My Tough Bodyguard - Bab 138 Bisa Temani Aku Minum?

Sore itu, Robert datang ke perusahaan Mo.

Direktur keuangan Stella Bai sedang izin. Robert juga meminta izin setengah hari demi menjaga Jessy yang terkena racun. Kerjaan pasti sudah menumpuk.

"Hai, manager Qiu."

"Manager Qiu, sore."

Para staf bergantian menyapanya, ekspresi mereka aneh dan berbeda-beda.

Semalam terjadi kericuhan saat Robert berada di depan hotel The Arch, walaupun berhasil ditenangkan oleh keluarga Cheng, tapi tetap saja beberapa kabar kecil sudah sempat tersebar.

Diantaranya yang terparah adalah hubungan antara Robert dan Alice!

Ini langsung membuat staf-staf perusahaan Mo kaget.

Awalnya mereka semua mengira, Robert dan Alice adalah saudara sepupu.

Tapi nyatanya mereka berpacaran, dan akan bertunangan di akhir bulan ini.

Robert yang dari staf biasa hingga menjadi manager keuangan, semua orang pun merasa prosesnya cukup cepat. Kali ini, Robert langsung naik roket, menjadi menantu perusahaan Mo.

Seluruh perusahaan sedang merundingkan hal ini, perhatian kepada Robert pun meningkat.

Staf-staf yang menghormati Robert semuanya pun bersemangat, sedangkan sekelompok kecil yang tidak menyukainya pun berhati-hati, mereka takut Robert akan membalas mereka.

Staf yang memiliki suasana hati yang paling kacau saat ini mungkin adalah Hugo.

"Sialan!"

"Direktur Mo... pacar Robert?"

"Bagaimana mungkin!"

Hugo memegang dadanya yang terasa sakit.

Alice adalah wanita idamannya, sebulan yang lalu, dia dan Robert taruhan, tapi hasilnya dia kalah dan malu karena dihukum.

Dia memilih untuk tetap bekerja di perusahaan Mo karena tidak rela melepaskan Alice.

Tapi hasilnya.

Alice malah jadi pacar Robert???

Kabar ini terasa seperti sambaran petir, Hugo sama sekali tidak bisa percaya dan tidak bisa terima.

Tapi kenyataan sudah terpampang di depan mata, tidak peduli apakah dia percaya atau tidak.

Pagi itu, Hugo pun menyerahkan surat pengunduran dirinya. Wanita idamannya malah menjadi pacar musuhnya, tidak ada lagi yang lebih memalukan selain ini. Hugo tidak bisa bertahan lagi disini.

……

Robert tentu tidak mengetahui kejadian ini.

Saat berjalan di depan lift, Robert pun melihat sesosok orang yang dikenalinya, dia adalah Alice.

"Kenapa, kamu sudah antar pacar pembunuhmu itu?" Alice mulai mengomel.

Alice tidak suka dengan Jessy.

Walaupun Jessy sudah membantu keluarga Mo, tapi Alice tahu, Jessy membantu hanya demi Robert, kalau tidak, Jessy pasti tidak mempedulikan keluarga Mo.

Lagipula, Alice tahu, Jessy berada di pihak lawan.

Dan demi Robert, dia berkhianat kepada organisasinya.

Setelah mengetahui hal ini, Alice pun semakin benci dengan Jessy, wanita apaan!

Tapi yang paling membuat Alice marah adalah si bajingan Robert ini, kalau bukan dia yang memancing, mana mungkin ada wanita yang datang sendiri.

Mengingat hal ini, Alice pun merasa jengkel.

Mereka belum tunangan, bajingan ini sudah seberani ini, bagaimana nanti setelah tunangan, akan jadi seperti apa kehidupan mereka?

Robert harus segera mengurus kerjaannya, melihat ekspresi Alice yang tidak berniat baik, dia pun tidak mempedulikannya, langsung berjalan masuk ke dalam lift dan menekan tombol penutup pintu lift, meninggalkan Alice yang masih berdiri di luar.

"Bajingan!"

"Tunggu pembalasanku!"

Alice sangat emosi.

Staf-staf lain juga melihat keadaan itu, mereka pun tersenyum pahit, direktur Mo yang biasanya cool dan sombong juga bisa terjatuh ke dalam romansa percintaan.

……

Bagian keuangan.

Pandangan mata para staf wanita juga aneh, terlihat jelas mereka pasti sudah mendengar kabar kalau Robert adalah pacar Alice.

Robert belum duduk lama di ruang kerjanya, Gwendolyn pun datang menyajikan teh untuknya, lalu tersenyum dan berkata: "Manager Qiu, kamu jago rahasia juga ya, kali ini aku datang mewakili yang lainnya, untuk menanyakan kebenaran gosip ini."

Robert pun merasa pasrah dan berkata: "Apa yang perlu ditanyakan."

"Harus bagaimana lagi, kabar ini terlalu heboh, kamu juga tahu di grup staf perusahaan, semua orang sedang membicarakan tentang hal ini, hampir semua staf ikut bergosip." Kata Gwendolyn.

Robert masih bersikap tenang: "Hingga hari ini, hal apa yang tidak menarik perhatian orang-orang kalau itu mengenai aku? Biasa saja."

"Manager Qiu, ceritain dong! Kamu kan manager keuangan, lagipula nanti akan diumumkan juga, semua rekan-rekan ingin dengar, kamu anggap saja ini hak khusus untuk staf-staf keuangan." Kata Gwendolyn yang sudah menggebu-gebu ingin mendengarkan gosip.

Robert pun mengangguk.

Hari pertunangan palsunya dengan Alice sudah ditentukan, tinggal beberapa minggu lagi, hal ini akan segera diumumkan.

Semalam Alice sengaja mengungkit hal ini untuk menciptakan momentum, setelah momentum ini muncul, selanjutnya media-media yang akan menyebarkan berita ini.

Hal ini memang sengaja dilakukan untuk dilihat orang banyak, semakin banyak yang tahu, semakin bagus.

Kalau memang Alice juga tidak keberatan dan sudah mengakui hal ini, Robert tentu juga tidak akan keberatan, dia pun tersenyum dan berkata: "Memang benar. Minggu depan adalah hari ulang tahun Alice, juga hari pertunanganku dengannya. Kalian semua harus hadir.

Mendapat pengakuan dari mulut Robert, Gwendolyn pun terharu: "Manager Qiu, kamu tenang saja, aku dan rekan-rekan pasti akan mempersiapkan hadiah besar untuk pertunangan kalian!" Setelah itu, dia pun bergegas keluar, sepertinya akan langsung mengumumkan hal ini kepada rekan-rekannya.

Robert menggelengkan kepalanya dan mulai fokus mengurus pekerjaannya.

Setelah menghabiskan banyak waktu di sore hari, dokumen-dokumen yang tertumpuk pun akhirnya selesai ditangani.

"Selesai." Robert meregangkan tubuhnya, merasa sedikit kelelahan.

Saat ini dia sedang mempertimbangkan untuk memilih seorang staf sebagai asistennya.

Walaupun kerja Gwendolyn cukup bagus, tapi bagaimanapun juga dia itu asisten Stella. Gwendolyn bisa menyajikan teh untuknya juga karena Stella sedang izin, kalau Stella di kantor, tidak ada yang mempedulikan Robert.

Setelah berpikir lama, Robert tidak menemukan orang yang cocok, dia pun memutuskan untuk

tidak memikirkannya lagi, membereskan barang-barangnya dan bersiap-siap pulang.

Kring kring kring!

Hp di atas meja berbunyi, itu telepon tidak terduga dari teman lamanya, Vanessa.

Di dalam benaknya pun muncul sesosok wajah yang cantik dan imut, Robert pun tersenyum dan mengangkat telepon itu: "Vanessa, ada apa kamu telepon?"

"Robert, suasana hatiku sedang kacau." Vanessa berkata pelan.

"Oh, kenapa?" Robert mengerutkan alisnya, dari telepon dia bisa mendengar kalau suasana di sana sangat ribut, sepertinya dia sedang berada di tempat seperti club.

"Hei, kamu bisa temani aku minum? Kita ngobrol-ngobrol oke?" Kata Vanessa, nada bicaranya sedikit melayang, sepertinya dia sudah minum banyak.

Robert melihat jam, hari ini sudah tidak ada urusan lain lagi, dia pun mengangguk: "Oke, kamu dimana?"

Saat Vanessa menyebut alamatnya, Robert pun langsung berangkat, dia terlihat sedikit tergesa-gesa.

Di dalam ingatannya, Vanessa adalah gadis baik yang mudah dibohongi, banyak sekali buaya dan orang jahat lainnya di dalam club. Vanessa sudah minum banyak, tidak baik kalau dia sampai dicelakai orang.

Mystic Bar.

Lampu di dalam club berkerlap kerlip, banyak sekali orang yang datang malam itu, suara DJ yang kencang memenuhi seisi club, suasananya benar-benar sangat ribut.

Vanessa sedang duduk di meja bar, segelas demi segelas bir diminumnya, dia pun terlihat mabuk.

Banyak orang yang meliriknya, diantaranya ada seorang pria paruh baya yang kurus berjalan kesana, dia tertawa dan berkata: "Hey gadis cantik, kamu sendirian?" Dia menatap wajah Vanessa, dan menyadari kalau Vanessa tidak hanya imut, tapi juga cantik, sangat cocok memakai baju seragam, pria itu pun menjilat bibirnya, sepertinya malam ini akan menjadi malam yang indah.

Vanessa tidak menghiraukannya dan melanjutkan minumnya.

"Perkenalkan, namaku Marco Chen, aku sering disini, semua yang disini memanggilku kakak Marco." Kata pria itu.

Vanessa tidak berbicara dan merasa jengkel dengannya.

Marco tentu sudah berpengalaman, melihat respon Vanessa yang cuek, dia sepertinya sudah terbiasa, dia tidak pergi tapi malah duduk di samping Vanessa, lalu tersenyum dan berkata: "Hei gadis cantik, tidak aman kalau kamu sendirian di club, bagaimana kalau temanan saja denganku?"

"Bisa tolong jauh-jauh dariku? Jangan ganggu aku minum." Kata Vanessa jengkel.

"Ngapain minum sendirian? Gadis cantik, aku temani kamu ya." Marco menjentikkan jarinya, seorang pelayan pun langsung mengambil sebotol vodka, dan menyapanya dengan hormat.

"Gadis, bukannya aku mau ngaku-ngaku, club ini dibawah kekuasaanku, orang-orang di luar dan di dalam, semuanya adalah bawahanku." Marco setengah sombong, setengah mengancam, lalu dia membuka tutup botol dan menuang vodka berkadar alkohol tinggi ke dalam gelas Vanessa: "Ayo kita cheers, kalau sudah cheers artinya kita sudah temanan."

Walaupun Vanessa polos, tapi dia tidak bodoh, dia tahu kadar alkohol vodka itu tinggi, setengah botol saja dia pasti akan mabuk, dia pun menolak: "Tidak, aku tidak mau minum."

"Gadis cantik, kamu ingin mempermalukanku ya? Pikir baik-baik, kalau sampai kamu menyinggungku di club ini, apa akibatnya." Ekspresi Marco pun menjadi jelek, seketika beberapa bawahannya mulai berjalan kesana dan ingin mencegah Vanessa pergi.

Vanessa menyadari kalau dirinya sedang mengalami kesulitan, selain takut, dia tahu kalau dia tidak boleh meminum vodka itu, dia pun merapatkan bibirnya.

"Huh, kamu harus dihukum kalau tidak mau meminum vodkaku! Kalian, cepat buka mulut gadis ini, aku ingin dia minum vodka ini!" Ketus Marco.

Saat ini ada dua preman datang dan ingin memaksa Vanessa meminumnya.

Orang-orang di club sudah terbiasa melihat kejadian seperti ini, tidak ada yang membantu, Marco adalah ketua gengster di club ini, tidak ada seorangpun berani menyinggungnya.

Walaupun Vanessa imut dan cantik, tapi mereka juga bukan temannya, kenapa harus membantu?

"Gadis ini cantik sekali, benar-benar kasihan."

"Aih, tidak ada yang peduli."

"Marco adalah gengster The Sands, siapa yang berani ikut campur? Tidak mau hidup lagi?"

Kelakuannya ini sudah membuat Mystic Bar mengalami banyak kerugian, banyak orang yang tidak berani datang lagi kesana, tapi walaupun begitu, bos club ini juga tidak berani berkomentar, sepertinya takut akan mendapat balasan The Sands.

Orang-orang pun mulai berdebat.

Saat ini juga, seorang pria muda berjalan masuk, melihat Vanessa dikepung, dia langsung marah dan berjalan ke belakang dua preman itu, menarik kerah baju mereka dan menghempas mereka ke belakang!

Dua preman itu masih tidak menyadari apa yang telah terjadi, tubuh mereka terhempas ke sebuah meja, seketika botol bir di meja pun terlempar jatuh, orang-orang di club pun berteriak, suasana menjadi sangat kacau.

Novel Terkait

Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu