Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku - Bab 143 Pertanyaan yang harus dijawab

"Masih menunggu orang? Teman sekelas kita atau temanmu? Berapa orang? Apakah ia satu mobil dengan kita?" Cindy di samping memotong pembicaraan dan mengajukan serangkaian pertanyaan.

Aku berkata dengan ringan, "Tenang saja, dia punya mobil sendiri, tidak akan ikut dengan kita. Hanya saja dia juga baru mendarat, aku ingin bertemu sebentar dengannya."

“Berapa lama kamu akan menunggu?” Cindy terlihat tidak sabar.

Wenny buru-buru meraih tangannya: "Cindy, jangan khawatir, kita semua juga di sini, tunggu saja sebentar."

Wenny meminta maaf kepadaku dan berkata, "Roman, tidak apa-apa. Kami akan menunggumu."

"Terima kasih," aku tersenyum padanya.

Begitu kata-kata itu diucap, aku melihat sekelompok orang berjalan keluar dari gerbang, ia adalah Deni, lelaki tua kurus dan beruban.

Dia bersama dengan seorang wanita berusia tiga puluhan yang terlihat sangat telaten dan berpengalaman. Terakhir kali aku melihatnya di Chiang Mai, seharusnya ia adalah sekretarisnya, dibelakangnya ia juga diikuti oleh dua pria jangkung, bermata tajam, yang seharusnya itu adalah bodyguard yang dibawa olehnya.

“Roman.” Deni melambai padaku sambil tersenyum.

Aku menyapa: "Deni, selamat datang di Chiang Mai."

"Haha, tidak usah terlalu berlebihan."

Deni memegang tanganku lalu menepuk pundakku.

Kedua pengawal berdiri di samping kami satu di kiri dan satu di kanan, memandang sekeliling kerumunan.

"Deni, Jack sedang dalam perjalanan ke Chiang Rai. Suchart sudah mengatur sebuah tempat. Mereka bilang mereka ingin makan malam bersama denganmu."

“Oke, kalo begitu mari kita bertemu di malam hari, ngomong-ngomong, apa mereka teman sekelasmu.” Deni menunjuk ke Wenny dan lainnya yang sedang berdiri di sana.

"Ya, mereka semua adalah teman sekolahku."

"Halo," Deni mengangkat tangan ke arah mereka.

Wenny dan Bayu satu per satu meresponnya, dan bahkan Cindy meresponnya dengan sopan.

Jelas, dia dapat melihat bahwa Deni adalah orang yang memiliki kedudukan.

Setelah saling menyapa, Deni berkata: "Roman, sepertinya aku datang di waktu yang kurang tepat. Maaf aku mengganggu kamu yang sedang berkumpul dengan teman-temanmu. Apa kamu ingin menunda satu dua hari, kamu temani saja dulu teman-temanmu."

Aku menggelengkan kepala dan tersenyum: "Deni, Jack dan Suchart sedang buru-buru, dan aku juga tidak bisa membuang-buang waktumu, bukan."

Deni juga tersenyum, dan kemudian berbalik ke arah Wenny dan lainnya lalu berkata kepada mereka: " Teman-teman, Maaf malam ini mungkin aku harus meminjam Roman untuk sementara, karena kita punya bisnis penting yang harus dibicarakan, setelah selesai membahas bisnis, bawa dia pulang dan beri dia beberapa gelas untuk minum, boleh kah? "

“Baik, baik, tidak masalah, tuan, tidak perlu sungkan.” Jawab Bayu.

"Baiklah kalau begitu."

Deni tersenyum padanya, menepuk pundakku lagi, dan berkata, "Aku akan mengirimkanmu alamat hotelku nanti. Kita bertemu dulu di hotel baru bersama-sama menemui Jack."

" Ok."

"Kalau begitu aku jalan dulu, sampai bertemu lagi teman."

Setelah melambaikan tangan ke arah Wenny dan lainnya, Deni yang didampingi oleh sekretaris dan pengawal berjalan kearah dua pria berpakaian hitam yang tidak jauh dari sana, dan masuk ke mobil Mercedes Benz setelah aba-aba dari dua pria berbaju hitam itu.

Setelah melihat mobil Mercedes Benz dan mobil pengawal SUV pergi, aku berteriak kepada seorang pria muda berambut panjang dan mengenakan kemeja panjang, yang tidak jauh darisana: "Allen, datang dan bantu dengan bawa koper."

"Baik, Kak Roman."

Pria muda itu membuang rokok di tangannya dan berlari dengan cepat.

Dia adalah adik laki-laki Bruce, ia merupakan orang Thailand keturunan Tionghua. Dia lahir dan besar di Chiang Mai, tetapi ia bisa bicara menggunakan Bahasa mandarin, dia juga sangat pintar, karena itu aku meminta Bruce untuk menyuruhnya datang, menjadi supir dan pemandu ku.

Setelah memperkenalkan Alan ke beberapa teman sekelas, aku memintanya untuk mengambil barang bawaan Wenny dan Cindy, dan aku mengambil barang bawaan Wenny.

“Terima kasih.” Wenny mengangguk berterima kasih padaku.

"Sama-sama, ayo pergi, mobil sudah di depan."

Saat kuliah, Wenny adalah seorang gadis yang cantik dan pendiam. Saat itu, ia bisa dibilang cantik, tetapi berpakaian sangat biasa, dan karena alasan dia yang sangat pendiam, membuatnya tidak begitu menonjol dari yang lain, hanya orang yang menaruh perhatian padanya saja yang sadar.

Pada saat itu, aku sedang menjalin hubungan dengan Keisya, dan aku sama sekali tidak tertarik pada wanita lain, dan aku juga jarang berkomunikasi dengannya. Selama empat tahun kuliah, bisa dibilang kami berbicara tidak sampai 100 kata.

Aku hanya ingat bahwa senyumanya sangat manis.

Sekarang dia sudah berpakaian bagus, terlihat jauh lebih cantik dari sebelumnya, dan memiliki kepribadian yang lebih ceria dan murah hati.

Namun dia tidak kehilangan sifat pendiam dan manisnya itu.

Ketika aku melihat senyum manisnya tadi, di otakku terlintas seorang gadis seperti kupu-kupu, yang memiliki senyum seperti bunga di musim panas, Wendy.

Aku sudah dua bulan belum bertemu dengan Wendy, aku juga tidak pernah melakukan kontak dengannya.

Mungkin sulit melupakan gadis itu dalam hidupku.

Wendy adalah tipe yang ceria, Wenny juga merupakan tipe yang sopan dan manis, tetapi mereka memiliki kesamaan, mereka cantic saat sedang tersenyum.

Aku suka wanita dengan senyuman manis.

Aku tidak suka wanita seperti Cindy yang suka memamerkan sesuatu.

Saat kuliah, Cindy merupakan orang yang memiliki sikap yang kurang baik, tampilannya biasa saja, tetapi sikapnya sangat arogan dan suka pamer, karena dia punya uang.

Tampaknya aku penah memiliki konflik dengannya saat kuliah, dan hampir tidak pernah kontak dengannya.

Setelah masuk ke mobil, aku berbicara dengan Wenny dan lainnya tentang tahun-tahun setelah lulus dan tidak menyembunyikan pengalamanku saat mendekap di penjara karena kejahatan yang disengaja.

Wenny menghiburku dan bertanya dengan penuh rasa ingin tahu tentang masalah di penjara.

Aku sangat terbuka untuk pertanyaan-pertanyaan ini, dan hampir selalu memiliki jawaban.

“Roman, apakah Keisya putus denganmu karena kamu di penjara?” Secara tidak sengaja, Cindy tiba-tiba menyela dan bertanya.

Aku meliriknya dari kaca spion dan berkata dengan ringan, "Dulu kupikir begitu, namun beberapa waktu lalu dia bilang bahwa bukan karena penjara, tetapi karena aku tidak cukup peduli padanya."

Wenny mendengar itu dan bertanya dengan heran: "Tidak, aku ingat dulu kamu memperlakukannya dengan sangat baik, aku ingat saat ia sakit, Anda pergi membeli obat untuknya tengah malam, dan menyelinap ke asrama perempuan untuk mengantarkan obat untuknya , Akhirnya ketauan oleh bibi dan dihukum sekolah. "

Bayu juga menyela: "Dia tidak berhenti disitu. Kamu tidak tahu, ketika dia pergi belajar sendiri, dia sering menggendong Keisya ke ruang kelas lantai empat. Membuat Leni juga ingin aku menggendongnya. Saat itu aku hampir mati kelelahan. "

“Siapa yang suruh kamu begitu lemah, lihat Roman saja tidak keberatan menggendong Keisya ke lantai empat, kamu naik ke lantai dua saja sudah kelelahan.” Leni di sebelahnya meninju.

"Oh, kamu tidak melihat badan Roman, badan kecilku tidak sebanding dengan dia."

"Huh!"

"Oh, jangan ribut dulu. Dengar Roman. Aku juga ingin tahu bagaimana dia bisa putus dengan Keisya."

Melihat mereka dari kaca spion, aku tidak bisa menahan senyum, dan berkata, “belum lama ini aku bertemu Keisya, dan dia bilang saat aku pergi bekerja, aku semakin tidak peduli padanya, dan perasaannya semakin berkurang sampai akhirnya perasaan itu pun hilang, dan kami pun putus.

Novel Terkait

Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu