My Tough Bodyguard - Bab 296 10 Detik Terakhir!

Robert dan Maggie menghela napas lega.

Smith dan John yang jauh berada di Amerika pun menampakkan ekspresi senyum, "Selamat, Wind Stalker sayang."

"Terima kasih juga untuk kalian," kata Robert tak lupa berterima kasih.

Ia segera membongkar bom dari tubuh Maggie, meletakkan bom itu di tanah dengan hati-hati, lalu melepaskan ikatan Maggie.

Maggie berdiri dan melenturkan badannya sejenak, ia merasa bagai hidup baru. Matanya menatap Robert, "Robert, terima kasih banyak untuk yang kali ini," katanya dengan penuh syukur.

"Kita adalah teman, tidak perlu berterima kasih. Kalau kau mau membalas budi, cukup kurangi merepotkanku," kata Robert sambil tertawa.

Maggie mendengus ringan, "Kau 'kan tidak berbuat jahat, bagaimana mungkin aku merepotkanmu? Apa kau pikir aku senang?"

Melihat ekspresi lega pada wajah dua orang itu, raut muka Smith dan John malah jadi muram.

"Wind Stalker sayang, ada satu lagi yang belum diselesaikan. Kupikir kamu perlu mengetahui hal ini," ujar John.

"Hah? Hal apa?" tanya Robert.

"Walaupun mesin penghitung waktu pada bom telah berhenti, tapi itu tidak berarti kalian aman." Smith berkata dengan serius, "Jenis bom ini, kalaupun kamu berhasil memotong kabelnya, tapi masih ada satu kabel biru. Selama kabel biru ini masih ada, bom itu bisa meledak."

Begitu Maggie mendengarnya, ekspresinya sontak berubah, "Kalau begitu potong kabel birunya, bisa?"

"Tidak boleh! Sama sekali tidak boleh!" Smith menggeleng, "Kabel biru ini sama sekali tidak boleh dipotong, kalau tidak bom akan langsung meledak!"

"Lalu bagaimana?" tanya Maggie segera.

"Ada dua cara. Pertama, segera tinggalkan tempat itu, lalu suruh ahli bom CBD untuk melakukan penjinakan. Yang kedua, temukan pemicu bomnya, jangan biarkan Watt meledakkannya," saran Smith.

Smith mendengar percakapan Watt dan Robert tadi. Ia tahu Watt-lah pembunuh dalam kasus ini.

Sebagai penanggung jawab tim penjinak bom Amerika, ia tentu tahu kalau pelaku peledakannya adalah Giggs, beserta muridnya, Watt.

Robert mengangguk-angguk, "Terima kasih banyak, Smith, John. Aku berhutang pada kalian."

"Sama-sama. Kita adalah mitra, sudah seharusnya begitu. Semoga beruntung, kami menunggu berita baik darimu, Wind Stalker sayang."

Setelah mematikan video call, Robert melihat ke sudut lain ruangan.

Duel Sendy dan Watt telah memasuki babak akhir.

Kekuatan Sendy, bahkan di dalam Pasukan Binatang Buas pun, termasuk dalam peringkat 20 teratas. Watt tentu saja bukan tandingannya. Tidak sampai 10 manuver, Watt sudah mulai kewalahan, ia terus berada di posisi lemah.

Akhirnya, pertahanan Watt roboh. Sendy mengangkat dan memukul kepalanya hingga berdarah. Watt sekarat, ia terbaring di atas lantai seperti seekor anjing.

"Demi harga diri Giggs, gurumu, aku memberimu satu kesempatan hidup. Aku tidak membunuhmu dulu. Tapi, kalau kakakku tidak mengizinkanmu hidup, bahkan permohonan ampun dari gurumu pun tak akan bisa menyelamatkanmu!"

Sendy mendengus. Ia menyingkirkan mode duel dan kembali pada mode orang normal.

Maggie membelalakkan matanya dengan kaget. Sama seperti Robert, sejak tadi ia hanya berfokus pada bom di tubuhnya dan tidak memperhatikan pertarungan di sisi lain ruangan itu.

Ia baru menyadari kalau seisi ruangan telah hancur, dinding dan lantainya dipenuhi lubang.

Pertarungan macam apa ini!

Duel tanpa senjata bisa menyebabkan kehancuran sebesar ini?

Maggie bahkan tak bisa memercayai penglihatannya.

"Kakak, Watt menyuruhku menghabisinya. Masih ada sehembus napas, bunuh atau biarkan?" tanya Sendy.

"Bunuh," jawab Robert langsung.

"Lalu bagaimana dengan Giggs di sana?" tanya Sendy.

"Kalau ia tidak terima, suruh Lion datang dan bunuh bersama," jawab Robert ringan.

Lion adalah wakil ketua Pasukan Binatang Buas. Ia terkenal akan kebengisannya, kekuatannya tidak kalah dengan Robert.

"Baik," Sendy mengambil sebilah pisau lipat dan berjalan menuju Watt.

"Tunggu!"

Tiba-tiba, Maggie berteriak, "Berhenti, jangan bunuh dia!"

"Kenapa?" Sendy bingung.

Robert juga menatapnya.

"Kenapa? Aku yang mau bertanya padamu, kenapa!" wajah Maggie merah padam, tampak jelas kalau emosinya sedang memuncak, "Tolong, ini adalah CBD. Kalian punya dasar hukum atau tidak, sih!"

"Apa ada masalah dengan membunuhnya?" tanya Sendy benar-benar tak mengerti.

"Dia sudah tak punya kekuatan untuk melawan. Selanjutnya kirim saja dia ke pengadilan, biar hukum yang memprosesnya! Kalau kalian membunuhnya di sini, maka itu adalah tindakan main hakim sendiri. Hukum tidak mengizinkannya!" kata Maggie serius.

"Bahaya jika kita membiarkan orang ini. Menurutku, lebih baik kita membunuhnya," ujar Sendy.

Maggie marah, "Aku sudah bilang, hukum melarangnya!!"

"Kakakku bilang bunuh, maka orang ini harus mati, kecuali kalau Kakak mengoreksi ucapannya. Lagipula tidak ada orang yang melihat. Bilang saja kalau aku tidak sengaja membunuhnya saat bertarung tadi," jawab Sendy cuek.

Maggie menatap Robert.

Robert menoleh ke arah jendela, "Lupakan, turuti kata Maggie," katanya tenang.

"Kakak, kita benar-benar membebaskannya?" Sendy sedikit ragu.

"Membebaskannya? Apa maksudmu! Perbuatan kriminal Watt ini cukup untuk membuatnya dibui seumur hidup!" seru Maggie dengan sangat yakin.

"Penjara CBD tidak mampu menahannya. Sayang sekali kalau tidak membunuhnya sekarang," Robert menggeleng, "Tapi, kita tetap dengarkan apa kata Maggie, jangan menambah masalah lagi. Ada drone di luar jendela."

Bagi Robert, membunuh Watt atau tidak, bukanlah hal yang wajib dilakukan.

Kalau sampai perbuatannya membunuh Watt diketahui pihak kepolisian, Sendy pasti tak bisa kabur dari tanggung jawabnya. Paling tidak, ia tak akan bisa tinggal di Jiang Cheng lagi.

Ia masih membutuhkan bantuan Sendy untuk saat ini. Sendy tak boleh berurusan dengan polisi.

Begitu mendengarnya, Sendy langsung melihat ke arah jendela. Benar saja, drone milik polisi berhenti di depan jendela ruangan mereka dan merekam semuanya.

Sendy langsung menyimpan pisaunya tanpa berkata apa-apa lagi. Ia membuka tangan kosongnya lebar-lebar dan menampakkan senyum tulus untuk menunjukkan bahwa ia tidak bersalah.

Di luar ruangan, pihak kepolisian sedang memperhatikan semua yang terjadi di dalam sana.

"Ternyata tubuh ketua Fang diikat dengan peledak!"

"Ini semua berkat Robert!"

"Benar. Kalau tidak, ketua Fang pasti berada dalam bahaya, " komentar para polisi satu demi satu.

Mereka terkejut melihat arena duel Sendy dan Watt.

"Sebegini hebatnya?"

"Ya, Tuhan, apa dia manusia?"

"Pertarungan macam apa ini!"

Para polisi terpana.

Saat mengetahui bahwa Sendy hendak menghabisi nyawa Watt yang sudah tak mampu melawan lagi, mereka melihatnya dengan pandangan dingin.

Kalau sampai Sendy benar-benar membunuh Watt di hadapan para polisi, maka mereka harus menangkapnya.

Walaupun tidak sampai dihukum mati, tapi hukuman belasan tahun penjara tak dapat dihindari.

Namun akhirnya Sendy menyimpan pisau lipat itu, bahkan menampilkan senyum tak bersalah di depan drone hingga membuat semua polisi tertawa.

"Anak ini, dia baru berhenti setelah melihat drone!"

"Licik sekali."

"Kalau dia sampai berani bertindak, kita tangkap dia!" omel para polisi.

Hanya Andrick yang menampakkan ekspresi tak senang. Dalam hati ia mengharapkan Sendy untuk membunuh Watt. Dengan begitu, Watt akan mati dan Sendy ditangkap.

Begitu Sendy ditangkap, kekuatan Mad Knife Gang akan berkurang banyak.

Ini akan membawa manfaat bagi kestabilan kota Jiang Cheng.

Sayang sekali kalau akhirnya Sendy tidak jadi bertindak. Andrick merasa sedikit kecewa.

Ia melambaikan tangannya dan berkata, "Masuk dan tangkap dia!"

"Baik!" Bagai baru terbangun dari mimpi, para polisi pun bergerak masuk ke dalam gedung.

...

Di dalam ruangan.

Sendy menyimpan pisaunya dan berjalan mendekati Maggie dan Robert, "Kakak, apa masalahmu juga sudah terselesaikan?"

"Ya, dia sudah selamat, tapi masalah belum sepenuhnya selesai," kata Robert sambil memegang dagunya.

"Ah, kau..." seru Maggie.

Robert menoleh, dan mendapati Sendy sedang memungut bom, menimbang-nimbangnya di tangan dengan setengah gerakan melempar. Ia memainkannya berulang kali.

Sambil bermain, Sendy tertawa, "Kau memang pantas dipanggil kakak, kalau aku yang melakukannya, pasti gagal."

Robert tidak menanggapinya, Sendy melirik. Dilihatnya ekspresi Robert dan Maggie yang tampak tak bagus, "Kenapa?" tanyanya heran.

"Cepat letakkan," kata Robert serius sambil memelototi bom di tangan Sendy.

"Bukankah bom ini sudah dijinakkan? Sudah tidak berbahaya, 'kan? Kakak ini ketakutan sekali," Sendy tertawa cuek.

"Dia belum selesai dijinakkan..." kata Robert dengan suara rendah.

Bom itu mendarat kembali di telapak tangannya. Kali ini, Sendy tak berani memainkannya lagi. Ia tidak memegangnya, juga tidak melemparnya. Wajahnya berkeringat seperti ubi rebus, "Kakak, jangan menakutiku. Ini tidak boleh dijadikan gurauan."

Maggie dengan cepat mengulang kata-kata Smith tadi.

Begitu mendengarnya, Sendy menghembuskan napas lega, "Kukira bakal separah apa. Ah, masalah kecil saja, asal pemicunya tidak ditekan, bom tidak akan meledak. Watt sudah kuhabisi jadi kepala babi..."

Belum selesai ia bicara, wajahnya langsung memucat, matanya juga membelalak.

Karena ia melihat Watt yang sudah dihabisinya sampai kehilangan kesadaran, tiba-tiba sekarang bangkit dari lantai.

Pemicu itu, tepat berada di tangan Watt!!!

Suasana tiba-tiba menegang!

Robert, Maggie, dan Sendy seperti kedatangan musuh besar!

"Kalian tidak menyangka, 'kan? Iya, 'kan?" Watt tersenyum sambil mengusap darah di sudut bibirnya, "Mari kita mati bersama!"

Klik!

Dia menekan tombol pemicu!

Tit!

Tit, tit, tit!

Bom di tangan Sendy tiba-tiba mengeluarkan bunyi alarm.

Mesin penghitung waktu yang semula menunjukkan angka 8 menit 41 detik, tiba-tiba berubah menjadi 10 detik!

Tinggal 10 detik lagi dan bom akan meledak!

Wajah Maggie langsung pucat pasi.

Kekuatan bom ini mampu menghancurkan seisi gedung!

Ia tak berani membayangkan akibat yang bakal ditimbulkannya!

Robert menarik napas panjang. Plok, tangannya terkatup, katanya dengan cepat, "Cepat buang!"

Dalam keadaan genting, ia harus menggunakan kemampuan terlarang. Walaupun ada risiko serangan balasan dari virus S, ia mau tak mau melakukannya.

"Tidak boleh, Kak, virus baru saja stabil. Sebelum aku berangkat dari Rusia, Hellen berulang kali memperingatkanku. Kalau tidak mendesak sekali, tidak boleh menggunakan kemampuan terlarang!" kata Sendy buru-buru, ekspresinya berubah.

"Sekarang adalah waktu yang sangat mendesak!" ucap Robert.

Sebagai rekan setimnya, ia tentu tahu betapa menakutkan energi yang tersimpan dalam tubuh Robert.

Ia juga tahu, Robert pasti akan kesakitan begitu menggunakan kemampuan terlarang dan diserang oleh virus S.

Sendy memberanikan diri berteriak, "Kakak, aku tak akan membiarkanmu mendapat masalah!" Begitu selesai mengatakannya, Sendy langsung menerobos jendela. Pyar! Ia memecahkan kaca dan melompat terjun!!

Novel Terkait

Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
5 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu