Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku - Bab 4 Luluh

Tidak lama kemudian Elina terlihat memijit pelipisnya, kelihatannya dia sedikit kelelahan.

Setelah itu dia mengambil tas nya dan beranjak dari tempat duduk yang dia miliki, dia berjalan menuju ke arah di mana toilet berada, sepertinya dia ingin membasuh wajahnya agar membuatnya sedikit tersadar.

Saat Elina baru saja beranjak, laki laki itu langsung membayar tagihan di mejanya, dan dengan cepat mengikutinya ke arah Elina pergi.

Aku tidak langsung mengikutinya pergi, tetapi malah mempersiapkan masker dan juga kacamata hitam, berjalan lewat sisi jalan yang lainnya dan menunggu dengan tenang.

Aku sudah mengamati lingkungan di restoran ini sebelumnya, salah satu sisi di sebelah toilet adalah tangga, dengan melewati tangga itu bisa langsung menuju ke sebuah ruangan, jika tidak ada kendala lain mungkin mereka akan membawa Elina naik ke atas lewat tangga itu.

Ternyata benar, tidak sampai beberapa menit laki laki itu kembali muncul dengan menggendong seseorang di punggungnya yang dalam keadaan tidak sadarkan diri, seseorang di punggungnya itu sepertinya adalah Elina, dia berjalan menuju ke arah tangga.

Saat ia melewatiku, aku mencium aroma minuman yang sangat kuat.

Ternyata benar, mereka memberikan minuman kepada Elina dengan kadar alkohol yang sangat tinggi, sampai sampai dia menggerutu sepanjang jalan, dan orang lain yang melihatnya tentu saja mengira jika Elina benar benar mabuk.

Setelah memastikan mereka masuk ke dalam lift, aku kembali ke ruang tunggu di dalam restoran, aku melepaskan kaca mata dan juga masker yang menempel di wajahku, setelah sekitar 2 menit, aku berlari ke depan meja resepsionis dengan wajah cemas dan gelisah: Aku tadi baru saja menerima panggilan telepon dari temanku, dia mengatakan jika dia masuk ke dalam sebuah kamar untuk beristirahat karena mabuk berat, tetapi aku tidak tahu dia berada di ruangan mana, aku mencoba menghubunginya tetapi masih tidak terhubung, aku hanya tahu jika dia bersama dengan kedua teman laki-lakinya, apa nona bisa membantuku mencari tahu nomor kamarnya.

Pelayan itu bertanya melalui HT di tangannya, dan kemudian memastikan jika ada seorang wanita yang mabuk, dia kemudian memberitahuku jika dia berada di kamar 1208, dia baru masuk ke dalam ruangan itu kurang dari 1 menit.

Aku menaiki lift dan memencet tombol angka 12, dan menunggu dengan tenang di dalam lift.

Aku berencana untuk menunggu beberapa menit lagi baru menghubungi polisi, dan saat polisi sampai di tempat ini, mereka mungkin sudah melakukan sesuatu kepada Elina di dalam ruangan itu.

Aku begitu antusias ingin membalas dendam, dalam pikiranku masih terbayang gambaran Elina yang terbaring di atas tempat tidur yang dilecehkan oleh mereka berdua.....

Saat memikirkan hal ini membuat aku menjadi kesal, entah kenapa perasaanku menjadi tidak tenang, dan perasaan itu semakin lama semakin kuat.

Aku kemudian mengambil sebatang rokok dan menyalakannya, menghisapnya dalam dalam.

Aku tiba tiba malah ingin mengumpat, kemudian membuang rokok di tanganku begitu saja, berlari secepat kilat menuju ke depan ruangan 1208, mengangkat tanganku dan mulai mengetuk pintu.

“Siapa?” Terdengar dari dalam suara Gedion yang rasanya sudah gelisah.

Aku sengaja menggunakan nada bicara yang sangat sopan, “pelayan, tadi perempuan itu menjatuhkan sebuah kaca mata di lobi, aku datang untuk mengembalikannya kepadanya.”

“Tidak perlu, buang saja kaca mata itu ke dalam tempat sampah.”

“Tuan, jika seperti itu maka gajiku akan dipotong, tuan buka saja sedikit pintu ini, dan aku akan langsung memberikan kacamataa ini kepada tuan.”

Mendengar tidak ada jawaban dari dalam kamar, aku memundurkan beberapa langkah ke belakang, dan menunjukkan kaca mata itu ke lubang yang berada di pintu.

Setelah beberapa saat tiba tiba pintu kamar itu sedikit terbuka.

Aku langsung maju ke depan dan mendobrak pintu kamar di depanku.

“Braaakkk.” Pintu terbuka tepat mengenai tubuh Gedion, membuatnya terpental terjatuh ke lantai.

Aku langsung bergegas masuk ke dalam, dan menendang Gedion beberapa kali, temannya yang juga sebagai komplotannya juga memiliki reaksi yang sangat cepat, dia berhambur ke arahku dengan berusaha melayangkan pukulan ke arahku.

Kehidupanku selama tiga tahun di penjara benar benar membuat tubuhku terlatih dengan benar, dengan beberapa kali pukulan saja aku bisa membuat kedua orang itu terkapar di lantai.

“Rencana kalian tidak akan berhasil, pergilah.”

Gedion memanfaatkan kesempatan ini untuk kabur bersama dengan temannya.

Elina masih bisa menggerakkan tangannya perlahan, kedua matanya menyipit, menunjukkan ekspresi bingung, wajah cantiknya terlihat begitu menggoda pada saat ini, pakaian yang dia pakai sedikit semrawut, dan belum terlepas dari tubuhnya.

Sepertinya dia belum sempat dilecehkan.

Tetapi keadaannya yang seperti sekarang ini....

Kesadaranku terguncang karenanya, hormon dalam diriku juga sudah tertahan untuk waktu yang cukup lama.

Perempuan cantik dengan body luar biasa ini, perempuan yang kemarin memperlakukanku dengan dingin dan tidak peduli, sekarang dia terbaring di depanku dengan pakaian setengah terbuka.

Bahkan yang lebih parahnya adalah tindakannya yang lembut, kedua matanya yang menyipit benar benar godaan yang tidak mudah untuk ditepis.

Aku merasa jika tenggorokanku sangat kering, napasku menjadi tidak beraturan, hormon dalam tubuhku tiba tiba mendesakku untuk naik ke atas ranjang, membelai wajahnya, dan pada akhirnya aku memutuskan menahan gejolak dorongan dalam diriku.

Aku tersenyum pahit menertawakan diriku sendiri, aku menyelamatkan perempuan itu lagi, jelas jelas aku sudah meyakinkan diriku agar perempuan ini bisa merasakan penderitaan dan rasa sakit, tetapi akhirnya aku malah luluh karenanya.

Aku menggelengkan kepalaku mencoba menepis pemikiran dalam benakku, saat memalingkan kepalaku aku melihat ada sebotol air mineral di meja samping tempat tidur, mengambilnya dan menenggaknya sekaligus kemudian menyentuh wajahku sendiri.

Sisa air yang aku minum aku siramkan ke wajah Elina, agar dia bisa sedikit lebih tersadar dari mabuknya, aku terlalu malas untuk memperdulikan kasur yang menjadi basah.

Aku mendudukkan diriku di tepi ranjang, menyulut sebatang rokok, berharap agar perasaanku bisa sedikit lebih tenang, memikirkan bagaimana dia harus membereskan masalah ini.

Lapor kepada polisi itu pasti, tetapi harus dipikirkan juga saat polisi datang apa yang harus aku katakan.

Dia harus menjelaskan alasan kenapa dia mengikuti Elina, kenapa tidak lebih awal menghentikan tindakan Gedion dan rekannya, kenapa tidak melapor lebih awal kepada polisi.

Sebatang rokok belum habis aku hisap, rasanya kepalanya sedikit pusing, mungkin mabuk karena asap rokok, jadi aku mematikan ujung rokok yang terbakar dan masuk ke dalam kamar mandi untuk membasuh wajahku.

Tapi saat aku akan beranjak, rasanya kepalaku sangat pusing dan terasa berat, kakiku juga entah kenapa menjadi lemas.

Aku langsung gelisah, kemudian mengambil air mineral yang sudah aku minum, dan kemudian kembali melihat botol air mineral yang berada di samping televisi yang memiliki merk yang berbeda dengan yang aku minum barusan.

Gawat, air yang aku minum barusan pasti Gedion yang meninggalkannya, dan pasti dia sudah menambahkan sesuatu di dalamnya.

Pasti mereka siapkan untuk mengantisipasi jika Elina tidak meminum apapun saat di restoran, atau mungkin mereka mempersiapkan untuk diminum oleh Elina saat dia tersadar nantinya.

Barusan otaknya terasa panas, jadi dia tidak memperdulikan akan hal ini.

Elina hanya meminum setengah gelas, dan dalam waktu 2 hingga 3 menit dia sudah tidak sadarkan diri, sedangkan aku meminum setengah botol dari air mineral itu.

Dengan cepat aku merasa jika tangan dan kakiku lemas tidak berdaya, kesadaranku juga mulai buram, sekujur tubuhku benar benar tidak bertenaga.

Selanjutnya aku terjatuh di atas kasur, menyandarkan tubuhku kepada Elina, satu tanganku sampai sampai menyentuh bagian dadanya.

Satu tanganku dengan susah payah meraih telepon di kantong celanaku, memaksakan memanggil 110, tapi tiba tiba tanganku lemas, dan teleponku terjatuh begitu saja ke lantai.

Aku benar benar gelisah, ingin sekali meraih teleponku yang terjatuh di lantai, tapi aku tidak memiliki tenaga untuk beranjak, sampai sampai bersuara pun aku tidak sanggup.

Aku hanya bisa mengayunkan tangan dan kakiku, itu saja aku lakukan dengan susah payah.

Tanganku yang berada di atas dada Elina saja masih belum bisa aku pindahkan walaupun aku sudah berusaha sekuat tenaga.

Tidak lama kemudian kedua mataku tertutup, aku memasuki kondisi dimana aku tertidur dan tidak sadarkan diri.

Aku tidak tau waktu sudah berlalu berapa lama, tiba tiba aku merasa jika wajahku menerima sebuah tamparan yang membuatku merasakan rasa panas dan rasa sakit di sebelah pipiku.

Aku berusaha keras untuk membuka kedua mataku, aku hanya melihat sosok seseorang berlari keluar dengan terburu buru, mungkin itu adalah Elina.

Aku mengucek kedua mataku, seketika tersadar kejadian dimana aku tidak sadarkan diri.

Saat teringat jika dia kemarin malam tidur disamping Elina, dan pakaian Elina yang sedikit terbuka.... Dia tidak akan salah paham kepadaku kan.

Novel Terkait

Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu