Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku - Bab 239 Sengaja Marah

Dari Chiang Mai ke Chiang Rai, ada banyak belokan dan lereng yang curam, kondisi jalannya tidak begitu bagus tapi karena aku mengendarai mobil Jeep J8 versi militer yang sangat stabil dan aku mengendarai di kecepatan hampir 80 KM/jam, setelah satu jam, aku sudah berjalan sudah lebih dari sepertiga jaraknya.

Pada saat ini, ponselku tiba-tiba berbunyi, setiap kali ada masalah besar, telepon akan menjadi sangat sibuk.

Aku melihat ponselnya dan itu adalah panggilan dari Elina, aku menekan tombol jawab tanpa ragu-ragu dan mengharapkan mendapatkan kabar baik dari Elina.

Setelah teleponnya terhubung, aku bertanya:”Halo, direktur Elina, apakah sudah menghubungi keluarga Gong?”

“Sudah.” Suara Elina sedikit rendah,”Tapi ... .. keluarga Gong mengatakan bahawa mereka sekarang juga tidak dapat menghubungi Mark, termasuk juga Clay dan Luke juga tidak dapat dihubungi.”

Aku mengerutkan kening:”Mana mungkin? Ini pasti hanya alasan mereka saja, sehingga mereka tidak menyinggung keluarga Bai kalian.”

“Ya, aku tahu, tapi sekarang tidak ada cara lain, keluarga Gong memakai ini sebagai alasan, kami juga tidak enak menyinggung mereka, karena hubungan kedua keluarga lumayan baik, orang keluarga Gong terlihat sangat panik sehingga mereka terlihat lebih cemas dari siapa pun.”

Aku sedikit tidak berdaya, aku berpikir sejenak sebelum berkata:”Sudahlah, direktur Elina, aku akan mengatasi masalah ini, tapi bagaimanapun juga, aku harus berterima kasih kepadamu.”

Elina tidak mengatakan apa-apa dan di telepon terdengar sepi.

“Direktur Elina, jika tidak ada masalaha lain lagi, maka aku tutup teleponnya dulu, aku sedang mengemudi sekarang.”

“Roman. Kamu harus hati-hati.” Akhirnya Elina berbicara,”Tidak peduli bagaimanapun juga, kamu harus hati-hati, jangan gegabah, bukan hanya demi dirimu juga demi diriku, bisa?”

Mendengar kata-katanya yang tidak berdaya dan penuh perhatian, aku tiba-tiba melamun untuk beberapa saat, ketika aku sadar, aku buru-buru meluruskan setirnya dan berkata dengan serius:”Kamu jangan khawatir, aku akan kembali dengan selamat.”

“Baik, aku tunggu kamu.”

“Ya.”

“Kalau begitu kamu konsentrasi mengemudikan mobilnya, bye.”

“Byebye.”

Setelah menutup telepon dari Elina, aku menarik napas dalam-dalam dan fokus melihat jalan yang ada di depan.

Banyak tempat di Thailand Utara yang masih mempertahankan lingkungan ekologis aslinya, selain beberapa kota dan desa yang dilewati, tempat-tempat lain sangat sepi, tidak ada jejak manusia, hanya pegunungan berkabut di bawah sinar bulan yang terlihat dari jauh.

Ini adalah malam bulan purnama, yang berbeda dari kota yang hampir tidak bisa melihat cahaya bulan, bulan yang terlihat bulat seperti piring dapat menyinari hutan belantara di malam hari.

Mungkin, cahaya bulan yang cerah juga memberikan kemudahan untuk membunuh orang.

Waktu berlalu, gunung-gunung dan perpohonan yang samar-samar terlihat di sepanjang jalan dengan cepat mundur ke belakang, tanpa sadar aku telah memasuki daerah pinggiran kota Chiang Rai.

Aku melihat jamnya dan sekarang tepat jam sembilan, masih ada waktu satu jam dari waktu yang ditentukan oleh Mark.

Aku memperlambat kecepatan, aku memakai ponsel yang diberikan oleh Basero untuk menelepon Bruce dan aku tahu bahwa mereka sudah berada di tengah jalan, mereka tidak menemukan ada orang yang mengikuti mereka ketika keluar dari kota, mereka seharusnya sudah menghindari pengawasan pihak lawan, tapi jalan kecilnya agak sedikit rumit, mereka mungkin baru akan sampai di atas dua jam lagi.

Waktunya sudah tidak banyak, aku tidak bisa menunggu mereka, aku langsung mencari nomor yang dipakai oleh Mark untuk meneleponku dan aku langsung meneleponnya.

Telepon segera terhubung, terdengar suara Mark yang sombong di ujung telepon:”Roman, kamu bukan meneleponku untuk memberitahuku bahwa kamu tidak bisa datang dan memohonku untuk tidak melukai kedua anak itu kan?”

Aku tersenyum dingin:”Mark, aku sudah sampai, aku akan memasuki kota Chiang Rai paling lama 40 menit lagi.”

“Oh?” Mark merasa sedikit kaget,”Tidak disangka, kamu akhirnya datang. Aduh, Roman, aku waktu itu sudah meremehkanmu, aku tidak menduga kamu demi menyelamatkan dua anak yang tidak ada hubungannya denganmu, bersedia datang mengambil risikonya. Oh ... ... tidak, kamu bukan mengambil risiko tapi mengantarkan dua kaki ke sini. Karena itu, maka aku nanti tidak akan sungkan lagi.”

“Begitu banyak omong kosong? Katakan, kita akan bertemu di mana?”

“Jangan buru-buru, aku akan menghubungimu sebentar lagi, kamu jangan masuk ke kota dulu, ketika kamu sampai di persimpangan itu, yang bernama ... ... persimpangan apa, itu, persimpangan jalan antara kilometer 118 dan kilometer 122, kamu tunggu aku di sana, aku akan menghubungimu nanti.”

Aku mengerutkan kening:”Mark, aku bisa menunggumu, tapi aku sudah datang tepat waktu, jika kamu berani mencelakai kedua anak itu maka jangan salahkan aku bertindak kasar.”

Mark tertawa dengan sombong:”Hahaha, kamu tenang saja, aku tidak tertarik dengan anak-anak, aku hanya tertarik denganmu saja. Setelah aku mematahkan kedua kakimu, maka aku akan menyerahkan kedua anak itu kepada paman mereka sendiri Timothy, ketika dia menyelesaikan masalahnya maka dia akan mengantar mereka pulang.”

“Sialan kamu, bukankah kamu bilang ingin bertemu denganku, maka kamu lepaskan saja kedua anak itu?”

“Ya, benar, aku berkata seperti itu, aku akan melepaskan mereka setelah bertemu denganmu, hanya saja orang-orang Timothy ingin melindungi mereka sampai ke rumah, adapun bagaimana cara Timothy melindungi mereka, atau akan melakukan apa kepada mereka, maka itu tidak ada hubungannya denganku.”

Aku menarik napas dalam-dalam dan menjawabnya sambil menahan marah:”Baiklah, aku akan menunggumu di persimpangan jalan itu, kamu sebaiknya cepat datang, jika tidak maka kesabaranku akan hilang.”

“Apakah kamu berani?” Suara Mark terdengar sombong,”Apakah kamu berani memutar arah dan kembali ke Chiang Mai? Hahaha, jika kamu datang lagi, mungkin kamu akan datang karena berduka untuk mereka.”

“Brengsek ... ... “

Aku akhirnya tidak bisa mengontrol emosiku dan aku menghujat di telepon.

Sebenarnya, aku tahu bahwa Mark menginginkan aku marah dan membuatku hilang kendali sehingga mereka bisa melawanku dengan mudah.

Jadi, aku sengaja memperlihatkan kemarahanku kepadanya.

Benar saja, setelah mendengarku marah, suara tawa Mark terdengar lebih sombong lagi.

Dia mendapatkan kesenangan dan kepuasan dari kemarahanku.

Setelah menggunakan omelan yang paling berbisa, aku tiba-tiba mematikan teleponnya dan perlahan-lahan menghentikan mobilnya di samping jalan dan mematikan lampunya, aku mengeluarkan sebatang rokok dan segera berpikir dengan cepat.

Sebenarnya, aku sudah sangat dekat dengan Chiang Rai, paling banyak butuh dua puluh menit lagi untuk sampai di kota, aku tadi mengatakan empat puluh menit karena aku ingin memastikan posisi Mark ada di mana.

Di sini tidak jauh dari persimpangan jalan kilometer 118 dan 122, kurang lebih membutuhkan waktu kurang dari lima menit dan dibutuhkan waktu kurang lebih lima belas menit dari persimpangan kota Chiang Rai.

Mark menyuruhku untuk menunggunya, mungkin karena dia ingin melakukan aksi di persimpangan jalan itu atau ingin aku masuk di kilometer 122.

Tapi, dia pasti tidak ada di persimpangan jalan itu.

Sekarang. Dia mungkin masih ada di Chiang Rai, karena orang seperti dia, tidak mungkin akan menunggu di hutan belantara di tengah hutan.

Novel Terkait

Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu