My Tough Bodyguard - Bab 426 Peringatan Robert

Robert tidak mengetahui masalah mengenai kematian pemimpin hitam, kalaupun tahu dia juga tidak akan terlalu peduli, karena dia tidak pernah menganggap pemimpin hitam sebagai lawannya.

Pada saat itu pemimpin hitam meloloskan diri dari tangannya, hanya karena si tua ini cerdik, dengan cepat melarikan diri, ya sudahlah jika Robert tidak mempunyai kesempatan untuk bertindak.

Pada saat ini Robert sedang berdiri di depan pintu gerbang kampus Jingzhou sambil memainkan ponsel.

Merebak sebuah aroma yang wangi, sosok tubuh yang tidak asing bersuara di samping telinganya : “Kakak ipar, apa yang kamu mainkan?”

“Makan ayam, eheheh, jangan bergerak, jangan bergerak, ini putaran pertandingan akhir, dasar bodoh, lacak dan bidik, ingin berebut senjata denganku, lihat bagaimana aku akan membuat mati kamu.” kata Robert percaya diri.

Bamm!

Di layar, Robert mengendalikan karakternya dengan memperbesar lensa lima belas kali lebih besar, lalu menarik pelatuk Mauser 98K.

“Dapat!” Robert mendapat senjatanya, aksi yang lancar, penuh percaya diri.

Tembakannya menyemburkan sebuah peluru ke arah lawan main yang bersembunyi di belakang pohon, membidik samping kepalanya dan meledak, dan terjatuh.

Winner winner, Chicken dinner!

Setelah permainan berakhir dan muncul empat kata tersebut, segera profilnya terseret keatas, mengumumkan pemenangnya.

“Wah, kakak ipar, kepandaian menembakmu sangat hebat.” Di samping telinga terdengar suara gadis yang takjub juga kagum.

Robert di puji serasa di awang-awang, tertawa terkekeh, dengan nada bicara yang menjadi-jadi : “Tentu saja, aku paling mahir menggunakan senapan Mauser 98K, yang realitas saja tidak banyak orang yang berani melawanku dengan senapan, apalagi kalau hanya sebuah permainan. Shinta, aku beritahu, manusia tadi yang ingin menembakku, dia membuka cheating! Tapi bisa bagaimana lagi? Cheater juga cuma berani menggertak pemain yang tidak begitu hebat, ketemu dengan yang benar-benar ahlinya, mau lacak dan bidik juga tidak bisa menandinginya, tingkat pengendalian dan kesadaran itu berbeda.”

Orang yang ingin Robert jumpa adalah Shinta Bei, anak luar nikah Anderson.

Sebelumnya, setelah Shinta lulus dari sma, di atur sama papanya untuk memegang jabatan manager bagian keuangan di Perusahaan Besar Mo.

Ini membuat Alice ketakutan dan hampir terjadi keributan dan tidak akur dalam keluarga Mo.

Untungnya ada Robert yang mendamaikan, di tambah lagi Shinta tidak ada niat sama sekali ingin memperebutkan Perusahaan Besar Mo, baru ganjalan di hati kedua kakak beradik ini pelan-pelan menghilang.

Shinta berhasil diterima di universitas Jingzhou, ketika sudah pembukaan sekolah, dia meninggalkan Perusahaan Besar Mo dan ke kampus untuk melanjutkan pendidikannya.

Robert lagi ada waktu senggang, dia tidak menemukan Candy dan Jessy, dan apalagi Polisi Maggie Fang seumur hidup pun dia tidak mau melihatnya.

Kalau begitu hanya tinggal Shinta seorang.

Mendengar istilah permainan tersebut, membuat Shinta pusing, dia tidak begitu mengerti dengan semua ini, tapi juga mulai sedikit paham, kakak iparnya ini sudah ditiup tinggi olehnya.

Shinta biasanya jarang bermain game, tapi bisa melihat kemampuan menembak kakak iparnya yang sangat hebat,pengendalian yang indah dan menyenangkan.

Mengikuti obrolan Robert, Shinta memujinya lagi, sambil bicara, sambil berjalan membawa Robert menuju dalam kampus.

Shinta sangat cantik, lincah, juga sangat memikirkan kepentingan orang lain, karena itu di kampus banyak yang mengejar dan memujinya, biar sampai kemanapun, semua terlihat keindahan masa mudanya.

Biarpun sebagai mahasiswa baru, tapi sudah banyak orang yang diam-diam menyebutnya sebagai bidadari kampus Jingzhou.

Namun, dari mulai sekolah sampai sekarang, sudah ada dua bulan, hingga kini belum terdengar siapa yang berhasil mendapatkan dia.

Shinta sangat bersahabat pada siapapun, itu memang benar dan bukan pura-pura, tapi dia memperhatikan batasan, tidak pernah sendirian berjalan bareng mahasiswa pria.

Kini Shinta membawa seorang pria, berjalan seraya bicara dan ketawa di dalam kampus, seketika menarik perhatian para mahasiswa lainnya, satu demi satu mengerling padanya.

Ada lagi, yang langsung memotret pakai ponsel, memotret sosok Shinta dan Robert yang jalan berdampingan, disebarkan ke dalam forum gosip kampus, juga ditambah dengan topik yang seakan-akan benar beritanya, misalnya “bidadari kampus kencan dengan pria luar kampus... ...”

Sudah jelas postingan ini langsung viral, mahasiswa yang menyukai gosip satu per satu berspekulasi, yang lebih parah lagi, ada yang khusus keluar dari asrama, ruang belajar dan tempat lainnya untuk melihat sendiri situasi sebenarnya.

Kegaduhan di kampus, sedikit banyak Robert bisa merasakannya, yang penasaran dan mungkin tatapan yang disengaja membuat dia canggung dan bingung.

“Shinta, kelihatannya kamu sangat populer di kampus.” Olok Robert sambil tertawa.

Shinta juga memperhatikan kejanggalan di kampus, dengan tak berdaya dia menghela napas, agak jengkel berkata : “Kakak ipar, kamu kenapa tidak menghubungiku lebih awal, kalau saja tahu kamu akan datang, aku akan mengatur satu tempat lebih dulu, tidak perlu sampai seperti sekarang ini, keliling-keliling kampus, lagian juga aku tidak dandan sama sekali... ...”

Robert menatapnya, dengan wajah heran berkata : “Kamu sekarang lumayan enak dilihat, apa benar tidak dandan?”

“Mana ada, wajah asli!” kata Shinta mengerucutkan bibirnya.

“Wah, wajah asli saja begitu bagus? Jika ditambah dandan, pasti lebih cantik lagi? Kulitmu bagus sekali!” Robert berdecak.

“Kakak ipar, kamu menggoda aku .” kata Shinta sambil menggembungkan pipinya, mana mungkin dia tidak paham, Robert yang pura-pura tidak mengerti, sebenarnya hanya ingin memuji dia cantik saja.

Tetapi, sejak dulu perasaan yang dalam tidak bisa dijaga, dengan godaan akan mendapat hati orang, jelas-jelas Robert goda dirinya, namun Shinta tidak bisa menahan rasa senang di hatinya, di bibir mengatakan tidak senang, tapi dalam hatinya mengharapkan Robert bisa melanjutkan godaannya.

“Aku mana ada menggoda, aku bicara yang sebenarnya, menurutku, kelak kamu tidak perlu dandan sama sekali, agar tidak menjadi serangan bagi orang lain.” kata Robert sambil terkekeh.

“Kakak ipar, kamu memang pintar membujuk orang.” Shinta tersenyum hingga garis mata melengkung bagai bulan sabit.

“Shinta, kita ganti tempat saja, lingkungan kampus Jingzhou sangat bagus, meskipun aku ingin sekali berkeliling disini, tapi aku khawatir, jika lanjut terus di sini, aku akan di anggap saingan sama orang yang mengejarmu.” Robert berkata sambil tertawa.

“Kakak ipar, kamu bercanda lagi, mana ada sampai mengerikan begitu.” Shinta sedikit jengkel.

Berdua berjalan keluar kampus, ketika sampai di pintu gerbang, seorang pemuda dengan baju kasual putih menghalangi jalan Shinta.

“Shinta, mau kemana?” pemuda bertanya, saat bersamaan juga mengamati Robert yang ada di samping Shinta, dengan tatapan mata yang sengaja.

“Cuma jalan-jalan saja, kak James, ada hal apa?” Shinta bertanya dengan alis terangkat.

Orang ini bernama James Chen, seorang kakak kelas semester empat di universitas Jingzhou, juga adalah ketua perhimpunan mahasiswa.

Selain itu, keluarga James termasuk keluarga yang kaya dan berkuasa di kota Jingzhou.

James orangnya cakep, prestasi cemerlang, ditambah lagi dalam bidang lainnya juga sangat bagus, dan menjadikannya orang yang terkenal dan berpengaruh di kampus, seorang pangeran di mata para gadis-gadis.

Tapi sayangnya, sang pangeran tidak pernah memandang gadis yang cantiknya biasa-biasa saja.

Hari pertama masuk sekolah, James sudah memperhatikan Shinta, cantiknya menakjubkan bagai bidadari, sejak itu dia sangat antusias mulai mengejar Shinta.

Meskipun sudah lewat dua bulan, pengejarannya terhadap Shinta tidak ada perkembangan sama sekali, namun dia ada rasa percaya diri, sebelum kelulusan, pasti bisa menaklukkan Shinta.

Hari ini, Shinta membawa seorang pria asing memasuki kampus, James dari awal sudah mendapat pemberitahuan, dia melepaskan semua pekerjaannya langsung menyusul ke kampus. Dia harus melihat dengan matanya sendiri, baru bisa memastikan. Ini yang disebut yang dilihat mata benar, yang didengar telinga belum tentu.

Tatapan pertamanya pada Robert, tidak ada bagian yang istimewa, dari penampilan juga biasa-biasa saja, bahkan bukan barang bermerk.

Dari raut wajahnya, James tidak melihat adanya informasi yang berguna, hanya merasa pihak kedua biasa saja, seperti tidak ada semangat, tidak ada apa-apanya.

Tapi.

Meskipun Robert kelihatan muda, tapi kalau dibanding dengan Shinta tampak jelas jarak perbedaan usianya, bagaimanapun terpaut sepuluh tahun.

James tidak bisa berpikir jelas, apakah Shinta menyukai tipe pria yang sudah matang?

“Ternyata jalan-jalan, Shinta, kebetulan aku lagi sempat, akan ku temani, boleh?” James menunjukkan senyum yang hangat.

“Tidak boleh.” Shinta langsung menolak.

Wajah James terasa kaku, selama ini identitas dan penampilannya tidak pernah ditolak oleh orang.

Sekalipun di hari biasa, dia mengundang Shinta untuk mengikuti acara kampus, namun ditolak secara halus, tidak pernah seperti kali ini, begitu tegas dan berterus terang, tanpa bertele-tele.

Shinta menolaknya di depan orang, ini membuat James merasa tidak biasa dan canggung, harga dirinya sudah hampir jatuh.

Dan dari sisi ini membuktikan kebenaran, hubungan dia dengan pria muda asing ini tidak biasa, tampaknya sudah pasti adalah hubungan pria dan wanita.

Berpikir sampai di sini, di mata James terlintas suasana muram, tapi tidak dia perlihatkan dan menyembunyikan dengan baik.

Dia melihat Robert sekali lagi, lalu segera beralih ke Shinta, dengan senyum terpaksa berkata : “Kalau memang begitu, aku tidak akan mengganggumu, bersenang-senanglah.”

Robert yang dari tadi tidak bersuara mengangkat kepalanya, sambil mengernyitkan dahinya dan menunjukkan ekspresi heran.

Shinta dengan sopan berpamitan, segera membawa Robert pergi dari kampus.

Dengan tatapan mata mengantar kepergian Shinta, wajah muram yang disembunyikan James sudah tidak mampu ditutupi lagi, dan meluap di seluruh wajahnya.

......

Jingzhou adalah sebuah kota yang sangat besar, tapi objek wisatanya relatif sedikit, setidaknya tidak bisa dibandingkan dengan kota Shanghai.

Namun, sebagai ibukota provinsi, tempat bermain di kota Jingzhou masih lumayan banyak.

Shinta adalah anak luar nikah Anderson, Anderson adalah orang setempat kota Shanghai, dua puluh tahun yang lalu baru memulai usaha di kota Jiang Cheng, dan mengenal Anita.

Anita bukan orang Jiang Cheng, tapi orang kota Jingzhou, dengan kekayaan yang berlimpah.

Mulanya Anderson, bisa terlepas dari krisis dalam persaingan usahanya, sebagian besar sebabnya adalah karena ada Anita di belakang yang menopang dengan kekayaannya.

Shinta tumbuh dewasa di kota Jingzhou, termasuk orang setempat kota Jingzhou.

Karena itu dia menjadi pemandu wisata, Robert mengikuti dari belakang, sambil mendengarkan penjelasan dari Shinta mengenai adat dan budaya penduduk Jingzhou.

Tidak terasa, satu hari sudah terlewat, sudah lumayan malam, Robert melihatnya juga sudah mengantuk lalu mengantarnya kembali sampai ke pintu gerbang kampus.

“Kakak ipar, kamu harusnya masih tinggal beberapa hari di kota Jingzhou kan?” Shinta dengan wajah penuh harap.

“Harusnya, lagi membantu teman mengurus suatu hal.” Robert berkata dengan sedikit ragu.

“Alangkah baiknya! Kebetulan besok aku ada waktu senggang, kita pergi bermain?” kata Shinta dengan wajah diliputi kegembiraan.

“Boleh, tapi paginya akan sibuk dengan pekerjaan, jika kamu ada waktu, sore baru datang mencariku, atau aku yang datang kesini juga boleh.” senyum Robert.

Robert memberitahukan lokasi pekerjaan dan hotel tempat menginap.

“Garden Recording Studio? Kakak ipar, kamu ngapain ke sana?” tanya Shinta penasaran.

“Kamu akan tahu setiba di sana.” ujar Robert sengaja sedikit misterius.

“Baiklah, kalau begitu selamat malam, kakak ipar.” Shinta melambaikan tangan dan memasuki gedung asrama.

“Sebentar.”

Robert menahannya, setelah ragu sejenak : “Shinta, ada yang ingin ku katakan, tapi tidak tahu pantas atau tidak.”

“Apa itu?”

“Shinta, menurutmu apa kakak ipar bisa diandalkan?” tanya Robert.

Dengan manis Shinta berkata : “Kakak ipar, kamu adalah orang yang paling bisa diandalkan yang pernah aku jumpai, kakak dan papa juga bilang begitu.”

Kalau untuk biasanya, mungkin Robert akan pamer dirinya, tapi saat ini dengan serius berkata : “Shinta, kalau begitu omongan kakak ipar, kamu bersedia percaya?”

“Tentu saja percaya, kakak ipar jangan bertele-tele lagi, cepat katakan, ada masalah apa?” tanya Shinta jengkel.

“Jauhi teman kamu yang bernama James.” kata Robert dengan sungguh-sungguh.

Novel Terkait

Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu