My Tough Bodyguard - Bab 293 Kepalaku Berharga 1 Triliun

Sekarang keadaan sangat kacau!

Pasukan khusus yang ikut dalam kejadian itu, semuanya terjatuh karena ledakan bom, ada yang berteriak kesakitan, sedangkan yang lain sudah tidak ada suara.

"Cepat selamatkan orang!"

"Tutupi! Cepat tutupi!"

Para polisi mengangkat pistol ke arah bangunan dengan wajah waspada.

Sedangkan sebagian polisi sudah menghampiri pasukan khusus yang terluka. Darah yang berlumuran di lantai, juga lengan dan kaki yang terlepas karena bom memenuhi lantai. Keadaan bagaikan di neraka. Banyak polisi yang tidak tidak bisa tahan, jadi begitu melihat keadaan itu, langsung muntah.

Mau itu meninggal atau cacat, para pasukan militer khusus dibawa dengan sangat cepat kembali.

"Separah ini? Segera antarkan ke rumah sakit!" wajah Andrick Guan sangatlah suram.

Robin Liu dan pasukan khusus lain segera diantar ke rumah sakit sedangkan polisi lain terus menghadapi gedung yang berbahaya itu.

Karena masalah bom tadi, pihak polisi segera mengirim tim pembongkaran bom, juga membentuk sebuah tim negosiasi yang bertugas menelpon Watt untuk mengulur waktu.

Tim negosiasi memegang sebuah pengeras suara, lalu mengarahkannya ke ruangan itu dan berteriak, "Orang yang di dalam dengar. Kami adalah polisi Kota Jiang Cheng. Sekarang kamu sudah dikepung, letakkan senjata di tangan dan jangan menyakiti sandera!"

Diulang tiga kali, tetap tidak ada balasan apapun.

Robert Qiu memutar bola mata. Negosiasi seperti itu hanya bisa dilakukan pada manusia biasa, kalau Watt menyahut malah aneh.

Meskipun tidak mendapat balasan dari Watt, tapi tim negosiasi tetap berkata tidak henti pada bangunan itu. Dengan nada datar, berulang-ulang, tapi intinya hanya dua: Letakkan senjata, jangan melukai sandera.

"Bagaimana keadaan di Maggie sana?" Andrick Guan bertanya pada polisi bagian pengamatan.

"Tetap sama. Ketua Fang tetap menggelengkan kepala, menyuruh kami jangan mendekat." polisi yang mengontrol drone berkata.

"Selain Maggie, siapa lagi di dalam ruangan? Dimana Watt?" Andrick Guan bertanya dengan dingin.

"Hanya ada Ketua Fang yang dikunci dalam ruangan, Tapi selain Ketua Fang, tidak ada orang lain dalam ruangan. Sedangkan kamar lain, jendelanya ditutupi tirai, tidak bisa melihat apa yang terjadi di malam." lapor seorang polisi.

Andrick Guan menarik napas. Keberanian Watt menjaili mereka, membuat anggota mereka terluka. Hal itu membuatnya sangat marah.

Sekarang kejadian ini, jelas-jelas sedang memancing mereka. Kalau polisi berani masuk ke gedung itu satu langkah saja, maka Watt akan meledakkan bom.

Memikirkan ini, Andrick Guan semakin marah. Sebagai komandan kepolisian Kota Jiang Cheng, dia malah hanya bisa diam saja melihat pelaku berlaku seenaknya. Dia merasa harga dirinya sedang diinjak-injak.

"Kapan tim pembongkaran bom datang?" Andrick Guan bertanya.

Steven Qin melihat jam lalu berkata, "Sebentar lagi."

Tidak lama kemudian, tim pembongkaran bom sampai ke TKP.

Setelah melihat tempat kejadian, ketua tim pembongkaran bom, Roy Lin menggelengkan kepala dan berkata, "Tidak bisa, hanya bisa mencari dari dekat saja baru bisa mengetahui letak bom. Tapi sekarang, mempertimbangkan sifat pelaku, kalau kita memaksa untuk mencari bom, akan membuat pelaku marah dan akan meledakkan bom duluan, menimbulkan korban luka yang tidak perlu."

Steven Qin mengangguk, "Benar juga. Kita belum tahu Watt menyembunyikan berapa bom. Kalau kita memaksa mencari, maka terlalu berbahaya."

"Pikirkan cara! Pikirkan cara!" wajah Andrick Guan sangat suram dan dia berjalan kesana-kemari.

"Kecuali ada yang masuk dan mengalihkan perhatian pelaku, kita baru bisa membongkar bom. Kira-kira membutuhkan waktu setengah jam." kata Roy Lin.

"Kalau begitu bagaimana?" Andrick Guan terdiam.

"Sudah kubilang 'kan, tidak mendengar apa yang bosku bilang, kalian yang rugi sendiri." Sendy menyindir.

"Tuan Qiu, menurutmu sekarang harus bagaimana?" Andrick Guan bertanya menahan malu.

Robert Qiu berkata datar, "Komandan Guan, tadi kamu juga bertanya hal yang sama. Sudah kukatakan saranku, kamu malah tidak mendengarnya, tetap melakukan apa yang menurutmu benar."

Andrick Guan sangat canggung, "Kali ini aku pasti mendengar saranmu."

"Iya adik Qiu, masalah ini berhubungan dengan keselamatan Ketua Fang. Penjahat seperti Watt, tidak bisa kami menoleransinya. Sekarang semuanya bergantung padamu." Steven Qin membantu memohon.

Karena Steven Qin juga ikut memohon, maka Robert Qiu berkata, "Tujuan orang itu melakukan ini semua adalah aku. Sisanya serahkan saja padaku."

Robert Qiu berjalan ke depan ahli negosiasi dan langsung merebut pengeras suara mereka. Ahli negosiasi itu hanya bicara sampai setengah lalu pengeras suaranya direbut oleh orang lain, seketika wajahnya berubah tidak senang dan berkata, "Kamu siapa?!"

"Minggir, minggir." Sendy menghentikan ahli negosiasi itu.

Robert Qiu berkata menghadap bangunan itu, "Watt, aku Robert. Kamu ingin membunuhku 'kan? Aku sudah datang!"

Selesai berkata Robert Qiu mengembalikan pengeras suara kepada ahli negosiasi yang bingung lalu berjalan memasuki bangunan. Sendy ikut dari belakang.

"Tunggu dulu!"

Steven Qin mengambil dua pakaian anti bom lalu mendekat pada mereka, "Adik Qiu, Adik Sendy, kalau kalian benar-benar mau pergi, pakai ini saja! Lebih aman!"

"Tidak usah." Robert Qiu dan Sendy tidak menerimanya.

"Kenapa?" Steven Qin terkejut.

"Tidak perlu. Kalau benar-benar meledak, maka barang seperti ini tidak ada gunanya." Robert Qiu menggeleng dan tersenyum.

"Tapi memakai lebih baik daripada tidak 'kan?" Steven Qin tetap mendesak.

"Cerewet sekali. Bosku bilang tidak perlu ya tidak perlu! Kamu juga tidak pikir dulu. Bosku ini orang apa, aku ini orang apa, dan masih perlu barang seperti ini? Polisi Qin, kamu terlalu merendahkan bosku dan aku!" Sendy berkata sambil tersenyum.

Melihat Robert Qiu dan Sendy tidak mau menerimanya, Steven Qin hanya bisa menyerah dan menghela napas, lalu berkata dengan serius, "Adik Qiu, adik Sendy, tolong ya."

Robert Qiu tersenyum lalu berbalik pergi.

"Ini, ini, ini, ini ..." ahli negosiasi menunjuk punggung Robert Qiu dan tidak tahu apa yang terjadi.

"Biarkan dia pergi." Andrick Guan berkata dengan wajah datar.

Para polisi saling berhadapan. Masuk di saat seperti ini, bukankah sama dengan cari mati? Ledakan bom tadi benar-benar sangat mengerikan dan meninggalkan trauma yang sangat mendalam di hati para polisi.

Tapi, kejadian yang dikira akan terjadi, yaitu Robert Qiu dan Sendy terpental karena bom tidak terjadi. Di bawah tatapan banyak polisi, Robert Qiu dan Sendy berdiri dengan selamat di bawah pintu roll dan keadaan sekitar, tidak ada pergerakan apapun.

Brak!

Robert Qiu membuka pintu roll ke atas, lalu menoleh dan melihat ke arah ketua tim pembongkaran bom, Roy Lin. Roy Lin mengangguk dengan mantap, seperti telah menerima kode yang Robert Qiu berikan.

Dalam ruangan sangat lembap. Bahkan lampu pun tidak ada. Robert Qiu dan Sendy menemukan tangga dengan meraba-raba dalam gelap lalu berjalan satu langkah satu langkah ke atas.

Mereka berjalan dalam lorong lantai dua dan dengan cepat Robert Qiu menemukan kamar yang mengunci Maggie Fang. Setelah mengecek sebentar dan memastikan tidak ada jebakan, dia membuka pintu kamar dan keduanya masuk ke dalam kamar.

Di luar bangunan.

"Mereka sudah masuk!" orang yang mengatur drone berkata dengan semangat sambil melihat layar laptop.

Andrick Guan dan Steven Qin segera datang untuk melihat.

Layar menunjukkan, Robert Qiu dan Sendy berhasil masuk ke ruangan dan sedang berjalan menghampiri Maggie Fang.

"Bukankah itu terlalu lancar?" Andrick Guan berpikir.

"Memang tidak seperti biasanya. Apa Watt sudah pergi? Kalau begitu bagaimana dengan bom tadi? Tapi bagaimanapun itu, ada adik Qiu yang membantu, masalah ini sudah termasuk aman." Steven Qin berkata.

Saat ini, Robert Qiu sudah merobak lakban yang menutupi bibir Maggie Fang.

Dari layar bisa dilihat, Robert Qiu dan Maggie Fang seperti sedang membicarakan sesuatu. Wajah Maggie Fang menunjukkan ketakutan yang mendalam, dan tangan Robert menepuk bahu Maggie Fang, seperti sedang memberikan penghiburan. Sendy mengelus-elus dagu dan berjalan kesana kemari dengan wajah serius.

Karena hanya tirai yang terbuka dan jendela tidak terbuka, maka drone tidak bisa mendengar apa yang mereka bicarakan di dalam.

"Kenapa tidak melepas ikatan? setelah melihat cukup lama, Andrick Guan menyadari ikatan tangan Maggie Fang tetap ada di atas kursi, jadi dia bertanya sambil mengerutkan dahi.

"Kelihatannya sih ada masalah." Steven Qin berkata dengan suara berat.

Di dalam kamar.

"Bos, sekarang bagaimana?" Sendy bertanya rumit.

"Aku pikirkan dulu caranya." Robert Qiu sedikit pusing.

"Tidak usah pikirkan cara lagi, kalian cepat pergi. Tidak usah pedulikan aku!" Maggie Fang berkata tanpa ragu.

Dalam sudut yang tidak kelihatan oleh drone, tubuh dan kursi yang diduduki Maggie Fang, semuanya dipenuhi bom! Timer yang terus berbunyi membuat orang merasa panik.

Berdasarkan perkiraan Robert Qiu, kekuatan bom ini, mampu meledakkan satu bangunan ini.

Dan yang paling penting, bom-bom ini, sudah dipasang balancer. Begitu Maggie Fang meninggalkan kursi, atau gerakannya agak besar, maka itu akan memicu reaksi dari balancer dan bom langsung akan meledak!

"Robert, terima kasih sudah datang menolongku. Tapi ini adalah suatu jebakan. Kamu cepat pergi dari sini." Maggie Fang berkata dengan serius.

"Dimana Watt?" Robert Qiu bertanya.

Maggie Fang menggeleng, "Tidak tahu. Satu jam yang lalu, setelah mengobrol sebentar denganku, dia memasang bom ini lalu pergi."

"Apa karena tahu bos mau datang, jadi segera pergi?" Sendy bertanya dengan nada mengejek.

"Tidak mungkin!" Maggie Fang berkata dengan mantap, "Watt itu gila. Dia sudah bicara banyak denganku, dan berkata tujuannya kali ini datang ke Kota Jiang Cheng, adalah untuk membunuh Robert!"

Bicara sampai sana, tatapan Maggie Fang beralih pada Robert Qiu, "Sebenarnya apa identitasmu yang sesungguhnya? Kenapa Watt, pembunuh hebat itu bisa menargetkanmu? Bahkan menganggapmu sebagai lawannya?"

"Kepalaku berharga 1 triliun." Robert Qiu melihat timer yang ada pada bom lalu berkata dengan enteng.

"Satu ... satu triliun?" mendengar angka itu, Maggie Fang langsung terkejut. Dia tidak menyangka, tubuh Robert Qiu, kenapa bisa layak dengan harga sebesar itu?

"Berdasarkan penghargaan yang diumumkan oleh pemerintah dunia, lebih tepatnya adalah 1 triliun dollar Amerika." Sendy yang berdiri di samping menambahkan.

Maggie Fang terkejut hingga tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dia takut karena terlalu heboh, akan memicu reaksi balancer dan malah meledakkan bom. Akibatnya mereka semua akan mati di sana.

"Sekarang kamu tahu 'kan kenapa Watt mau membunuh aku?" Robert Qiu bertanya sambil tersenyum.

"Kalau begitu kamu cepat pergi dari sini. Jangan sampai Watt memenuhi keinginannya!" Maggie Fang tersadar lalu berkata dengan cepat.

"Membunuh aku? Apa dia bisa melakukannya?" nada Robert Qiu datar, tapi mengandung kepercayaan diri yang besar. Tanpa menengadahkan kepala, dia berkata, "Sendy, jaga ruangan ini. Kalau ada pergerakan apapun, bunuh saja orangnya."

"Baik, bos." Sendy tersenyum.

"Apa sudah siap?" Robert Qiu melihat ke arah Maggie dan menggerakan tangan, menimbulkan suara kretak kretak yang nyaring lalu berkata, "Selanjutnya, aku mau membongkar bom ini."

Novel Terkait

Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu