My Tough Bodyguard - Bab 133 Teknik Belalang menangkap Jangkrik, Tidak menyadari Burung Kardinal di belakang!

"Kamu seorang, bisa menghadapi dua pembunuh Legenda?"

Mendengar perkataan Jessy, Robert berkata dengan kesal: "Ditambah lagi, apakah kamu tidak takut ketahuan? Kalaupun kali ini kamu beruntung bisa melarikan diri, tapi apakah Koalisi pembunuh tidak akan tahu kamu diam-diam membantuku?"

"Apakah tidak bisa mengorbankan diri sendiri? Kamu begitu tidak mempercayaiku, maka aku hanya bisa membuktikan kepadamu dengan cara ini!" Jessy berkata kesal.

"Baik, baik, anggap aku percaya padamu." Robert mulai merasa takut, kemudian berkata: "Tapi, kamu tidak usah ke villa keluarga Mo lagi."

"Kenapa?" Jessy seketika berkata dengan tidak puas.

"Jessy, aku sangat berterimakasih kamu bisa menghargai pertemanan kita dan berkali-kali membantuku. Tapi masalah ini tidak ada hubungannya denganmu, kalaupun serahkan kepadamu, juga hanya bisa menyusahkanmu." Robert berkata.

"Duh, kamu cerewet banget, kamu sembunyi saja, untuk apa mengkhawatirkan begitu banyak hal?" Jessy berkata tidak sabar.

Robert menatapi Jessy, kemudian menggelengkan kepala: "Jessy, aku tidak bisa membiarkanmu pergi mati. Lagipula, hidup mertuaku tidak pasti, aku tidak bisa hanya duduk tanpa melakukan apapun. Kedua pembunuh legenda itu serahkan saja padaku. Tenang saja, aku akan berhati-hati." Kemudian, Robert pun menutup jendela mobil.

"Kamu!" Jessy kesal sampai hampir menangis, lelaki sialan ini, tahu tidak seberapa menakutkannya pembunuh Legenda?

Brrmm!

Suara mesin Ferrari bunyi.

Jessy akhirnya menyadari, Robert sudah memutuskan mau pulang, sama sekali tidak bisa dinasehati. Merasa tidak berdaya, Jessy terpaksa ikut naik ke mobil, dia tidak bisa diam saja melihat Robert pergi mati!

"Kamu tidak usah ikut." Robert berkata setelah melihat ke arah cermin.

Jessy masih kesal, berkata dingin: "Tidak usah cerewet, mengemudi saja!"

Setelah lewat sepuluh menit, Jessy masih tetap terlihat marah, dari antara alisnya, jelas terlihat kemarahannya sudah lumayan mereda, dia melihat ke arah Alice yang duduk di samping, kemudian melihat Robert yang konsentrasi mengemudi, tiba-tiba berkata: "Robert, kamu tidak takut aku sekarang tiba-tiba menyerangmu?"

"Tidak." Robert berkata tanpa berpaling.

"Mengapa?" Jessy bertanya karena tertarik.

"Karena meskipun kamu duduk di belakangku, secara logika mempunyai kelebihan, tapi kamu tetap bukanlah lawanku." Robert berkata.

Jessy terdiam, tidak tahu harus tertawa atau menangis, diam-diam menghela nafas, kelihatannya meskipun Robert mempunyai kemampuan, tapi dia tetap tidak mengerti bahaya pembunuh.

Kelebihan paling besar dari seorang pembunuh adalah mengambil nyawamu ketika kamu tidak waspada.

Dan dia sedang duduk tepat di belakang kepala Robert, ini adalah posisi yang paling bagus. Jessy sangat percaya diri, dengan kemampuannya, kalau mau menyerang Robert secara diam-diam, Robert pasti tidak akan bisa melawan.

Jessy tentu saja tidak akan menyerang Robert, hanya saja dia sangat khawatir dengan pemikiran Robert.

Keahlian bertarung Robert memang sangat hebat, ini tidak salah. Tapi lawannya kali ini adalah dua pembunuh legenda. Orang yang bisa menjadi pembunuh Legenda, semuanya mempunyai kelebihan yang melebihi orang, juga sangat mengetahui cara membunuh seseorang.

Misalnya saja pengalaman Jessy sendiri, dia pernah membunuh sasaran yang keahliannya lebih hebat dari Robert, terlebih lagi ketika dia menjalankan misi, sangat gampang, sama sekali tidak mengeluarkan tenaga.

Mengapa?

Karena orang yang sangat hebat selalu akan mengabaikan detail-detail kecil. Dan biasanya detail-detail kecil ini yang akan membuat orang hebat kehilangan nyawa.

Dan menurut Jessy, Robert mempunyai penyakit 'orang hebat' ini.

Kalau dengan pemikiran seperti ini menghadapi dua pembunuh Legenda pasti akan mati.

Memikirkan sampai sini, Jessy lagi-lagi berkata: "Baiklah, anggap kamu bisa menghindar dari seranganku, tapi bagaimana kalau aku menyerang Nona Mo? Kamu sedang mengemudi, dan dia sama sekali tidak bisa melawan, kamu harus bagaimana?"

Robert menggelengkan kepala: "Kamu tidak akan melakukan itu."

"Kenapa begitu pasti?" Jessy bertanya penasaran.

"Aku mempercayaimu." Robert berkata.

"Bagaimana kalau kamu percaya pada orang yang salah?" Jessy sengaja berkata dengan nada menakutkan, membuat Alice yang duduk di samping ketakutan.

"Aku kalau tidak mempercayaimu, maka tidak akan membiarkanmu naik mobil. Tidak memakai orang yang mencurigakan, sudah memakai maka tidak mencurigai orang, ini adalah prinsipku dalam memakai orang." Robert konsentrasi mengemudi, berkata datar: "Kalau aku mempercayai orang yang salah, maka kamu sekarang mulailah."

"Robert, kamu lelaki sialan!" Alice sangat marah.

Jessy malah menampakkan ekspresi kaget, jelas tidak menyangka Robert akan berpikir seperti itu, dalam hatinya seperti ada sesuatu yang dibuka.

Setelah kekagetan yang singkat, Jessy menghela nafas dan berkata: "Robert, aku mengalah. Sebelum sampai ke villa keluarga Mo, aku perlihatkan dua dokumen mengenai dua pembunuh Legenda kali ini, yang pria bernama Robby, perempuan bernama Elva." Sambil berbicara, Jessy mengeluarkan dua tumpuk kertas dari tas dan menyerahkannya kepada Robert.

Dengan cepat melihat informasi di atas dokumen, Robert mengiyakan: "Hasil mereka lumayan."

"Apa lumayan, sangat menakutkan! Robert, kamu lihat dengan teliti tidak! Tahukah apa arti mereka berpasangan maka keberhasilan mereka 100%?" Jessy berkata dengan kesal.

"Mmm.. Kalau begitu menurutmu kita harus bagaimana?" Robert tidak tahu harus bagaimana membantah, dia pun bertanya.

"Aku sudah memikirkan sebuah cara menghadapi mereka." Jessy berkata.

......

Villa keluarga Mo.

Sama seperti biasa, sangat tenang, angin malam berhembus sejuk.

Mobil Ferrari berhenti stabil di depan pintu.

Robert dan Alice Mo keluar dari dalam mobil.

Tom, pengawal yang sedang bertugas sekarang tidak berani lelet, dia langsung datang mengambil kunci mobil, dia bertanggung jawab memarkirkan mobil ke dalam garasi.

"Tom." Bersamaan dengan Robert memberikan kunci, dia berkata kepada Tom dengan suara kecil: "Malam ini apakah ada terjadi sesuatu yang aneh?"

"Hal yang aneh? Tidak ada." Tom berkata bingung.

"Kapan terakhir kali kamu melihat Paman Mo?" Robert bertanya lagi.

"Terakhir melihat Direktus Mo....Kira-kira 3 jam yang lalu." Tom merenung, dia sadar ada yang aneh dengan nada suara Robert, dengan tegang bertanya: "Tuan muda, apakah terjadi sesuatu?"

"Ada pembunuh masuk ke dalam villa." Robert berkata.

"Apa?!" Wajah Tom langsung berubah hijau.

"Suruh para teman-temanmu kedepan pintu, usahakan jangan ada yang tertinggal. Aku yang akan pergi menyelamatkan Paman Mo, misi kalian malam ini adalah melindungi Alice Mo, mengerti?" Robert berkata serius.

"Tuan muda, aku pergi bersamamu." Tom segera berkata, keahliannya lebih kuat dibandingkan pengawal yang lain, paling sedikit bisa membantu sedikit.

Robert menggelengkan kepala: "Tidak bisa, pembunuh kali ini sangat kuat, kamu pergi juga pergi mati."

"Mengerti, aku pasti akan melindungi Nona dengan baik. Tuan muda, anda harus berhati-hati." Melihat Robert begitu serius, Tom tanpa sadar menelan ludah, berkata dengan penuh kekhawatiran.

Dengan cepat, para pengawal yang menerima perintah pun keluar dari segala arah villa dan berkumpul di depan pintu mengelilingi Alice. Wajah mereka semua sangat teguh, dengan mental harus melindungi Alice meskipun mati, tidak akan membiarkan Alice tersentuh ancaman pembunuh.

Robert melangkah ke arah pintu, setiap melangkah selangkah, aura membunuh yang tersebar dari dalam villa semakin kental.

Aura membunuh, orang biasa tidak akan bisa merasakannya, paling tidak hanya merasa udara tiba-tiba terasa dingin, ada perasaan merinding.

Tapi ketika sudah sampai tingkat seperti Robert, aura orang lain, baik yang bermaksud baik maupun yang buruk, akan langsung terasa seketika. Meskipun masih ada puluhan langkah menuju villa, tapi Robert sudah bisa merasakan, di dalam hall villa, ada dua aura membunuh yang menakutkan, seperti hantu yang mengambang di gelapnya malam, muncul di depan Robert.

Satu di samping pintu, satu di bawah sofa.

Dari kekentalan aura membunuh, Robert memperkirakan posisi kedua pembunuh itu.

Jalan sampai depan pintu, Robert mengeluarkan kunci villa, dengan santai memasukkan kunci ke lubang kunci, perlahan-lahan memutar kunci.

Krek, Krek, Krek.

Orang biasa membuka pintu dengan kunci, biasanya dengan cepat, cekrek sekali, pintu sudah terbuka, sangat pasti. Tapi Robert malah sangat lambat, bisa-bisanya dengan jelas mendengar suara kunci berputar, sekali sedetik, membuat suasana semakin tegang.

Aura membunuh sudah mau menyebar keluar dari pintu.

Di dalam hall, Robby dan Eva menahan nafas, begitu Robert membuka pintu, mereka langsung mengeluarkan serangan maut.

Tiba-tiba, tangan Robert berhenti.

Kunci hanya tinggal putaran terakhir, maka pintu akan terbuka, tapi Robert malah berhenti disini.

"Setan...."

Robby yang jongkok di samping pintu mengumpat, orang apa ini!

Pisau ditangannya saja sudah dia keluarkan, pintu malah belum dibuka, orang sialan ini pasti sengaja!

Tepat ketika Robby tidak konsentrasi, pintu besar tiba-tiba bunyi keras, ditendang buka oleh seseorang!

Robby kaget, pisau ditangannya baru saja dia keluarkan, tenaganya sudah dipakai, tidak ada cara mengeluarkan pisau kedua dengan kecepatan tercepat.

Jangan-jangan lelaki ini sudah berhasil menebak posisiku, dan tahu aku akan menggunakan taktik apa? Oleh karena itu dia bisa di saat itu sengaja membuatku menyerang, namun gagal, dan membuat sebuah waktu kosong? Hati Robby bergetar, kalau benar seperti itu, maka sasaran kali benar-benar susah.

Bersamaan dengan hatinya yang bergetar, Robby sudah bereaksi dengan cepat, dan melempar pisau di tangannya!

Woosh!

Di dalam kegelapan, pisau membentuk sinar perak, dengan lurus menuju ke arah Robert.

"Pas aku kekurangan sebuah senjata yang bagus, kalau begitu aku pakai ini saja untuk menghadapi kalian." Robert tertawa, jari telunjuk dan jari tengah tangan kanannya merapat, terulur dan menjepit, berhasil menjepit ujung pisau yang tertuju padanya.

Melihat ini, Robby semakin kaget, di situasi seperti ini, hanya gerakan menerima pisau dengan tangan kosong ini, bahkan dia sendiri juga tidak berani menjamin akan bisa 100% berhasil menerima. Dia akhirnya tahu, kenapa Robert bisa membuat begitu banyak Silver Killer kehilangan nyawa, dia memang ada keahlian.

Setelah mengerti hal ini, Robby mengatur kembali posisinya, kemudian menerjang ke arah Robert seperti seekor harimau.

Pang Pang Pang Pang!

Pisau bertemu pisau di dalam kegelapan, menghasilkan percikan api, tangan dan kaki yang kosong juga tidak diam, Robert dan Robby sedang berkelahi jarak dekat, kecepatan dan cara mereka berdua menyerang hampir sama, setelah belasan serangan, masih tidak jelas siapa yang lebih kuat.

Tepat di saat ini, dari sofa hall muncul bayangan orang, dengan lincah menerjang ke arah Robert yang sedang bertarung.

Pembunuh Legenda, Elva!

Robert saat ini sedang menghadapi Robby dengan sekuat tenaga, sama sekali tidak sempat menghadapi Pembunuh Legenda lainnya!

Inilah teknik Belalang menangkap Jangkrik, tidak menyadari burung Kardinal di belakang!

Mata Elva bersinar, seperti sudah melihat sasarannya jatuh seperti biasanya.

Bruk!

Di saat ini, lagi-lagi muncul bayangan hitam lain tiba-tiba menerjang ke arah Elva, sebuah tendangan samping yang tajam mendarat di wajah Elva!

Ini baru namanya belalang menangkap jangkrik, tidak menyadari burung Kardinal di belakang!

Novel Terkait

Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
3 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu