dipundaknya, satu tangan lagi memeluk kakinya, lalu mengangkatnya.

“Apa yang kamu lakukan?” Dia dengan kuat memberontak.

“Jangan bergerak.”

Aku menggendongnya dengan sekuat tenaga, lalu berjalan masuk kedalam hotel.

Dia terus menerus memukuli dadaku dengan keras.

Aku menguatkan tenaga tanganku lalu berkata: “Jangan bergerak, kalau tidak aku akan merobek pakaianmu sekarang, apakah kamu mengerti?”

Dan dia benar-benar berhenti, tetapi masih menatapku dengan keras kepala.

Tidak lama kemudian, dia sepertinya merasa bahwa melihatku terus-menerus seperti ini sedikit tidak pantas, lalu dia memalingkan tatapannya lagi.

Ini bukan pertama kalinya aku menyentuh tubuhnya, tetapi ini adalah pertama kalinya aku menggendongnya seperti ini.

Harus dikatakan bahwa rasa pahanya yang bundar lumayan baik, sangat halus, kulitnya sangat lembut dan tanpa kehilangan elastistisitas, dan terkait bagian yang ditempelkan didadaku……daging didadanya sangat penuh dan elastis.

Ditambah lagi sedikit keharuman yang ada ditubuhnya, nafas yang tergesa-gesa, membuatku merasa sedikit tergerak.

Terutama setelah memasuki lift, diruang sempit yang hanya ada kami berdua, aku sangat ingin membuka pakaiannya ditempat lalu langsung menghabisinya.

Sayangnya, dia sedang datang Haid.

Dia sepertinya merasakan perubahanku, dan mulai memberontak lagi.

Aku menggosok dengan keras dipahanya sekali, lalu berkata: “Direktur Elina, jika kamu masih memberontak, aku akan memasuki bagian dalam rokmu.”

Tubuhnya menjadi tegang kemudian menjepit kedua kakinya dengan erat.

Akhirnya kembali ke kamar Elina, aku menyuruhnya mengeluarkan kartu kamar dan membukanya, kemudian mendorong pintu dan membawanya masuk.

“Kamu sudah boleh keluar.” Begitu memasuki kamar, dia sambil berkata sambil memberontak.

Aku menurunkannya, lalu mengeluarkan pembalut dan memberikannya, berkata: “Pergi meletakkan pembalut terlebih dahulu dikamar mandi, aku akan memasakan sup jahe dan kurma untukmu.”

“Tidak perlu, kamu keluarlah.” Dia mengambil pembalutnya lalu dengan wajah yang datar menunjuk kearah pintu.

“Direktur Elina, bukankah aku sudah mengatakannya, aku akan mulai mengejarmu dengan formal, kamu juga mengatakan ingin melihat bagaimana aku mengejarmu, sekarang adalah saatnya bagiku untuk bertindak.”

“Tidak perlu tindakanmu, keluarlah.”

“Tenanglah, kamu sudah datang Haid, aku tidak akan menghabisimu.”

“Kamu…..”

Aku berjalan masuk ke kamar mandi dengan memegang teko air panas, kurma dan jahe.

Elina sedikit panik, lalu berdiri di depan pintu berkata dengan marah: “Roman, jika kamu masih tidak mau keluar aku akan menelefon polisi!”

“Terserah, lagipula aku tidak melakukan apapun terhadapmu, semua orang juga tahu bahwa aku sedang mengejarmu, bagaimana menurutmu jika polisi datang kemari? Selain itu, bahkan jika aku dikurung hanya perlu menelefon maka sudah bisa keluar.”

“Kamu……kamu sedang melakukan hal jahat! Kamu tidak tahu malu!”

Aku mengisi setengah teko air, lalu mengambil secangkir air bersih lagi, kemudian berjalan keluar dari kamar mandi, menunjuk bawah Elina, berkata: “Masih tidak pergi mengenakannya, jika nanti bocor maka akan menodai rokmu.”

“Kamu memang tidak tahu malu! Bajingan!”

Aku tersenyum dengan acuh tak acuh, lalu mendekatinya berkata: “Dikatakan secara sederhana adalah nakal, benarkan, jika pria tidak nakal maka wanita tidak akan mencintainya, bukankah begitu?”

Novel Terkait

Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
5 tahun yang lalu