My Tough Bodyguard - Bab 159 Nenek Jin

Disebuah hotel kecil di pinggir kota.

Seorang lelaki paruh baya yang berkulit hitam tengah merokok disana, asbak rokoknya sudah penuh dengan puntung rokok.

Herman sangatlah marah.

Dia awalnya adalah Keturunan Miao dari Hunan barat, semenjak kecil, dia sudah mengikuti suhunya untuk belajar ilmu santet.

Beberapa hari sebelumnya, terjadi sebuah kejadian diluar dugaan, seekor binatang santet yang dipelihara oleh suhunya Nenek Jin selama 10 tahun dicabut oleh orang lain.

Oleh karena itu Nenek Jin marah besar, dia menghabiskan waktu 10 tahun dan sebentar lagi akan tiba pada waktu kematangannya, sekali diperoleh, itu akan membuatnya bisa bertahan hidup beberapa puluh tahun lagi.

Oleh karena binatang santetnya di hancurkan oleh orang lain, Nenek Jin luka parah, dia mengatakan akan mencari orang yang melakukan itu untuk membalas dendam, hanya saja karena akan melatih, dia hanya bisa menyuruh muridnya Herman untuk pergi melihat kondisinya di Jiang Cheng terlebih dahulu.

Malam itu Herman langsung pergi ke Jiang Cheng.

Yang membuat Herman senang adalah hari pertama dia datang ke Jiang Cheng, dia langsung menemukan badan yang cocok untuk memelihara binatang santet, oleh karena itu, dia berpura-pura menabrak seseorang dan memasukkan hewan santet ditubuh orang itu.

Seterusnya beberapa hari itu, Herman terus saja mengawasinya.

Semua sudah berada didalam dugaannya, badan orang itu memang sangatlah cocok untuk memelihara hewan santet, dalam waktu beberapa hari saja hewan santetnya sudah biasa beradaptasi dengan baik.

Herman sangatlah senang, hewan santet sangatlah memilih badan yang ditinggalinya, jika tidak cocok maka akan meninggal karena terinfeksi racun.

Oleh karena itu, memasukkan hewan santet diorang yang tepat dan berhasil memeliharanya sangaltah susah, ini butuh mata yang jeli dan pengontrolan yang bagus terhadap racun hewan santet, , itu juga adalah impian Herman selama ini.

Sekarang akhirnya dia bisa merealisasikan mimpinya, itu membuat Herman sangatlah senang.

Namun seorang bajingan bernama Robert muncul dan menghancurkan impiannya.

hewan santetnya dibunuh, Herman yang mana yang memelihara hewan santet ini akan mengetahuinya.

Dan jika seiring berjalannya waktu, hewan santet semakin matang dan jika sekali mati, orang yang memelihara hewan santet akan merasakan penderitaan dan akan semakin parah jika waktunya semakin panjang.

Contohnya adalah hewan santet dari Nenek Jin yang sudah dipelihara 10 tahun, dan dirusak oleh orang lain, itu membuatnya langsung muntah darah dan usianya berkurang.

Meskipun hewan santet Herman ini baru saja dipelihara, namun itu tetap membuat Herman merasa sangatlah tidak enak, hatinya tidak senang, seolah seperti uang yang disimpan olehnya seumur hidup ini dicuri oleh orang lain.

Setelah berpikir terus, Herman akhirnya memutuskan untuk memberitahukan kejadiannya kepadanya suhunya.

Dia mematikan rokok ditangannya, dan menelepon suhunya.

Saat ini, internet sudah merajalela, meskipun suku Miao masih lebih tradisional, namun mereka juga mempunyai hp sebagai alat komunikasi, bahkan juga ada wifi router dan sejenianya, jika tidak sudah pasti akan ketinggalan zaman.

"Herman, bukankah aku sudah memberitahumu, jika tidak ada hal penting janganlah menggangu aku berlatih?" Suara Nenek Jin yang tua terdengar dari telepon.

Herman menghapus keringatnya, "Suhu, muridmu mempunyai sebuah kejadian yang harus dilaporkan kepada Anda."

"Bilanglah." kata Nenek Jin.

"Belakangan ini Aku di Jiang Cheng dan menyelidiki masalah hewan santet Sellen yang dirusak, aku tidak sengaja menemukan sebuah badan yang cocok untuk memelihara santet." kata Herman.

"Benarkah?" suara Nenek Jin jelas terdengar semangat.

Herman melanjutkan, "Orang itu adalah seorang mahasiswi, sekitar berumur 20 tahun, sangat muda, aku takut kehilangan kesempatan dan langsung beraksi, dan memasukkan hewan santet dibadannya."

"Hasilnya bagaimana?" tanya Nenek Jin, dia hanya peduli dengan ini.

"Setelah aku awasi berhari-hari, aku menyadari bahwa memang cocok hewan santet dipelihara dibadannya, dan kemarin, badan orang itu sudah terbiasa dengan adanya hewan santet yang tinggal didalamnya." kata Herman.

"Bagus sekali!"

Nenek Jin tertawa, "Benar-benar Tuhan memberkatiku!"

Nenek Jin lalu bergumam, "20 tahun......hmmm, lumayan, namun terlalu lama. Sellen itu, sudah disantet olehku semenjak dia berumur 15 tahun, aku menunggu selama 10 tahun. Mahasiswi ini, sepertinya aku harus menunggu 10 tahun lagi, hingga setelah dia 30 tahun, barulah bisa memperoleh sari kehidupannya, apakah aku masih bisa bertahan hingga waktu itu?"

Mendengar suhunya bergumam, keringat dingin Herman berkucuran, dia memotongnya, "Suhu, hmm.....aku masih belum selesai bicara......."

Nenek Jin tertawa, "Lanjutkan, masih ada hal bagus apa?"

Herman tertawa masam, seterusnya ini bukanlah hal bagus, ini adalah hal buruk.

Melihat gurunya yang begitu senang ketika mendengar kabar ini, Herman merasa sedikit menyesal, dia tidak seharusnya memberitahunya hal ini, jika membuatnya marah, Herman pasti akan dimarahi.

Setelah sampai disini, Herman hanya bisa melanjutkan, "Suhu, hari ini, orang itu terjadi sedikit masalah."

"Hmm?"

Suara tawa Nenek Jin terhenti, "Ada masalah apa?"

"Seorang anak muda bernama Robert, membunuh hewan santet yang aku masukkan kebadan orang itu." kata Herman.

"Robert? siapakah orang ini?" tanya Nenek Jin.

"Aku juga tidak tahu, dia ditemukan oleh kakak dari orang itu entah dari mana."

Sejenak kemudian, suara Herman menjadi mengeluh, "Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri diseberang gedung rumah sakit bahwa bocah itu hanya dengan menggunakan beberapa jarum saja sudah membunuh hewan santetku."

Nenek Jin terdiam lumayan lama, barulah dia berkata, "Ini bukanlah salahmu."

"Terima kasih suhu!" kata Herman senang.

"Kamu berjasa karena menemukan orang yang cocok itu, hanya saja kandungan hewan santet yang dimasukan olehmu bermasalah sehingga membuat orang itu tidak nyaman dan pergi kerumah sakit, lalu rumah sakit tidak bisa menemukan alasannya, barulah orang keluarganya mencarikan bocah itu kan?" kata Nenek Jin.

Herman kaget, mengapa suhunya tidak berada di Jiang Cheng namun dia mengetahui semuanya?

"Kamu jagalah orang itu dengan baik, tidak boleh membiarkannya meninggalkan kota Jiang Cheng, beberapa hari lagi aku akan selesai latihan, aku akan pergi kesana, dan memasukan hewan santet sendiri, dan gadis bernama Sellen itu, kamu harus segera menemukannya dan menangkapnya, aku akan mengurusnya nanti." perintah Nenek Jin.

"Sellen?"

Herman mengerutkan keningnya, "Suhu, jika kita sudah menemukan orang baru, Sellen seharusnya sudah tidak berguna lagi bukan?"

"Apa yang kamu tahu? setelah hewan santet Sellen dihancurkan, harapan nyawa aku diperpanjang berkurang, aku sepertinya tidak bisa bertahan 10 tahun lagi, aku hanya bisa mengambil sedikit sari kehidupan darinya."

Nenek Jin berkata, "Hewan santet sudah tinggal didalam tubuhnya 10 tahun, meskipun dihancurkan namun gizinya masih utuh, asalkan memperolehnya, seharusnya bukanlah masalah besar bagiku untuk bertahan 10 tahun lagi."

"Suhu hebat!" kata Herman.

"Oh iya, setelah kamu menemukan Sellen, ingat untuk mengawasi siapa sebenarnya yang menghancurkan hewan santet ditubuhnya.

Sekali mengungkit ini, Nenek JIn sangatlah marah, "Tunggu aku selesai latihan, aku pasti akan menguliti orang itu, dan memasukkannya kedalam kolam hewan santet untuk menghilangkan dendamku!"

"Aku mengerti!" kata Herman kaget.

kolam hewan santet adalah tempat pemeliharaan santet, didalam sana ada berbagai macam hewan berbisa, ular, laba-laba, lipan, kalajengking, lintah, semut pemakan daging manusia ......

Jika memasukkan orang hidup kedalam kolam hewan santet, lalu menutup jalan keluarnya, tidak perlu setengah jam, orang itu pasti akan dimakan hingga tersisa tulang saja, dan setengah jam lagi, tulangnya juga akan habis dimakan!

sekali membayangkan rasa itu saja juga sudah mengerikan!

"Beberapa hari ini kamu harus teliti, jangan membuatku kecewa, sudahlah jika tidak ada hal lain, aku akan terus latihan." kata Nenek Jin.

"Baik, Aku pasti tidak akan membuat suhu kecewa!" kata Herman dengan hormat.

.........

Rumah sakit keluarga Lu.

Pintu masuk.

Sebuah mobil BMW berhenti secara perlahan.

Lena Lu membuka pintu mobil dan turun.

"Nona Besar."

"Anda pulang."

sapa pengawal didepan pintu.

Setelah mendapatkan kabar, pengurus rumah bergegas keluar, "Aduh, Nona besar, Anda hari ini pulang mengapa tidak mengabariku dulu? Tuan Besar pasti senang sekali."

"Dimanakah kakekku?" tanya Lena.

"Tuan Besar berada di kamar barat dan sedang mengobati orang lain, ayo sini, aku bawa Anda kesana." Pengurus rumah menunduk.

Lena menganggukkan kepalanya, dia lalu mengikuti pengurus rumah dan berjalan ke kamar barat.

Rumah sakit keluarga Lu adalah sebuah halaman yang sangatlah luas, didalam sana tertata kuno, seolah adalah sebuah rumah yang kuno, koridornya menggunakan gaya ala Suzhou.

Semua lantainya dibuat dari kayu, ketika menginjaknya akan mengeluarkan suara yang merdu, berbeda dengan bangunan beton pada umumnya di kota-kota.

Sejujurnya, jika bukan karena setiap kali pulang dan dia akan diomelin, Lena tetap sangatlah menyukai tempat ini, bagaimanapun juga ini adalah tempat kelahirannya sejak kecil, siapa juga yang tidak ingin menetap lebih lama?

Kamar barat.

Pengurus rumah membawa jalan hingga kedepan pintu, lalu berkata, "Tuan Besar ada didalam, oh iya Nona besar, malam ini kamu ingin makan apa?"

"Sama seperti biasanya saja." kata Lena.

Setelah pengurus rumah pergi, Lena lalu masuk kedalam kamar barat.

Pintunya terbuka, orang yang dijuluki sebagai tangan dewa Jiang Cheng itu, Rizal Lu tengah mengobati orang lain didalam kamar.

Berjarak jauh, Lena juga tidak tahu apa yang sedang dibincangkan oleh kakeknya dengan lelaki paruh baya itu, yang pasti kakeknya terus bicara, orang itu terus menganggukkan kepalanya dan terlihat sangatlah berterima kasih kepadanya.

Sesaat kemudian, lelaki paruh baya itu lalu membawa resep yang diberikan oleh Rizal dan pergi meninggalkannya setelah berhormat.

Rizal sepertinya sangatlah puas, dia tersenyum dan melihatnya pergi, dia lalu melihat cucu perempuannya yang entah sudah menunggu berapa lama didepan pintu.

karena senang, rizal hampir menarik semua jenggotnya, dia berdiri dan tertawa, "Lena, kamu sudah beberapa saat tidak pulang, ayo sini, cepat masuk!"

"Kakek, kamu masih saja tidak bisa mengubahnya, aku sudah memberitahumu, usia Anda sudah tua, kamu tidak perlu mengobati orang lain lagi, itu terlalu melelahkan, tidaklah baik bagi kesehatan badanmu!' kata Lena sambil mengeluh.

"Sekali mengungki lelah, Lena, kamu belakangan ini pasti sering bergadang, lihat kantong matamu ini.....ayo sini kakek kasih resep, aku jamin setelah minum pasti sembuh!" kata Rizal sambil tersenyum.

"Aku tidak mau minum resep itu!" Lena terlihat menolak.

Rizal tercengang, dan tersenyum, "Lihat aku ini, kamu ini, Lena, dari kecil tidak suka dengan rasa bau obat herbal chinese....."

"kakek, kali ini aku pulang sebenarnya ingin menanyakanmu sebuah hal." kata Lena.

Novel Terkait

Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu