My Tough Bodyguard - Bab 28 Saatnya Menagih Hasil Taruhan

Apa yang sedang dihindari Alice, tentu saja Robert tahu.

Apalagi kalau bukan karena taruhan kemarin malam.

Tidak ada gunanya menghindar, tidak mungkin menunggu perempuan itu menunggingkan pantatnya sendiri, sepertinya aku harus menuju ke kantor direktur sendiri, menagih hasil taruhannya.

Pikir Robert sambil tertawa dalam hati.

"Robert, dengar-dengar kemarin malam kamu menumbangkan seluruh anggota bodyguard sendirian?" Tanya Leo kebingungan.

Leo tidak tinggal di vila Keluarga Mo, ia menyewa rumah di dekat sana dan tinggal sendirian.

Bisa dibilang dengan adanya dia, bisa menambah jaminan keamanan dalam Keluarga Mo, kalau terjadi sesuatu di dalam vila, ia sebagai pertolongan luar bisa dengan cepat menangani masalah darurat.

Karena itu, setelah mengetahui kehebatan Robert kemarin malam, ia benar-benar sangat terkejut. Dipikirkan saja, membantai semua bodyguard itu bukanlah hal yang bisa ia lakukan.

"Sayang sekali Kak Leo tidak tinggal di dalam vila, sehingga melewatkan tontonan seru itu," ucap Robert sambil tersenyum.

Leo tertawa pahit dan berkata, "Seharusnya kamu bilang aku beruntung tidak tinggal di vila, kalau tidak, kemarin malam aku juga akan ikut terhajar bersama mereka."

Tindakan Robert kemarin malam membuatnya mendapatkan hati seluruh anggota Keluarga Mo.

Beberapa hari yang lalu saat Robert datang ke rumah Keluarga Mo, tak hanya para bodyguard, bahkan pembantu rumah tangga sekalipun menahannya. Dari luar, mereka tampak seperti menghormatinya, namun sebenarnya tidak begitu.

Tetapi setelah kemarin malam, kedudukan Robert di Keluarga Mo mengalami perubahan drastis. Para bodyguard hormat dan segan terhadapnya, para pembantu rumah tangga membicarakannya, bahkan Paman Shou yang biasanya pemilih itu, juga mulai berinisiatif menyapa Robert.

Jujur saja, Leo juga mulai menghormati dan mengaguminya.

Leo sudah mengikuti Anderson selama 8 tahun, baru bisa mendapatkan pengakuan Keluarga Mo. Sedangkan Robert hanya membutuhkan waktu semalam saja. Sungguh perbedaan yang sangat besar.

……

Di Perusahaan Besar Mo, kantor direktur.

Alice sedang membahas masalah pekerjaan bersama Leon.

Klak.

Tiba-tiba, pintu terbuka. Robert langsung berjalan masuk dengan kedua tangan di dalam saku.

Leon baru saja mau marah, begitu melihat Robert, emosinya yang baru saja timbul itu lenyap kembali. Ia tersenyum dan berseru, "Oh, Tuan Qiu!"

"Direktur Chen, selamat pagi. Aku tidak mengganggu kalian bekerja, kan?" Tanya Robert sambil menatapnya.

Leon mana mau menjadi obat nyamuk di antara pasangan muda ini, ia pun segera berdiri dan berkata kepada Alice, "Direktur Mo, aku tiba-tiba ingat ada pekerjaan di luar yang belum kuselesaikan. Aku pamit dulu."

Tanpa menunggu Alice menjawab, Leon dengan cepat berjalan keluar kantor, bahkan membantu mereka menutup pintu.

"Apakah kamu tidak bisa mengetuk pintu?" Tanya Alice dengan marah, ia sangat kesal melihat Robert.

Robert duduk begitu saja di sofa yang empuk, kemudian tersenyum samar dan berkata, "Aku juga tidak ingin seperti ini, siapa suruh kamu menghidariku?"

"Si, siapa yang menghindarimu?" Gumam Alice pelan dengan wajah memerah.

Robert tertawa kecil dan berkata, "Tidak menghindariku? Baguslah kalau begitu. Kamu tidak lupa perjanjian kemarin malam, kan?"

"Ti, tidak lupa..." Kata Alice dengan cemas sambil mengepalkan tangan kecilnya erat-erat. Orang brengsek ini, tidak berencana menagih taruhannya di sini bukan?

"Berinisatiflah sedikit, pasang posenya dengan baik," kata Robert sambil tersenyum lebar.

Alice sangat panik. "Tidak boleh di sini"

"Hng, kemarin malam seharusnya kamu sudah melunasinya, aku menunggu sampai hari ini adalah demi tidak menyusahkanmu. Kamu juga tidak mau aku melakukannya di rumah dan dilihat oleh ayahmu, bukan?" Kata Robert sambil mendengus pelan.

"Kalau, kalau begitu kunci pintunya!" Seru Alice, ia tahu ia tak akan bisa kabur, maka ia mengungkapan permintaannya yang terakhir.

"Apa yang kamu takutkan? Kalau begini bukankah lebih seru?" Ujar Robert sambil tertawa kecil, lalu berjalan ke belakang Alice.

Alice menggigit bibir, tubuh mungilnya sedikit gemetar, tetapi ia masih tetap berdiri. Ia bukanlah orang yang ingkar janji, apa yang sudah terucap, pasti ia laksanakan.

Alice mendorong kursinya, lalu mundur selangkah. Ia menjulurkan kedua tangannya di atas meja perlahan-lahan, tubuh kecilnya membentuk gerakan setengah tengkurap, bagian pinggulnya sangat menonjol, sangat menggoda bagaikan buah persik yang matang!

"Pukullah," kata Alice sambil merapatkan bibirnya dan menutup mata.

"Aku jelaskan dulu, memukulmu sekali itu bukan hanya satu pukulan. Sekali pukul banyak pukulan, ikuti apa kataku," kata Robert sambil tersenyum licik.

Mendengarnya, Alice bertambah marah dan malu. "Dasar tidak tahu malu, bagaimana bisa kamu bermain kata-kata begitu!"

"Kamu tidak malu mengataiku? Taruhan sebelumnya, kamu juga bermain dengan kata-kata, dan hanya mencium pipiku, bukan?" Kata Robert sambil memanyunkan bibirnya.

Rasanya ingin menangis, apakah ini yang disebut memindahkan batu malah menghantam kaki sendiri?

Plak!

Senyuman jahat Robert dan tangannya yang diangkat tinggi-tinggi, memukul pantat Alice tanpa peringatan sedikitpun!

Lima menit kemudian.

Robert duduk di atas sofa, mengayun-ayunkan tangannya yang sedikit mati rasa. Harus diakui, pantat Alice ini benar-benar enak dipegang. Awalnya ia hanya berencana memukul beberapa kali, namun begitu melamun ia tak bisa berhenti.

Selesai memukul, dalam hati Robert terlintas perasaan tidak puas.

Kalau bukan karena kedua tangannya sudah mati rasa, dan pantat Alice bengkak dan merah karena dipukulinya, Robert tentu tidak mau berhenti.

Dibandingkan Robert, nasib Alice lebih malang. Ia terus mempertahankan pose bagaikan pantatnya sedang dipukul, bukannya karena ia tak mau duduk, namun kedua belahan pantatnya benar-benar bengkak, ia tidak bisa duduk.

"Dasar brengsek!"

"Benar-benar menyebalkan, bisa, bisa-bisanya ia memukul bagian sensitif orang begitu!"

"Benar-benar tidak tahu cara memperlakukan wanita!"

"Awas saja kalau sampai ada yang lihat nanti, bagaimana!"

Alice memaki Robert dalam hati berkali-kali, kemudian ia merasa cemas. Pose seperti ini, kalau-kalau terlihat oleh karyawan, entah apa yang akan mereka pikirkan.

Penglihatan Robert yang tajam, membuatnya menyadari posisi Alice yang canggung itu. Ia pun menelepon asisten dan memberinya perintah bahwa direktur siang ini beristirahat, kalau belum mendapat izin, siapapun tidak diperbolehkan masuk ke kantor.

Melihat raut wajah Alice yang mengerutkan dahinya, Robert mengelus hidung dan tertawa kecil. "Kenapa, mau aku bantu mengusapnya?"

"Mati saja! Aku tidak mau kamu usap!" Seru Alice dengan wajah yang memerah dalam sekejap, dasar brengsek, belum puas mengambil keuntungan darinya begini, bisa-bisanya masih punya rencana busuk!

"Kalau kamu seperti ini mana bisa bekerja? Kalau aku tidak membantumu meredakan bengkaknya, sampai sore nanti kamu tidak akan bisa bekerja seperti biasa. Sini, kemampuanku sangat bagus!" Ujar Robert berlari ke belakang Alice atas kemauan sendiri, kemudian menarik kursi dan duduk.

Kedua tangannya mendarat di pantat Alice yang menungging, kemudian ia mulai mengusap. Seketika tubuh Alice menjadi kaku, gerakan ini membuatnya menahan napas, sakitnya sampai membuatnya merintih.

"Jangan bergerak," ujar Robert sambil mengernyitkan dahi.

Yang terpampang di depan mata Robert ialah dua belahan pantat yang bagaikan buah persik, dan lagi sangat sensitif, pantat Alice bergerak ke kanan dan kiri mengikuti gerakan tangan Robert.

Yang terpenting, adalah suara yang keluar dari mulut Alice, ia tak tahan mengeluarkan rintihan dan desahan pelan.

Hal ini benar-benar membuat perasaan Robert meluap, tak lama kemudian tubuhnya langsung merespon. Sambil menahan kuat-kuat getaran dalam hatinya, ia tekun membantu Alice meredakan bengkak. Masalah yang telah ia perbuat, harus ia selesaikan sendiri.

Setelah diusap oleh Robert sekitar 10 menit, Alice merasa jauh lebih baik. Dengan berhati-hati ia duduk, perasaan perih itu seperti mengingatkannya pada segala yang baru saja terjadi padanya.

"Sudah tidak sakit kan? Hehe, ke depannya kalau kamu tidak enak badan, jangan ragu untuk mencariku!" Kata Robert secara blak-blakan.

"Kamu bisa enyah sekarang!" Seru Alice yang sangat ingin mencubitnya mati-matian.

"Tunggu dulu!"

Teriak Alice tiba-tiba saat Robert bersiap untuk pergi, "Pergilah ke departemen personalia, carilah Manajer Liu, minta ia mengambilkanku sebuah dokumen."

"Kenapa menyuruhku?" Tanya Robert dengan tidak senang.

Wajah Alice seketika memerah, ia berseru marah, "Bukannya ini semua gara-gara kamu?"

Robert memandangnya sekilas, dalam sekejap raut wajahnya nampak seperti memahaminya, kemudian ia membuat gerakan tangan "ok" dan pergi ke departemen personalia.

Di kantor departemen personalia lantai 12.

Setelah keluar dari lift, Robert tidak tahu arah, kebetulan ada seorang gadis muda berkacamata yang sedang memeluk sebuah map dokumen lewat di sana. Robert pun menahannya dan bertanya, "Nona, tolong tanya, di mana kantor Manajer Liu?"

Gadis kacamata itu mengamati Robert, seketika ia terpesona, alangkah tampannya, sejak kapan ada pria setampan ini di perusahaan?

"Aku bisa membantumu menunjukkan jalan, tapi tuan harus memberitahuku dahulu, siapa namamu?" Tanya gadis kacamata itu sambil terenyum lebar.

"Namaku Robert. Kamu?"

"Robert? Nama ini tidak asing, sepertinya aku pernah mendengarnya," gumam gadis itu, melihat Robert menatapnya, pipinya pun memerah, ia segera menjawab, "Namaku Stefanie Gong, aku adalah akuntan di departemen ini."

Tidak mudah menemukan pria setampan ini, Stefanie Gong tentu saja tidak mau pergi begitu saja, setelah mendapatkan kontak Robert, baru ia menunjukkan jalan dan berkata, "Di depan sana belok ke kiri, ruangan pertama adalah kantor Manajer Liu."

"Adik Gong, terima kasih banyak, hehe," ujar Robert sambil tertawa kecil, kemudian berbalik dan berjalan ke ujung lorong.

Hingga sosok Robert menghilang belokan lorong, sorot mata Stefanie Gong masih tidak rela melepaskannya, nampak cinta dalam matanya. "Benar-benar tampan! Oh ya, aku belum tanya dari departemen mana dia!"

……

Robert berdiri di depan pintu departemen personalia, ia mengetuk pintu.

"Silakan masuk."

Terdengar suara dingin dari dalam kantor.

Manajer departemen personalia itu adalah seorang wanita, dari awal Robert sudah tahu. Terakhir kali saat Leon membuat masalah, kemudian menelepon Manajer Liu, Robert mendengarnya, namun saat itu ia tidak menyadarinya.

Mendengarnya sendiri hanya dengan dibatasi oleh pintu begini, Robert baru mendapati bahwa suaranya sungguh merdu.

Robert membuka pintu dan masuk, begitu masuk, ia melihat seorang wanita dingin yang cantik di depan meja kerja, rambut panjang menggantung dari bahunya, parasnya begitu elok, raut wajahnya sedikit dingin, kulitnya sangat putih mendekati pucat.

Di bawah meja kerja itu, terjulur sepasang kaki putih yang panjang, mengenakan sepatu hak tinggi berwarna hitam, dengan kristal sebesar biji jagung yang bersinar menghiasinya, membuat seluruh kakinya tampak bersih hingga ke ujung jempolnya.

Wanita yang luar biasa cantik! Seru Robert dalam hati dengan kagum berkali-kali.

Awalnya ia mengira perempuan di departemen keuangan sudah sangat cantik, namun tak disangkanya ia masih terlalu muda, para perempuan di departemen personalia, baru yang tercantik. Contohnya Stefanie Gong yang barusan tadi, dan Sellen di hadapannya ini.

Dilihat dari wajahnya, postur tubuhnya, kaki indahnya.

Wanita ini, cuma raut wajahnya sedikit dingin. Tetapi, wanita cantik yang dingin juga mempunyai aura yang memesona, ada pria yang menyukai wanita semacam ini. Misalnya Robert.

Saat Robert sedang mengamati Sellen Liu, di saat itu Sellen juga sedang memperhatikannya.

Walaupun ia tidak tahu siapa Robert sebenarnya, tetapi karena ia bahkan mendapat pengakuan dari direktur besar, jelas orang ini punya kemampuan melebihi orang biasa.

Tetapi setelah melihat ke sana kemari, Sellen tetap tidak mengetahui siapa ia, apa yang pantas dilihat darinya. Malah sebaliknya matanya yang penuh nafsu itu terus menatap tubuhnya, menyebalkan.

Novel Terkait

Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu