My Tough Bodyguard - Bab 202 Bolehkah Bermain Lempar Panah Seperti Itu?

Fiuhh!

Fiuhhh!

Fiuhhh!!

Baru saja selesai berkata, 8 anak panah di tangan Robert melaju dengan cepat!

Tetapi arah 8 anak panah itu tidaklah menyebar, melainkan semakin menyatu.

Penglihatan Wilianto Zhou sangat tajam, saat orang lain tidak mampu melihatnya, dia malah melihatnya dengan sangat jelas, spontan berkata sambil tertawa: “Ternyata memang hanya pandai membanggakan diri…” Sebelum selesai berkata, senyuman pada wajahnya spontan menjadi kaku.

Karena dia melihat 2 anak panah dalam mulut Robert terdorong oleh tenaga dari dalam, dan meluncur dengan kecepatan penuh!

Ting! Tingg!

Dua anak panah terakhir terus mengejar 8 anak panah yang mendahuluinya. Saat beberapa anak panah semakin mendekat dan hampir terjadi tabrakan, 2 anak panah itu berhasil mengejar dan menabrak anak panah di depan lebih awal!

Dengan segera 10 anak panah bertabrakan hingga membuat arah semuanya tersebar!

Pha..pha… pha…!

Mengikuti suara tertancapnya anak panah di papan panahan, 10 anak panah tepat mengenai posisi berwarna merah di titik tengah papan panah dengan disaksikan semua mata!

Suasana lapangan sunyi senyap!

Tanpa sedikitpun suara!

Semua orang bengong melihatnya!

Wilianto dan teman-temannya pun terkejut dengan mulut menganga lebar!

Orang-orang di sekitar tidak menyadari teknik melempar Robert telah melewati batas kewajaran, tetapi Wilianto dan teman-temannya adalah juara bermain panah sejak kecil. Setelah terbengong beberapa saat, mereka pun sadar.

Ini, ini tidak masuk akal!

Mata Wilianto Zhou terbelalak sangat besar, teknik melempar Robert Qiu berhasil memecahkan pandangan dia terhadap permainan lempar panah itu!

Sial, bolehkah bermain lempar panah seperti itu?

Meghan dan Sellen pun kaget hingga kehabisan kata-kata, bisa dibilang mereka mengenal Robert dengan sangat dekat, tetapi semua yang ditunjukkan Robert barusan sungguh diluar batas kewajaran.

Sambil menahan rasa penasaran dalam hati, Meghan dan Sellen tidak berjalan mendekati Robert untuk menanyakan alasannya, melainkan hanya memperhatikannya Wilianto secara diam-diam.

Tidak hanya mereka bertiga, saat ini, semua mata tertuju pada Wilianto, dengan raut wajah yang semakin aneh.

Meskipun mereka bukan orang yang profesional, tidak bisa membedakan baik dan buruk, tetapi besarnya perbedaan antara Wilianto dan Robert tetap saja terlihat oleh mereka.

Apa yang Wilianto katakan tadi?

Jika sampai salah satu panah mengenai papan panahan, dia akan berlutut di hadapannya?

Karena banyaknya tatapan yang tertuju padanya, wajah Wilianto memanas dengan cepat, ingin sekali rasanya menemukan lubang dan menyusup ke dalamnya demi bersembunyi.

Dia sama sekali tidak menduga Robert bisa sehebat itu. Jika dibandingkan, dirinya yang telah bermain anak panah sejak kecil itu bahkan tidak berhak membawakan sepatu Robert.

Robert menepuk tangan, berjalan ke depan Wilianto dan berkata sambil tersenyum ceria: “Kamu kalah, sudah seharusnya menepati janji kan?”

Wilianto menggigit gigi dengan keras. Dia bukanlah orang yang suka berbual, dengan pikiran yang memanas, dia pun berlutut di depan Robert dan berkata keras di depan semua orang: “Kamu hebat sekali! Aku tidak ada apa-apanya dibanding kamu!”

“Kamu juga hebat kok. Sudah, bangunlah.” Robert tidak berencana mempersulit dia, lebih baik tidak menambah masalah.

Wilianto berdiri dari posisi berlututnya, kemudian memberi hormat pada Meghan dan Sellen: “Dua Kakak Ipar, maafkan aku, aku yang salah. Semoga Kakak Ipar bisa memaafkan aku.”

Berbeda dengan Meghan, wajah Sellen malah memerah, dia tidak tahu apa yang harus dikatakan.

Melihat sikap permintamaafan Wilianto yang cukup baik, Meghan pun membatalkan rencana penggusuran taman bermain itu.

Jika Wilianto tidak mengakui kekalahan, sebuah telepon dari Meghan mampu membuat taman bermain itu langsung berhenti.

“Kakak, kamu sungguh hebat, apakah memang bergerak di bidang ini?” Wilianto mencoba bertanya.”

“Bisa dibilang seperti itu.” Robert Qiu menganggukkan kepala, seorang pembunuh haruslah berlatihan setiap hari demi meningkatkan kemampuan merespon. Dia bisa menunjukkan kemampuan yang begitu hebat, tentu saja juga berkat latihan jangka panjang.

Mata Wilianto spontan terang bercahaya: ”Wah, hebat sekali, lain kali jika ada kesempatan, apakah boleh mengajariku?”

“Tidak masalah, tetapi bukan hari ini, lain hari saja.” Robert menjawab.

Begitu melihatnya keadaan, Wilianto pun sadar untuk tidak mengganggu waktu Robert. Dia pun bertukar nomor kontak dengan Robert dan terpaksa berpamitan pergi.

“Robert, sebenarnya bagaimana bisa kamu melakukan jurus tadi?” Meghan bertanya dengan sangat penasaran.

Meskipun tidak mengatakan apapun, Sellen yang berdiri di samping pun melihat dengan mata penuh berharap, kelihatan jelas sedang mendambakan jawaban Robert.

“10 anak panah yang dilempar bersamaan?”

“Benar!” Meghan mengangguk dengan cepat.

Robert mulai mempraktekkan dengan kedua tangannya: “Mudah sekali, begini, begini, lalu begini…”

Meghan dan Sellen hanya menganggukkan kepala dengan kebingungan: “Tidak mengerti.”

“Wajar sekali tidak mengerti, orang-orang biasa yang tidak berlatih lebih dari 10 tahun tidak akan bisa melakukannya. Orang berbakat sepertiku pun harus menghabiskan waktu 1 tahun demi menguasainya.” Robert tersenyum bangga.

“Robert, sialan kamu, berhenti!” Meghan kesal hingga menjulurkan tangan mencekik pinggang Robert.

Setelah itu, ketiganya pun lanjut memainkan wahana permainan lain. Karena Wilianto sudah berpesan pada petugas taman bermain, maka permainan apapun yang mereka pilih, pasti diberikan tempat duduk VIP, sama sekali tidak perlu mengantri.

Hingga sampai jam 4 sore, kedua perempuan pun kehabisan tenaga dan mengatakan ingin pulang hotel untuk istirahat.

Stamina dalam diri Robert malah masih penuh. Dia menunjuk menara tinggi di kejauhan, sembari berkata: “Sudah capek? Main sebentar lagi yuk, ayo jalan, kita main yang paling ekstrim.”

“Jangan, jangan, jangan, baru saja kita bermain kapal bajak laut, masih pusing nih! Meghan terus melambaikan tangan.

“Sellen, kita main arung jeram yuk!” Robert mengajak.

Sellen menepuk jidat dan berkata: “Tidak bisa lagi, tidak bisa lagi, sebentar lagi akan pingsan.”

Melihat dua perempuan benar-benar sudah tidak kuat lagi, barulah Robert menganggukkan kepala dengan puas, sembari tertawa dalam hati.

Pada beberapa permainan sebelumnya, Robert sengaja memilihkan yang menantang dan ekstrim, wajar saja jika mereka merasa capek. Tujuan utama Robert melakukannya adalah agar mereka merasakan lelah dan meminta untuk pulang ke hotel.

Koalisi pembunuh dan The Sands itu mungkin sekali membuat masalah. Sementara ini, musuh sedang berada di tempat gelap dan Robert beserta keduanya berada di tempat terang. Jika sungguh akan terjadi perselisihan, akan sangat susah bagi Robert untuk melindungi Meghan dan Sellen.

Cara terbaik yang harus dilakukan adalah kembali ke hotel dan menenangkan diri.

“Ayo, pulang.”Robert melambaikan tangan sembari berkata.

Sepanjang perjalanan pulang pun lancar-lancar saja, ini membuat Robert merasa sangat bingung. Jika Calvin Chu yang berada pada posisi itu, pastinya sudah memanfaatkan kesempatan sebaik mungkin.

Memangnya hanya perasaannya saja?

Apakah komplotan pembunuh itu tidak berencana membuat ulah apapun?

Sesampainya di hotel, Robert pun bertemu Manager Li di lobby.

Manager Li memajang wajah berseri, menyapa Meghan dan Sellen terlebih dahulu, dan setelah itu baru berkata pada Robert: “Tuan Qiu, bolehkah aku minta waktu Anda sebentar untuk berbicara?”

“Boleh.” Robert Qiu menganggukkan kepala.

Manager Li melihat ke arah dua perempuan itu.

Meghan dan Sellen spontan mengerti maksudnya, dan berkata pada Robert: “Kami kembali ke kamar dulu.”

Hingga keduanya masuk ke dalam lift, Robert baru menoleh ke arah Manager Li dan berkata: “Katakan saja, ada apa?”

“Tuan Qiu, maksud kedatanganku kali ini adalah untuk memperingatkan Anda, bahwa Anda sedang dalam bahaya!” Manager Li berkata dengan suara rendah.

“Oh ya, kenapa memangnya?” Robert sedikit terkejut mendengarnya.

Setelah melihat ke sekitar lobby, Manager Li pun berbisik: “Tuan Qiu, apakah belakangan ini Anda baru saja menyinggung seseorang?”

“Banyak sekali orang yang tersinggung olehku, kebanyakan di Kota Jiang Cheng dan luar negeri. Baru beberapa hari aku datang ke Kota C, memangnya siapa yang telah aku singgung? Dan lihatlah, apakah aku terlihat seperti orang yang suka mencari masalah?” Robert berekspresi seolah sangat tidak bersalah.

Manager Li tersenyum pahit: “Kalau begitu aneh sekali, Tuan Qiu, aku mendapatkan berita yang akurat, katanya mala mini juga The Sands sangat mungkin mencari gara-gara denganmu!”

“Oh, baiklah, aku tahu.” Robert hanya mengangguk.

Melihat Robert seolah tidak perduli, Manager Li mulai panik: “Tuan Qiu, Anda bukan orang Kota C, mungkin tidak tahu seberapa hebatnya The Sands.”

“Kalau begitu coba kamu katakan, seberapa hebat mereka?” Robert tertarik untuk bertanya.

Manager Li menarik nafas dengan dalam, lalu berkata dengan suara berat: “Aku tidak akan menjelaskan terlalu banyak, tetapi, jika The Sands sudah menjadikan seseorang sebagai sasarannya, polisi pun tidak mau ikut campur!”

“Kenapa kepolisian Kota C lebih payah dari kepolisian Kota Jiang Cheng.” Robert sangat heran menengarnya.

Meskipun Calvin memegang kekuasaan di Kota Jiang Cheng, tetap saja tidak boleh sembarangan tanpa mematuhi aturan.

Misalnya saat melakukan penyerangan terhadap Keluarga Mo beberapa hari lalu, masalah sebesar itu tidak mungkin dibiarkan oleh pihak kepolisian. Semua tenaga polisi dikerahkan ke lapangan, hingga membuat Calvin mengalami kerugian besar.

Mendengar dari nada bicara Manager Li, sepertinya The Sands di Kota C jauh lebih arogan dibanding Calvin, hingga mampu membuat polisi tunduk.

Apa semua ini memang benar?

Robert merasa sedikit penasaran, ingin sekali bertemu dengan The Sands yang sedang dibicarakan…. Karena jika pihak kepolisian sungguh tidak ikut campur, Robert pun bisa melawannya dengan bebas!

Manager Li tersenyum pahit: “Pihak kepolisian juga sangat terpaksa, kondisi Kota C berbeda jauh dengan kota lainnya, mungkin saja Anda tidak percaya, perkumpulan geng sebesar The Sands selalu membayar pajak setiap tahunnya, dan mencapai 10% dari total pajak bisnis di Kota C.”

Kali ini giliran Robert yang terkejut, membayar pajak? Dan membayar hingga 10%?

Semua orang yang pernah belajar ilmu ekonomi pasti tahu, GDP adalah sebuah unsur terpenting dalam sebuah kota, dan nilai yang paling dipentingkan di dalam GDP adalah ekonomi.

Selain itu, 80% ekonomi kota didorong oleh bidang bisnis.

Yang bisa menentukan seberapa kuatnya sebuah kota adalah kemampuan dorongan bisnis kota tersebut.

Kota bisnis seperti Kota Jiang Cheng, sekalipun keluarga terpandang, dukungan pajak bisnis yang diberikan tidaklah melebihi 5% dari total pajak kota itu.

Meskipun tingkat perekonomian Kota C tidak semakmur Kota Jiang Cheng, tetapi Kota C adalah kota dengan pelabuhan yang cukup berpengaruh, arus perdagangan yang tercipta pun sangatlah padat.

Sebuah The Sands yang kecil seperti itu saja membayar pajak hingga 10% dari total pajak Kota C, sebenarnya sangatlah menakutkan.

Pantas saja pihak kepolisian terpaksa tunduk pada The Sands, sepertinya mereka memang memiliki kesulitan tersendiri.

Hanya melihat dari titik ini saja sudah ketahuan, bahwa tingkat kekuasaan perkumpulan geng di Kota C jauh lebih tinggi dari Kota Jiang Cheng.

“Manager Li, terima kasih atas peringatan darimu, aku akan berhati-hati.” Robert mengucapkan terima kasih, sebenarnya tidak ada keharusan bagi Manager Li untuk memberitahu kondisi itu padanya.

“Oh ya, Manager Li. Ada sesuatu yang membuatku cukup penasaran, bisakah kamu memberitahuku?” Robert tiba-tiba bertanya.

Manager Li terkejut mendengarnya.

Dengan sungkan Robert berkata: “Manager Li adalah orang lokal, seharusnya tahu banyak kondisi tentang The Sands? Aku ingin tahu, bagaimana bisa The Sands membayar pajak yang begitu tinggi?”

Novel Terkait

Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu