My Tough Bodyguard - Bab 27 Alice yang Tidak Seperti Biasa

Seseorang memadamkan listrik ruang bawah tanah dari luar.

"Ah!"

Alice berteriak nyaring karena ketakutan.

Anderson di sebelahnya dengan cukup tenang menggandeng tangan putrinya untuk menenangkannya.

Tom memaksakan senyuman sambil berkata, "Direktur Mo, Nona Besar, jangan panik, masih ada 2 orang kita yang berjaga di pintu..."

"Siapa itu!"

"Ah!"

Sebelum Tom selesai bicara, terdengar teriakan kaget 2 orang di luar pintu, kemudian terdengar suara membentur lantai.

Tiga orang di dalam ruang CCTV itu pun melihat ke arah pintu secara bersamaan.

Setengah menit berlalu.

Satu menit berlalu.

Tidak terdengar suara apapun, juga tidak ada seorangpun yang membuka pintu.

Saat itu benar-benar sunyi hingga bisa mendengar suara napas sendiri.

Suasana sunyi itu benar-benar mencekam, bagaikan ada sebuah tangan tak berwujud yang mengambang dalam kegelapan meremas tenggorokan, membuat orang tercekik.

Tom tidak bisa tetap tenang, ia menelan ludah, kepalanya dipenuhi oleh keringat, dengan ekspresi tegang ia menatap pintu.

Dibandingkan ketakutan Tom yang bertambah kuat, Anderson dan Alice justru tetap tidak kehilangan kendali.

Walau begitu, telapak tangan Alice berkeringat.

Meskipun ia tahu jelas bahwa Robert berada di luar sana, namun ia masih terpengaruh oleh suasana itu, ia pun panik dan putus asa.

"Orang brengsek ini, benar-benar kurang ajar!"

"Tunggu masalah ini selesai, aku harus memakinya keras-keras!"

Pikir Alice dalam hati.

Duak!!!

Tiba-tiba, seseorang menendang pintu itu hingga terbuka dari luar!

Tom menggertakkan giginya, memasang kuda-kudanya, kemudian menatap erat-erat ke arah pintu, bersiap bertarung. Walau harus mati, ia tetap harus mati-matian menjaga Direktur Mo dan Nona Muda.

Bling!!

Saat Tom bersiap melawan mati-matian, lampu di ruang keamanan tiba-tiba kembali menyala, namun terangnya terlalu menusuk mata, tegangan listriknya jelas sudah diatur olehnya.

Setelah mata menyesuaikan dengan kegelapan, tiba-tiba tertusuk oleh cahaya, mereka tak bisa membuka mata. Apalagi cahaya lampu dengan tegangan tinggi ini. Mereka bertiga tanpa sadar menutup mata.

"Celaka!"

Di saat Tom menutup matanya, ia sudah merasakan firasat buruk. Baru saja akan bergerak, tiba-tiba ia merasakan benda dingin di belakang lehernya, membuat hatinya tersentak, seketika membuatnya menahan napas.

"Habis sudah!"

Tom pasrah.

"Ok, ini yang terakhir. Pekerjaan selesai," ujar sebuah suara yang angkuh di sebelahnya, yang terdengar sangat familiar, begitu Tom bersiap mati, tiba-tiba pisau dingin yang menekan tengkuknya itu disingkirkan.

"Kakak, Kakak ipar?" Ujar Tom berbalik dan ternganga.

Orang yang meneror vila itu, tepat adalah Robert. Saat itu ia sedang memainkan pisau belati di tangannya, ekspresinya terlihat sangat tenang. Kalau bukan karena pintu ruang bawah tanah itu didobrak hingga terlepas, Tom pun akan mengira barusan ini hanyalah mimpi.

"Sepuluh orang bodyguard yang shift pagi itu semuanya tinggal di apartemen yang berjarak 1 kilometer dari sini. Kalau aku mau menghabisi mereka, juga hanya perlu berjalan beberapa langkah saja," kata Robert dengan sok.

"Kakak ipar, ini, ini sebenarnya apa yang terjadi?" Tanya Tom masih tidak mengerti.

Raut wajah Anderson berubah, kejadiannya sudah sampai seperti ini, Tom bisa-bisanya masih tidak memahami keadaannya.

Barusan ini kelakuan Tom terlihat olehnya, benar-benar seperti kata Robert, dengan kemampuan Tom itu, tak akan bisa menjamin keamanannya dan putrinya. Kalau Robert mau mengganti personil besar-besaran, Anderson pun sudah tak bisa membela Tom.

Hanya kebaikan Alice yang membela tindakannya kali ini.

Tom berkeringat dingin mendengarnya, lalu dengan malu berkata, "Maaf Direktur Mo, Nona besar, aku tidak memenuhi kewajiban sebagai seorang bodyguard."

"Keluarlah dulu baru bicara," kata Robert berjalan keluar terlebih dahulu.

Di pekarangan vila, bodyguard yang telah diserang oleh Robert itu berkumpul.

"Sungguh hebat! Di dunia ini, bagaimana bisa ada orang sehebat ini?"

"Benar-benar memalukan untuk dikatakan, aku hanya melihat sekilat bayangan hitam yang lewat dengan sangat cepat, kemudian aku pun tumbang."

"Kamu masih bisa melihat bayangannya, anehnya aku hanya merasakan dipukul oleh seseorang."

"Melihat tubuh kakak ipar sekecil itu, siapa yang bisa mengira kekuatannya sebesar ini? Aku salah mengira, benar-benar salah mengira!"

Para bodyguard masing-masing berbicara sendiri. Di wajah semua orang itu terpampang ekspresi malu.

Jelas sekali, seluruh bodyguard dilawan oleh Robert sendiri, membuat mereka yang awalnya sedikit sombong itu menjadi malu akan diri sendiri.

Melihat Robert keluar, para bodyguard itu tanpa sadar berdiri tegap. Mereka semua adalah mantan tentara, sudah menerima pelatihan tentara, terhadap orang kuat yang mengalahkan mereka ini, timbul rasa respek yang membara.

"Beritahukan pada teman-teman yang shift pagi, aku mau bertemu mereka dalam waktu 10 menit," ujar Robert sambil menunjuk jam tangannya.

Tom pun segera menelepon. Anggota shift pagi tinggal di apartemen 1 kilometer dari sana, dengan waktu 10 menit cukup untuk kemari.

Tetapi setelah menunggu sampai setengah jam, baru mereka satu per satu tiba di sana, mereka semua terlihat mengantuk, pakaiannya tidak rapi, jelas sekali mereka dibangunkan dengan paksa dari mimpinya.

"Ketua, apakah terjadi sesuatu?" Gerutu seseorang dengan tidak senang sambil mengusap kedua matanya.

Mereka pikir ada masalah besar yang darurat, misalnya terjadi kebakaran, karena itu mereka semua hadir. Sesampainya di sini, ternyata semua orang berdiri di pekarangan, dilihat dari keadaannya, juga tidak seperti terjadi masalah besar.

"Berdiri tegak!" Maki Tom, ia ingin sekali menampar mereka agar sadar sepenuhnya. Suasana mencekam begini, masa mereka tidak merasakannya?

Bodyguard Keluarga Mo, ditambah Tom sebagai seorang ketua, total ada 31 orang. Semuanya adalah mantan tentara, sudah bersama selama 5 tahun, sudah cocok dan saling memahami, hubungan mereka sangat erat.

Robert tentu tahu akan hal itu, ia sangat memahami perasaan sebagai teman seperjuangan, namun hubungan sebagai teman seperjuangan tidak bisa dijadikan pekerjaan, kalau tidak dihadapi dengan benar, sebaliknya malah akan menjadi masalah, saat bekerja akan menjadi lengah dan tidak bersemangat

Akhirnya Anderson-lah yang berdehem, kemudian menceritakan masalah Robert yang meretas 45 CCTV di vila.

Semua bodyguard, termasuk Tom, ternganga mendengarnya. Mereka sama sekali tidak mengira, siang malam mereka bersiaga, musuh malah menyelinap masuk ke vila tanpa mereka sadari sedikitpun.

"Robert, lihatlah siapa di antara mereka yang kemampuannya memadai, biarkan mereka tetap bekerja," ujar Anderson, ia sadar ia harus mengganti personilnya, ia tak lagi membela para bodyguard itu.

Robert malah menggeleng dan berkata, "Sayang sekali, di antara 31 orang ini, tidak ada seorangpun yang memenuhi syarat."

"Dulu aku sudah pernah bilang, kekuatan bodyguard ini, hanya kuat di mata orang biasa saja. Kalau bertemu dengan ahli yang sesungguhnya, mereka bahkan tidak akan bisa membalas. Sekarang kenyataannya telah membuktikan kata-kataku.

Kalau mau meningkatkan keamanan vila, hanya ada satu cara yang paling cepat dan tepat, yaitu memanggil sekelompok orang baru!" Ujar Robert tanpa basa-basi.

Prang!

Para bodyguard terkejut, apa maksud perkataan Robert ini, tidak perlu dijelaskan pun mereka semua sudah mengerti. Mereka tahu kemampuan mereka kurang, tetapi dalam sekejap semua dipecat sekaligus, sulit bagi mereka untuk menerimanya.

Banyak di antara mereka yang tidak terima, berharap Robert memberikan kesempatan sekali lagi.

"Memberi kalian kesempatan sekali lagi? Hehe, apakah kalian tidak merasa lucu?" Tanya Robert tak bisa menahan tawanya, "Coba pikirkan, kalau malam ini adalah perang sungguhan, kalian semua sekarang sudah menjadi mayat yang dingin!"

"Tolong tanya, musuh yang sebenarnya, apakah mungkin memberi kalian kesempatan kedua?" Tanya Robert dingin sambil mengamati sekitarnya.

Mereka semua diam.

Benar.

Robert tidak salah, malam itu Robert bermurah hati, karena kali ini hanyalah serangan palsu.

Tetapi apabila yang menyerang vila malam ini adalah pembunuh sungguhan, bagaimana?

Memikirkan hal ini, suasana hati para bodyguard pun jeblok, mereka menundukkan kepala lesu, kepercayaan diri mereka hancur.

"Setelah ini, kalian akan menghadapi 2 pilihan. Pertama, ringkas barang kalian, besok pergilah dari sini. Kedua, tetap tinggal," ujar Robert.

Mata para bodyguard itu pun bercahaya. Mereka sudah bekerja di Keluarga Mo selama 5 tahun, hubungan mereka sudah sangat baik. Apalagi upahnya juga lumayan, dan bisa memiliki teman seperjuangan, semua sangat berharap bisa tetap tinggal.

Anderson dan Alice merasa sedikit sesak, bukankah tadi ia bilang tidak akan memberi mereka kesempatan lagi? Kenapa tiba-tiba berubah?

Melihat kebingungan dalam mata mereka, Robert pun lanjut berbicara, "Tentu saja, kalau mau tinggal, ada syaratnya."

"Aku tidak perlu banyak bicara, kalian juga tahu, kemampuan kalian masih perlu ditingkatkan. Kalau mau tetap tinggal, maka kalian harus menerima pelatihan nerakaku," ujar Robert tersenyum keji.

Para bodyguard itu semuanya adalah mantan tentara, mereka sudah tidak asing dengan kerasnya pelatihan ala neraka. Bahkan Tom pun sebagai mantan anggota pasukan militer khusus, yang juga pernah menjadi instruktur pelatihan neraka, sehingga sangat mengerti seberapa kuat latihan yang harus dilaksanakan.

Namun entah mengapa, melihat senyuman di wajah Robert, mereka gemetar ketakutan.

……

Keesokan harinya.

Para bodyguard itu bangun subuh-subuh pukul 4, bukan atas kesadaran sendiri, melainkan karena Robert datang sendiri membangunkan mereka.

Para bodyguard shift pagi masih tidak apa-apa, mereka masih bisa tidur semalam. Namun para bodyguard shift malam sangat tersiksa. Kemarin malam setelah dihajar sedemikian rupa oleh Robert, mereka tidak berani mengendurkan penjagaan mereka sepanjang malam.

Setelah akhirnya tiba saat pulang kerja, mereka malah dipanggil oleh Robert untuk latihan.

Tugas dalam pelatihan itu sangat monoton, yaitu jogging pelan dari vila Keluarga Mo sampai ke puncak bukit yang berjarak 10 kilometer jauhnya. Kemudian squad dari puncak bukit itu kembali ke vila Keluarga Mo, maka latihan sudah selesai.

Lari ke atas bukit tidaklah sulit, yang sulit adalah squad dalam perjalanan pulang.

Para pria paruh baya itu membutuhkan waktu hingga 3 jam, baru sampai di vila Keluarga Mo dengan sangat kelelahan, mereka semua tergeletak di tanah dengan pinggang yang linu, punggung yang sakit, dan kaki yang kram.

"Masih harus menambah tingkat kesulitan latihan."

"Kita harus membeli beberapa alat latihan, kalau hanya lari dan squad masih kurang keras."

Pikir Robert dalam hati setelah melihat mereka.

Setelah memasuki vila, Robert pun melihat Paman Shou, sang pengurus vila.

Paman Shou adalah orang tua yang usianya hampir 60 tahun, ia bertanggung jawab atas urusan garis belakang dan menyambut tamu. Kabarnya, Paman Shou telah bekerja di vila ini hampir setengah hidupnya, kedudukannya sangat tinggi.

"Hehe, selamat pagi, nak," sapa Paman Shou sambil tertawa.

"Paman Shou, kebetulan aku sedang mencarimu," ujar Robert kemudian mengutarakan keperluannya untuk membeli alat latihan.

Pengetahuan Paman Shou sangat luas, tentu ia tahu seberapa sulit alat-alat itu untuk dioperasikan. Ia pun memandang para bodyguard di luar sana, kemudian tertawa atas penderitaan mereka dan berkata, "Sepertinya mereka akan sangat menderita."

Melihat ekspresi Paman Shou ini, Robert langsung tahu bahwa ia adalah orang tua yang licik, maka ia pun ikut tertawa kecil dan berkata, "Kalau tidak menderita, bagaimana bisa bertambah kuat?"

Di dalam gedung.

Di meja makan, Anderson membaca koran sambil meminum segelas susu. Leo berdiri di sebelahnya.

"Di mana Alice?" Tanya Robert.

"Sudah berangkat ke perusahaan. Gadis ini, biasanya ia akan pergi bersama denganku, hari ini ia sungguh tidak biasa," ucap Anderson dengan sedikit bingung.

Mendengarnya, muncul senyuman jahat di wajah Robert.

Novel Terkait

Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu