My Tough Bodyguard - Bab 411 Dimodusin Artis Terkenal?

“Kenapa?”

Melihat reaksi Robert, Camila malah merasa keheranan, “Apakah ada masalah dengan Kota Yan Jing?”

“Maaf, untuk sementara aku tidak berencana ke Kota Yan Jing.” Robert berkata sambil menggelengkan kepala.

Mendengar perkataan itu, Camila Shen pun membalikkan bola mata, dan berkata sambil tersenyum kecil: “Dengarlah apa yang kamu katakan, aku tidak memintamu bekerja dan berkembang di Kota Yan Jing kok, hanya pergi sebentar saja, karena peralatan rekam tercanggih milik perusahaan ada disana, tentu saja harus menyelesaikan rekaman disana.”

“Tidak bisa, karena alasan pribadi, aku tidak bisa pergi ke Kota Yan Jing.” Robert berkata serius.

“Kenapa?” Camila mulai penasaran. Dia menyadari sepertinya laki-laki itu menyimpan sebuah rahasia.

“Tidak leluasa untuk dikatakan.” Robert tersenyum pahit.

Yang Jing adalah ibukota CBD Groups, adalah pusat dari pemerintahan, kebudayaan dan bisnis di seluruh negara.

Dan 3 tahun yang lalu, Robert adalah sebuah kunci di dalam pasukan tentara Yan Jing, mendapatkan julukan White Dog dan penghargaan sebagai orang peringkat pertama dalam ketentaraan. Dia adalah salah satu dari beberapa orang yang paling mengundang perhatian di atas panggung Kota Yan Jing.

Hingga saat masalah itu terjadi, semua penghargaan Robert dirampas pergi. Dia harus melihat teman-temannya mengorbankan diri demi melindunginya saat melarikan diri, tidak berdaya bagai seekor hewan terkurung di pusat padang gurun bersuhu 700 C itu.

Setiap kali teringat masa lalu, hati Robert terasa sangat terpukul, penderitaan yang dibawakan Virus S padanya menjadi berlipat ganda.

Kehancuran Tim Sharp Blade terjadi karena terjadi kebocoran informasi, dan ada orang yang melakukan manipulasi senjata di belakang. Alhasil anggota-anggota tim harus bertanding tanpa mengandalkan apapun.

Kelihatan jelas bocornya informasi berkaitan erat dengan Kota Yan Jing, soal siapa yang melakukannya, Robert belum tahu jelas. Tetapi yang bisa dipastikan adalah, orang itu pasti masih bersembunyi di Yan Jing, bagai seekor ular berbisa.

Yan Jing.. Itu adalah tempat yang menampung semua cinta, kebencian dan dendam Robert. Dia pasti akan kembali, tetapi tidak sekarang, karena memang belum saatnya.

Tetapi.

Menghadapi pertanyaan Camila, mana mungkin Robert menceritakan semuanya?

Tidak tidur selama bermalam-malam, hanya mengandalkan semangat balas dendam untuk terus hidup. Pengalaman-pengalaman seperti itu mana mungkin diceritakan pada anak perempuan yang demi menjaga keindahan tubuh, yang paling dipusingkan setiap hari adalah tidak makan cukup kenyang?

Dan hubungan mereka berdua pun belum sampai pada tahap bisa berbicara terus terang padanya.

Oleh karena itu, Robert berusaha memajang senyum di wajah, berkata: “Maaf Camila, untuk sementara aku sungguh tidak bisa pergi ke Yan Jing.

Membahas soal Yan Jing, reaksi Robert telah memancing rasa penasaran dalam hati Camila. Berkali-kali ingin berbicara tetapi diurungkan, dia ingin sekali bertanya, tetapi setelah dipikir-pikir, tetap saja tidak berhasil diucapkan.

“Kalau begitu……bagaimana dengan Kota Jingzhou?” Camila Shen tidak ingin melepaskan Robert begitu saja, setelah berpikir sesaat pun bertanya.

“Bukankah semua peralatan rekam kalian ada di Yan Jing?” Robert bertanya kembali.

“Bagaimanapun juga Jingzhou adalah kota besar di Provinsi Y, jika memang tidak ada cara lain, kita cari saja sebuah studio rekaman yang cocok.” Camila menjelaskan sambil membalikkan bola mata.

“Ternyata begitu.” Akhirnya Robert mengerti.

“Bagaimana, kali ini jangan katakana tidak bisa pergi ke Jingzhou juga loh.” Camila berkata sambil tersenyum.

“Hmmm, bisakah mencari studio rekaman di Kota Jiang Cheng saja?”

Camila merapatkan bibir dengan sedikit kesal: “Tidak bisa, Jiang Cheng hanyalah sebuah kota kecil. Meskipun memang ada studio rekaman, tetapi kualitas peralatannya tidak terjamin, hasil rekamannya nanti pun tidak akan memuaskan pasar.”

“Baik, baik, baik. Aku mengerti, bukankah tinggal ke Jingzhou saja. Asalkan bukan ke Yan Jing, ke tempat lain yang jauh lebih beresiko pun aku temani.” Robert segera mengangkat tangan melakukan penyerahan.

“Begini baru benar, sepakat ya.” Camila tersenyum kecil, lalu mengeluarkan sebuah handphone dari tas, berjalan ke depan jendela dan menelepon seseorang.

Sekalipun tidak nguping, Robert bisa menebak telepon itu pasti ditujukan pada perusahaan perantara. Artis terkenal seperti Camila Shen pasti memiliki banyak tim di sekitar, banyak hal yang tidak bisa diputuskan sendiri.

Setelah berkata panjang lebar dengan ramah, barulah Camila menutup telepon itu, menghela nafas dan menampakkan senyum manis: “Sudah, aku sudah koordinasi dengan pihak perusahaan, setelah ini, kita cukup berangkat ke Jingzhou saja.”

“Kapan berangkatnya?” Robert bertanya.

“Tentu saja lebih cepat lebih baik.” Camila menjawab.

“Baik.” Robert menganggukkan kepala, langsung memanggil Vanessa Yang masuk untuk memberi pesan padanya.

Begitu masuk, Vanessa langsung melihat Camila Shen disana. Saat ini Camila sudah melepaskan kacamata hitam dan maskernya, Vanessa dapat mengenalinya dengan sangat mudah, sontak terkejut, berkata dengan ekspresi senang sekaligus kaget: ”Kamu……Camila Shen?!”

Ini sungguh di luar dugaan.

Vanessa ditugaskan untuk melayani Camila, selama menyambut dan melayani, dia selalu merasa sangat familiar dengan tamu itu, terasa seperti cukup dekat dengannya, tetapi tidak pernah memikirkan ke arah artis terkenal.

Benar juga jika dipikir-pikir, seorang artis terkenal mana mungkin muncul di sebuah perusahaan farmasi.

Tetapi inilah kenyataan, selalu dipenuhi kejutan dan hal-hal tidak terduga.

Melihat perempuan cantik yang biasanya hanya muncul di TV itu kini berdiri dengan nyata di depan mata, Vanessa merasa seperti sedang mimpi.

Jika ini memang mimpi, maka lebih baik jangan bangun. Vanessa berpikir dalam hati.

Camila malah sudah sangat terbiasa dengan reaksi seperti yang diberikan Vanessa, hal itu sangat wajar. Sebagai salah satu artis papan atas terkenal saat ini, dia sudah sering mendengar teriakan penggemar yang tidak terbatas jumlahnya.

Camila hanya memberikan sebuah senyuman kecil, “Apa kabar.”

Vanessa sudah tidak tahu harus berkata apa, hanya merasa sangat heboh. Meskipun usia Vanessa 3 tahun lebih tua dari Camila, tetapi usia tidak pernah menjadi sebuah masalah.

Robert menegakkan posisi duduk, memperkenalkan masing-masing dari mereka dengan singkat, lalu tersenyum pada Camila: “Camila, ini teman lamaku, dia adalah penggemar setiamu, bagaimana, maukah foto bersama dengannya?”

“Bolehkah?” Vanessa bertanya dengan gembira.

“Tentu saja.” Camila Shen berinisiatif berdiri di samping Vanessa, sambil menggandeng lengannya dengan akrab.

Robert pun menerima handphone dari tangan Vanessa, ‘kha…kha….kha…’, mengambil foto dari berbagai sudut berbeda.

Setelah foto-foto berakhir, Vanessa masih meminta beberapa tandatangan darinya. Hingga ketika Robert memberi isyarat untuk berhenti, barulah dia menghentikan semuanya dengan tidak rela.

Vanessa juga tahu ada yang ingin dibahas Robert bersama Camila, maka tidak berencana menganggu terlalu lama. Setelah menerima pekerjaan-pekerjaan yang dipesankan, dia pun pergi dengan tahu diri, tetapi sebelum pergi, masih saja memberi sebuah tatapan dalam pada Robert.

Teman lamanya yang satu ini terasa semakin misterius, hingga artis terkenal seperti Camila Shen saja dia kenal, sungguh tidak bisa dipercaya.

Berpikir demikian, Vanessa lagi-lagi merasa tidak mengerti, meskipun Robert sudah menjadi Wakil Direktur Perusahaan Besar Mo, tetapi dengan identitas setingkat itu, masih saja tidak cukup logis untuk bisa bergaul dengan Camila Shen.

Sebenarnya ada apa?

Bagaimanapun Vanessa Yang tetap merasa tidak mengerti.

“Terima kasih banyak, Camila.” Setelah Vanessa pergi, Robert berkata sambil tersenyum pahit.

Energi seorang artis terkenal sangatlah terbatas, selain foto bersama, Vanessa masih terus meminta tanda tangan yang banyak, sebenarnya cukup mengganggu waktunya. Tetapi dari awal hingga akhir, Camila malah sama sekali tidak menunjukkan ekspresi risih.

Itu semua bukan dibuat-buat, dan terlihat jelas dengan bantuan teknik ‘Focus’.

“Tidak masalah kok, karena dia temanmu, meminta lebih banyak pun terasa tidak berlebihan kok. Dan sebelumnya dia telah melayaniku dengan sangat baik, memberi kesan yang baik padaku.” Camila berkata dengan senyuman manis di bibir.

Selesai berkata, Camila pun memakai kembali kacamata dan masker, menggulung rambut ke atas dan menutupnya dengan topi.

Dengan begitu, Camila kembali seperti penampilan sebelumnya. Dia menutupi diri dengan rapat, hingga susah dikenali oleh orang-orang, dan demi menghindari kepungan orang-orang di jalan.

“Ayo kita jalan.” Camila melihat sekilas jam tangan di pergelangan.

Keduanya berjalan keluar Gedung Perusahaan Besar Mo, naik ke sebuah mobil Maserati milik Camila.

Robert duduk di posisi setir, menghidupkan mesin dan melaju ke arah jalan tol.

Jarak Jiang Cheng dan Jingzhou tidak terlalu jauh, jika melewati tol, hanya diperlukan waktu 2 jam untuk tiba.

Provinsi Y adalah provinsi yang relatif lebih maju di seluruh negara. Biarpun Shanghai yang maju dalam bidang transaksi pelabuhan dan pariwisata, ataupun Jiang Cheng yang terkenal dengan pusat bisnisnya, dapat memberikan GDP yang sangat besar bagi Provinsi Y.

Tetapi jika berbicara soal besarnya jasa terhadap GDP, tidak ada kota lain di Provinsi Y yang bisa dibandingkan dengan Jingzhou.

Di satu sisi, Jingzhou menduduki letak geografis yang sangat strategis, tepatnya berada pada pusat Provinsi Y, tersambung dengan semua jalur, dan memiliki kondisi perbisnisan yang sangat maju.

Di sisi lain, dikarenakan termasuk kota besar, investasi pemerintah di Jingzhou relatif lebih besar dari kota-kota kecil lainnya. Infrastruktur kota, sistem pemerintahan, pendidikan, rumah sakit dan transportasi disana menempati peringkat-peringkat tertinggi di Provinsi Y, bahkan di tingkat negara.

Hal ini terasa jelas saat Robert mengemudi memasuki Kota Jingzhou.

Sekalipun masih di pinggiran kota, gedung dan bangunan tinggi tetap dapat ditemui. Ada juga pabrik-pabrik yang sedang dibangun dimana-mana, seisi kota memancarkan suasana penuh kejayaan.

Dibandingkan dengan Kota Jingzhou, Jiang Cheng kalah banyak dalam segi ini. Begitu tiba di pinggir kota, meski banyak ditemui penghijauan, akan tetapi gedung dan bangunan tinggi hampir tidak dapat ditemui. Yang tersebar disana hanyalah rumah-rumah penduduk, yang ekonominya setingkat lebih rendah.

Dan Jiang Cheng juga termasuk sebuah kota yang cukup besar, tetapi relatif lebih kecil dibandingkan Jingzhou.

Terdapat 5 daerah bagian di Kota Jingzhou. Seluruh isi Jiang Cheng, ditambah dengan bagian pinggirnya, tetap saja tidak mungkin dibandingkan dengan salah satu daerah di Jingzhou.

Maserati melaju memasuki pusat kota, pada akhirnya berhenti di depan sebuah hotel bintang lima.

Dengan pelan Camila Shen menuruni mobil. Sebagai seorang artis terkenal, berada di tempat umum seperti itu mudah sekali memancing gangguan dari luar, dan menjaga penampilan adalah hal paling pokok baginya.

Oleh karena itu, meskipun sudah memakai kacamata dan masker, demi mencegah segala sesuatu yang tidak diinginkan, dia segera berdiri di belakang Robert agar tidak terlalu mencolok di mata orang-orang.

Setelah memesan 2 kamar, dan mengantar Camila ke kamarnya, Robert pun masuk ke kamarnya sendiri. Hanya membersihkan badan dengan singkat, dia pun mulai merebahkan diri di ranjang sambil mempelajari peta Kota Jingzhou. Ini adalah salah satu kebiasaan Robert.

Sesampainya di tempat baru, hal pertama yang dilakukan Robert Qiu adalah mengamati peta dan berbagai sumber, demi memahami kondisi di tempat itu.

Tidak lama kemudian, terdengar suara ketukan pintu, Robert mengangkat kepala melihat sekilas ke arah pintu. Sudah jam segini, hanya Camila yang mungkin mengetuk pintunya, apakah……artis terkenal itu ingin modus pada dirinya? Agar menjadi lebih kaya dan terkenal?

Berpikir demikian,Robert pun merasa kesal, memangnya di mata Camila, dia orang yang bisa menerima perlakuan seperti itu? Ini sungguh merendahkan dia!

Kekayaan tidak akan membuat imannya goyah, kekuasaan tidak akan membuat hatinya lemah. Memangnya dengan memiliki wajah cantik saja Camila bisa memanfaatkan kesempatan untuk modus? Memangnya artis-artis terkenal selalu mengincar laki-laki muda dan tampan sepertinya?

Hm, mimpi saja!

Dia bukan laki-laki sembarangan seperti itu!

Suara ketukan pintu masih terus terdengar, tadinya Robert tidak ingin menghiraukannya, dengan tidak masuknya Camila Shen, maka modus-modus itu tidak akan pernah ada.

Tetapi malah merasa marah dibuatnya. Tidak bisa begini, dia harus memberitahu Camila bahwa tidak semua laki-laki di dunia ini sama seperti yang dia bayangkan!

Berpikir demikian, Robert pun berdiri, melangkah cepat ke arah pintu. Karena malas melihat dari lubang pintu lagi, dia pun langsung membuka pintu itu, dan tersenyum menggoda: “Camila, aku sudah menyiapkan anggur merah loh, sedang menunggumu datang…..hm?”

Setelah melihat jelas wajah orang yang datang, senyuman di wajah Robert pun menjadi kaku: “Kenapa malah kamu?”

“Robert, lama tidak berjumpa.” Tamu yang datang tersenyum kecil dan berkata dengan suara pelan.

Novel Terkait

Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu