My Tough Bodyguard - Bab 34 Apakah Sudah Menanyakan Izin Kepadaku

Pagi hari, Ellen langsung pergi bertamu ke keluarga Mo.

“Ellen, kamu tidak perlu sekolah hari ini?” tanya Alice sambil sarapan.

“Pagi hari tidak ada kelas.” Ellen menarik tangannya dan berkata, “Kak Alice, kita sudah sangat lama tidak pergi main, hari ini kebetulan ada waktu, temanilah aku jalan-jalan, ok?”

“Eh, eh, eh, jangan goyang, buburnya hampir tumpah.” Kata Alice.

Setelah melepaskan tangan Alice, Ellen melihat kesekeliling, “Hmm, kak Alice, mengapa Kak Robert tidak kelihatan?”

“Mungkin dia pergi melatih body guard, dihitung-hitung seharusnya dia sudah harus pulang.” Kata Alice.

“Melatih bodyguard? Waktu itu dirumah sakit dia masih mengatakan akan mengajariku ilmu jaga diri!” Ellen terpikiran dan mengatakannya.

Setelah latihan selesai, Robert tidak berkeringat sama sekali, dia tampak seperti biasa saja. Ini membuat bodyguard yang lain kaget.

Perlu diketahui bahwa Robert memimpin mereka jogging lalu lompat kodok, dan tidak istirahat sama sekali.

Bahkan kapten bodyguard, Tom yang mempunyai kemampuan paling tangguh saja juga sudah bernafas terengah-engah dan keringatan, mukanya merah dan kakinya lemas.

Dibandingkan dengan bodyguard lain yang kelelahan, Robert seolah tidak mengikuti latihan, para bodyguard lain mengelengkan kepalanya, perbedaan ini benar-benar besar sekali.

“Wah, kak Robert benar-benar tidak keringatan! Bagaimana caranya kamu melakukannya?” baru saja masuk ke villa, tangan Ellen sudah mendarat di badan Robert, dia meraba-raba badannya dengan penasaran.

Pagi hari begini dan baru saja selesai latihan, fisiknya sudah dalam kondisi puncak.

Robert juga adalah lelaki normal, sekali diraba-raba oleh Ellen, dia juga mulai merasa tidak tahan, bahkan celananya seolah menjadi tenda, untung saja saat ini dia sedang duduk makanya tidak begitu kelihatan.

Tapi sekalipun begitu, Robert juga merasa canggung, dari dulu selalu dia yang mempermainkan orang lain, hari ini malah adalah kebalikannya!

“Ellen, jaga image kamu.” Bahkan Alice aja tidak tahan melihatnya.

Setelah diingatkan oleh Alice, barulah Ellen sadar bahwa dia melakukan hal yang tidak pernah dilakukannya, yaitu meraba badan seorang lelaki, dia bergegas menarik tangannya, dan mukanya merah, dia tidak berani melihat Robert.

“Benar-benar memalukan!”

“Aduh, Ellen, apakah kamu masih ngantuk?”

“Mengapa kamu memegang Robert.......”

Semakin berpikir Ellen semakin malu, gadis memang mudah malu, bahkan telinganya saja juga sudah memerah.

“Latihan seperti ini tidak berasa bagiku, kecuali 10 kali lipat dari latihan seperti ini, jika tidak aku tidak akan keringatan.” Robert mengelengkan kepalanya, dan melihat ke Pengurus rumah tangga, Paman Sam, dan bertanya, “Paman Sam, bagaimana dengan alat latihan yang waktu itu aku kasih tahu kamu?”

“Tuan Menantu, aku sedang mengurusnya, estimasi sampai 2-3 hari lagi.” Jawab Paman Sam sambil tersenyum.

“baguslah kalau begitu.” Robert menganggukkan kepalanya.

Kecanggungan Ellen tidak menjadi bahan tawaan Robert, malah karena topik seriusnya membuat rasa canggungnya hilang, ini membuat Ellen merasa nyaman.

“Oh iya, Adik Ellen, mengapa kamu datang hari ini?” setelah menyadari bahwa suasana hatinya sudah pulih, barulah Robert bertanya kepadanya.

“Pagi hari tidak ada kelas, jadi aku datang untuk mengajak Kak Alice jalan-jalan.” Jawab Ellen.

Disaat ini, Alice telah selesai sarapan, dia menganggukan kepalanya penuh ketidak berdayaan, “Kebetulan sekali kamu datang, tidak begitu banyak hal yang perlu diurus di kantor hari ini, kalaupun ada juga masih bisa di undur nanti sore.”

“Bagus sekali! Kak Alice, Muah!” Ellen tersenyum.

Alice mendorongnya, dia tahu bahwa Ellen memang suka berdekatan dengan orang lain, dia sudah biasa, namun ini pertama kalinya dia melihat Ellen mendekati seorang lelaki.

Sekali berpikiran, Alice melirik lagi Robert yang sedang sarapan, lelaki ini sungguh akrab dengan wanita.

“Sekretaris Xu, tolong undur semua pekerjaanku hingga nanti sore.” Setelah bertelepon dengan sekretarisnya, Alice bersiap pergi bersama Ellen.

“Tunggu aku!”

Setelah selesai makan suapan bubur yang terakhir, Robert bergegas mengikutinya.

Alice malah tidak senang, “Aku akan jalan-jalan bersama Ellen, untuk apa kamu datang?”

“Jalan-jalan? Hal yang begitu bahaya, aku tentu saja harus mengikuti kalian.” Kata Robert dengan tegas.

“Jalan-jalan itu bahaya? Ditabrak oleh mobil atau terjatuh ke selokan?” Alice seolah mendengar lelucon yang paling lucu.

“Kamu pergi jalan-jalan, segala tempat di luar sana adalah tempat publik.” Robert menegaskan, “Aku sudah pernah memberitahu kamu, tempat publik lah yang paling mudah bertemu bahaya! Sebagai partnermu, aku wajib mengikutimu!”

“Alice, jangan manja, dengarkan kata Robert!” Anderson yang sedang membaca koran sengaja menekan kacamatanya dan sengaja berkata dengan intonasi tidak senang.

Ellen juga menarik tangan Alice, dan mengoyangkannya, “Iya, kak Alice, Kak Robert begitu hebat, ada dia disamping kita akan jauh lebih aman! Lagipula Kak Alice, kamu lihat baju kak Robert semuanya adalah baju lama, kita jalan-jalan dan sudah membeli semua baju, kalau tidak kita beli baju untuk Kak Robert saja kali ini, bagaimana menurutmu?”

Mendengar perkataannya, Alice juga merasa benar, mengenai pengikutan Robert juga tidak begitu ilfeel lagi.

Ini juga bukan salah dia, belakangan ini kemanapun Alice pergi, Robert terus saja mengikutinya dan membuatnya merasa tidak bebas.

Jika bukan karena kemampuan Robert benar-benar lihai, Alice sudah sejak awal mengusirnya.

“Ketika aku sedang mengobrol dengan Ellen, kamu tidak boleh ikut campur, apakah kamu dengar itu?” Alice memutuskan untuk membentuk peraturan dengan Robert terlebih dahulu.

“Baik, baik, baik, aku tidak akan ikut campur.” Kata Robert sambil tersenyum.

.......

Grand Avenue Mall.

Mobil Mercedez Benz berhenti diparkiran bawah tanah.

Grand Avenue Mall adalah sebuah pusat pembelanjaan super, setiap lantai nya ada district khusus setiap barang, banyak merek terkenal yang bekerja sama dengannya.

Tujuan utama kali ini adalah untuk membeli baju untuk Robert, oleh karena itu, Alice dan Ellen langsung naik ke lantai 4, tempat penjualan baju.

Armani, Chanel, dan lain-lain, merek terkenal di dalam negeri maupun luar negeri ada didalam sini, tipenya sangatlah banyak sekali.

Dan kebetulan karena pagi hari, lantai ini tidak begitu banyak pengunjug, hanya ada Robert dan mereka berdua saja.

“Kak Robert, cobalah baju ini!”

“Ini juga lumayan bagus!”

“Cepat ganti baju ini di ruang ganti, pasti ganteng sekali.”

Setiap kali Ellen melihat baju yang bagus, dia langsung menyuruh Robert untuk mencobanya, lalu dia akan menilainya, dan menyuruhnya mengganti yang baru.

Ganti baju yang terus menerus seperti ini sekalipun Robert yang mempunyai stamina yang tinggi juga merasa lelah.

Baju ditangannya juga sudah ada 20-30an dia sudah hampir tidak bisa memegangnya.

“Kak Robert, cobalah baju ini!” Ellen mengambil sebuah kemeja putih dan berkata sambil tersenyum.

“Adik Ellen, sepertinya sudah cukup, baju sebanyak ini sudah cukup untuk aku pakai selama 2-3 tahun! Lagi pula ini harus berapa banyak uang, ini semua baju bermerek!” kata Robert.

“Apa yang kamu takutkan? Ada kakak Alice disini, semua baju ini gratis! Jika tidak aku juga tidak akan mencari Kak Alice untuk jalan-jalan.” Kata Ellen sambil tersenyum.

“Dasar bocah, sudah kuduga.” Kata Alice, lalu dia berkata kepada Robert, “Cepat coba baju itu, aku juga merasa kemeja ini cocok untukmu.”

“Ini yang terakhir ya.” Bahkan Alice saja mengatakan cocok, ya sudah Robert mencobanya.

Ketika Robert masuk kedalam ruang ganti, Alice dan Ellen tengah mengobrol dan tersenyum.

Disaat ini, dari pojok sana terlihat beberapa anak muda yang terlihat seperti preman, yang berada paling depan memakai sebuah kacamata hitam, dan mengenakan jaket kulit, jalannya sangatlah sombong.

“Wah, boss, cepat lihat ada wanita cantik! Dan tidak hanya ada satu!” kata salah satu bawahannya yang berada dibelakangnya.

“Wanita cantik? Dimana?”

Taufik Liau melihat kearah yang ditunjuk oleh bawahannya, matanya sampai melotot, jika bisa bertemu salah satu wanita cantik seperti Alice atau Ellen saja sudah ajaib, apalagi sekarang sekaligus bertemu dua, seketika hatinya senang.

Taufik berjalan kehadapan mereka, “Eh, dua gadis cantik, aku merasa kita ditakdirkan untuk bertemu.”

“Mengapa?” Alice malas untuk meladenin mereka, hanya Ellen yang polos bertanya karena penasaran.

Taufik langsung menyadari bahwa Ellen lebih mudah untuk diajak mengobrol, dia berkata sambil tersenyum, “Bukankah ini adalah sebuah takdir bisa bertemu dengan kalian disini?”

“Oh.” Ellen langsung kehilangan penasarannya.

Cara mengajak ngobrol yang cacat seperti ini bahkan tidak bisa menarik perhatian Ellen, apalagi Alice, Alice berkata, “Kami sedang menunggu orang, bisakah kalian pergi ke tempat lain?”

“Cantik, perkataan kamu ini kurang tepat, tempat ini bukan milikmu, atas dasar apa kamu menyuruh kami pergi?” kata Taufik.

“Tempat ini memang adalah milik keluarganya.......”

Kata Ellen dengan suara kecil.

Tapi karena suaranya yang kecil, Taufik tidak mendengarkannya, Taufik tahu Alice susah untuk diajak ngobrol, jadi dia berfokus ke Ellen, “Adik kecil, ini adalah sebuah takdir untuk bertemu denganmu, kakak traktir kamu minum arak!”

“Aku tidak pernah minum arak.” Kata Ellen sambil mengelengkan kepalanya.

“Kebetulan sekali, aku bisa mengajarimu!” sambil berkata, Taufik mengulurkan tangannya dan akan memegang pipi Ellen.

“Minggir!”

Ellen mendorong Taufik dengan kedua tangannya, karena tidak siaga, Taufik hampir terjatuh kelantai, untung saja ada para bawahannya.

“Lumayan besar juga tenagamu, adik kecil, awalnya aku ingin mengundang kalian berdua untuk minum arak, tapi karena kalian tidak menerimanya, jangan salahkan aku jika aku bertindak kasar!”

Taufik melambaikan tangannya, “Kawan-kawan, apalagi yang kalian tunggu? Cepat undang kedua gadis cantik ini minum arak.”

Taufik sangat terkenal disini, dia bahkan mengenal satpam disini, dan ini juga pagi hari, orang didalam mall sangatlah sedikit, hanya ada beberapa karyawan wanita, ketika bertemu dengan hal seperti ini, mereka juga tidak berani angkat bicara.

Oleh karena itu, Taufik tidaklah takut.

Jika melewatkan dua wanita cantik seperti ini akan susah lagi untuk menemukannya lagi.

Para bawahannya mengelilingi Alice dan Ellen dengan senyuman mesum, mereka tidak terburu-buru untuk beraksi, mereka melihat tampang kedua wanita cantik yang ketakutan.

Mereka berdua tentu saja tidak akan duduk diam, terutama Ellen, sekali dikelilingi, dia merasa tidak aman, dia mengambil tasnya dan memukul orang, namun karena terlalu tegang, kakinya terseleo dan terjatuh dilantai.

“Adik kecil, aku bantu kamu berdiri.” Taufik tersenyum bahagia, dia ingin sekaligus melancarkan aksinya.

Krak, Krak!

Disaat ini, tiba-tiba ada sebuah tangan yang memegang pundak Taufik!

Tangannya mengeluarkan tenaga dan membuat tulang bahu Taufik retak, Taufik kesakitan hingga mengeluarkan air mata, disaat yang bersamaan, terdengar suara yang berbunyi dari samping telinga Taufik, “Beraninya kamu mempermainkan kedua istriku, apakah kamu menanyakan izin kepadaku?”

Novel Terkait

My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu