Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku - Bab 58 Bajingan

Dia mengenakan gaun tidur berwarna hitam, membuat kulitnya terlihat lebih putih, terutama bagian dada dan bahunya yang hanya tergantung 2 tali.

Aku meletakkan bunga mawar yang segar dihadapannya, lalu berkata: “Elina, ini untukmu, aku harap suasana hatimu baik setiap hari.”

“Kamu panggil siapa Elina? Keluar!” dia marah sampai wajahnya memerah, satu tangan menutupi dadanya, satu tangan lainnya menunjuk ke pintu.

“Kamu, memanggilmu seperti ini bukankah lebih terlihat dekat.”

“Kamu…..dasar bajingan!”

“Jika tidak sedikit bajingan bagaimana bisa mengejarmu, benarkan.”

Elina marah sampai tidak bisa berbicara, langsung berbalik badan dan berjalan kedalam kamar, lalu meletakkan kotak sarapan diatas meja.

“Chepchepchep, lihatlah apa yang kamu perbuat, bubur didalamnya telah tumpah.”

Aku bergegas masuk, lalu meletakkan bunga dimeja samping tidur, kemudian dengan hati-hati membuka bungkus plastik luarnya, kemudian menggunakan tisu menyeka kotak sarapan itu dan meletakkannya diatas meja.

“Apakah sudah menyikat gigi dan cuci muka? Jika sudah makanlah selagi panas.”

Dia mengambil sebuah kemeja lalu mengenakannya, kemudian tetap berdiri disana, menatapku dengan marah dan juga dingin.

“Jangan melihatku seperti ini, kamu tahu itu tidak berguna, lebih patuhlah, cepat makan, jika kelaparan itu juga kamu sendiri yang celaka.”

Aku membereskan bungkus plastik dengan sendiri, lalu setelah membersihkan meja, aku berjalan masuk kedalam kamar mandi dengan memegangi teko dan sisa kurma dan jahe kemarin.

Setelah beberapa saat, Elina tiba didepan pintu, lalu berkata dengan dingin: “Aku mau menyikat gigi.”

“Segera.” Aku mempercepat gerakan tanganku, setelah membersihkan semuanya aku berjalan keluar, ketika melewati sampingnya, aku melihat wajah putih dan bersihnya, lalu berkata: “Kamu sudah cantik tanpa make-up, lebih cantik daripada beberapa artis film.”

“Hhu!” Dia mendengus dingin, kemudian berjalan masuk ke dalam kamar mandi.

Sama seperti kemarin, aku memasak setengah teko sup kurma dan jahe, ketika air mendidih, Elina baru selesai menyikat gigi dan membersihkan wajah lalu berjalan keluar dari kamar mandi.

Dia meminum segelas air terlebih dahulu, memandangi sekilas sarapan diatas meja, lalu berkata dengan dingin “terima kasih”, kemudian duduk disamping meja dan membuka kotak sarapan.

Aku bersandar dilemari Tv, lalu tersenyum datar melihatnya memakan bubur itu.

Sangat jelas, dia tahu bahwa tidak ada gunanya membantah, jadi lebih baik menikmatinya.

Setelah beberapa saat, sup kurma dan jahe selesai dimasak, aku menuangkan secangkir sup lalu meletakkannya diatas meja, dan bertanya: “Apakah masih nyeri?”

“Tidak nyeri lagi.” Suaranya masih sangat dingin.

“Baguslah kalau begitu, tetapi harus tetap meminum sup kurma dan jahe, ini bermanfaat baik bagi tubuhmu, dan juga…….”

“Tidak perlu memijat lagi.” Dia dengan segera memotong pembicaraanku.

“Hahaha……” Aku tidak bisa menahan untuk tertawa, kemudian lanjut bertanya, “Oh iya, kontrak dengan BTT telah ditandatangani, berapa lama lagi kamu akan tinggal di Chiang Mai? Apakah akan menunggu sampai perangkat lunak selesai diserahkan dan berjalan normal baru kembali atau dalam beberapa hari ini akan kembali?”

“Dalam beberapa hari ini, hal tentang penyerahan ditangani oleh orang lain saja, didalam negeri masih banyak hal yang harus ditangani.”

“Kalau begitu aku akan kembali bersamamu, bagaimanapun aku adalah asistenmu.”

“Ya.”

Dia menjawab dengan singkat, kemudian menundukkan kepala dan memakan buburnya, perbincangan sepertinya telah terputus sampai disini.

Aku memandanginya dengan sedikit bosan.

Setelah Elina selesai makan bubur, aku tiba-tiba teringat sesuatu, lalu bertanya lagi: “Karena kamu tidak nyeri lagi, biarkan aku membawamu keluar jalan-jalan nanti, lagipula kamu tidak perlu melakukan apapun diakhir pekan ini, kamu dapat mengambil kesempatan untuk pergi melihat tempat indah di Chiang Mai.”

“Tidak usah.” Dia menolaku tanpa ragu-ragu dan dingin.

Aku tidak peduli, lalu lanjut bertanya: “Apakah kamu pernah pergi ke White Temple dan Baandam Museum? Kota Tua? Taman Universitas?”

“Aku sudah mengatakan tidak.”

Dia melemparkan kotak makanan kosong ke dalam tong sampah, kemudian mengambil cangkir sup kurma dan jahe lalu menyesapnya sedikit untuk mencoba suhunya.

“Oh iya, ayo kita pergi ke hotel yang pernah ditempati Teresa Teng, pergi melihat kamar yang ditempatinya.”

Elina tertegun: “Hotel yang pernah ditempati Teresa Teng?”

“Ya, jangan-jangan kamu tidak mengetahuinya, Teresa Teng meninggal di The Imperial Mae Ping Hotel di Chiang Mai, setiap kali dia datang ke Chiang Mai akan menetap di kamar yang sama pada hotel itu, dan hotel itu sampai sekarang masih menyimpan perabotan yang ada ketika dia menetap, sekarang sudah terbuka untuk wisatawan.”

Elina menganggukan kepala: “Aku mengetahuinya, dan masih mengetahui nyanyian nya adalah Chiang Mai, aku hanya terlalu sibuk akhir-akhir ini, jadi tidak teringat hal ini.”

“Kalau begitu mari kita pergi bersama nanti.”

“Tidak perlu bersama, pergi masing-masing saja.” Nada bicaranya langsung berubah menjadi dingin lagi.

“Direktur Elina, kamu tidak bisa menyingkirkanku, jadi jangan membantah lagi dan menikmatinya dengan patuh saja, dengan begitu tidak akan terlalu memalukan, juga tidak akan membuatmu marah sepanjang hari, itu tidak baik untuk kesehatan, terutama ketika sedang Haid.”

Elina menatapku dengan marah lagi.

Setelah beberapa saat, dia akhirnya berkata “Kamu benar-benar seratus persen seorang bajingan.”

Aku tahu bahwa dia tidak berdaya dan akhirnya memutuskan untuk tidak membantah lagi, jadi aku tersenyum puas dan berkata: “Kalau begitu aku akan melihat bagaimana membuat janjinya, mungkin aku harus mencari tour guide.”

Sambil mengatakan, aku membuka ponsel lalu mencoba mencari janji secara online, setelah beberapa saat masih belum bisa menemukannya, jadi langsung menelefon Bruce saja.

Bruce adalah bos dari gangster jalanan disini, seharusnya dapat menangani hal ini.

Telefon hanya berdering dua kali sudah terhubung, terdengar suara Bruce yang sangat sungkan.

Aku memberitahu kepadanya bahwa aku ingin pergi ke The Imperial Mae Ping Hotel, dia dengan segera mengatakan biarkan dia yang mengurus tiketnya saja, dan juga akan dengan sangat cepat.

Akhirnya, kurang dari 10 menit setelah menutup telefon, Bruce sudah menelefon kemari dan mengatakan telah mengurus selesai semuanya.

Menutup telefon Bruce, aku mengangkat telefonku kearah Elina lalu berkata: “Aku telah membuat janji dengan Hotel, janjinya pada siang hari, setelah selesai makan siang baru pergi kesana saja, ayo kita jalan-jalan ke tempat lain di pagi hari?”

“Aku tidak akan pergi kemanapun di pagi hari.” Elina menjawabku dengan dingin.

“Jangan seperti itu, kamu harus keluar jalan-jalan ketika datang Haid, pertama adalah untuk menjaga suasana hatimu tetap bahagia, kedua adalah untuk meningkatkan sirkulasi darah didalam tubuhmu, selama tidak melakukan olahraga yang keras maka sudah bisa, tidak akan pendarahan dengan banyak.”

“Diikuti kamu, apakah suasana hatiku bisa bahagia?”

“Hihihi, aku akan menceritakan sedikit lelucon cabul nanti maka suasana hatimu akan membaik.”

“Dasar bangsat!”

“Cepat pergi ke kamar mandi untuk mengganti baju, aku akan merebus air untukmu lalu mengisinya kedalam termos, ketika berada diluar tidak boleh minum minuman dingin.”

Selesai mengatakannya, aku menuangkan keluar sisa sup kurma dan jahe didalam teko, lalu mencuci bersih tekonya, kemudian menuangkan setengah panci air mineral untuk dipanaskan, dan membawa termosnya ke kamar mandi lagi lalu mencucinya.

Elina tidak membantah, hanya memelototiku sekilas dengan marah, kemudian mulai mencari baju.

Ketika aku melihatnya masuk kekamar mandi dengan pakaian dan tas make-up, aku menambahkan beberapa kata: “Kamu tidak perlu bermake-up tebal, kamu sudah cantik, jika tanpa make-up pun akan terlihat lebih cantik daripada beberapa wanita yang make-up.”

“Hhu, mulutmu sangat manis.” Lalu dia membanting pintu kamar mandi.

Ketika aku sedang mengisi termos dengan air panas, Elina mendorong pintu dan berjalan keluar, wajahnya mengenakan make-up tipis, lalu dia mengenakan kemeja sifon berwarna putih, bawahnya adalah rok panjang lipit yang berwarna hitam, kemudian memakai sandal yang berwarna hitam, seluruh orangnya terlihat bersih dan cerah.

Novel Terkait

Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu