My Tough Bodyguard - Bab 119 Didatangi sampai depan pintu gedung perusahaan!

Kota C.

Sebuah tempat pencucian mobil di pinggiran kota.

Masuk sebuah mobil Honda dengan pelan, seorang dengan tubuh gendut turun dari mobil, sambil tunjuk mobilnya berkata:”Cuci untukku dengan bersih, jangan masih ada lumpur sedikitpun, mengerti?”

Karyawan yang lagi sempat tidak begitu banyak, lalu keluar sepasang pria dan wanita memakai topi pet, baju seragam warna merah, yang pria memegang penyemprot dan wanita membawa kain lap, tanpa bicara mulai melakukan pekerjaannya.

“Eh..eh..pelan sedikit, kalau sampai rusak kalian mampu menggantinya?” teriak si gendut keras.

Dua karyawan tersebut tidak peduli dan tetap dengan pekerjaannya. Ini membuat si gendut tidak puas, kalau saja di tempat pencucian lain, masih belum tunggu dia buka mulut para karyawan lain akan datang untuk melayaninya, hanya saja tidak sampai seperti memuja leluhur, namun di sini sebaliknya, karyawan tidak mengucap sepatah katapun, tidak peduli padanya dan membuat dia merasa diremehkan.

Pikir sampai di sini, si gendut melihat dua karyawan itu dengan mata penuh kemarahan, dia ingin melihat orang yang berani pandang rendah padanya.

Sekali lihat pandangan matanya berhenti pada karyawan wanita dan membuat si gendut terpikat, gaya yang anggun, paras yang luar biasa terutama lekukan pinggulnya ketika lagi mengelap mobil, lebih membuat orang tidak bisa berhenti menatap.

Api kemarahan gendut berubah menjadi api nafsu, bahkan dalam mimpi pun dia tidak menduga di tempat pencucian yang kecil ini ada wanita cantik. Muncul ekspresi licik di wajahnya, sambil menggosok-gosok tangan berkata:”Gadis cantik, sudah merepotkanmu. Nanti setelah selesai cuci mobil, aku traktir kamu pergi makan, bagaimana? Tempat kamu yang pilih, mau kemana juga boleh!”

“Minggir, jangan halangin kerjaan aku.” kata karyawan wanita datar.

“Eit jangan begitu, kamu jawab dulu.” Dengan mata licik si gendut berkata:”Gadis cantik, kalau tidak selanjutnya kamu ikut aku saja, meskipun aku tidak kaya raya, setidaknya di kota C punya rumah punya mobil, dan satu perusahaan, dan bisa dibilang seorang pengusaha. Ikut denganku, jamin kamu makan minum yang enak, yang pasti lebih enak dibandingkan dengan tempat cuci mobil kumuh ini.”

Karyawan wanita tidak bicara dengan wajah tertunduk sambil terus mengelap.

Melihat karyawan wanita tersebut tidak peduli dengannya, muncul sinar aneh di mata si gendut, sepertinya untuk mencicipi wanita ini, hanya bisa bermain dengan sedikit muslihat, lagian dia cuma seorang karyawan toko kecil, andaikan terjadi sesuatu juga tidak masalah, dia pasti tidak berani membesar-besarkan masalah.

Pas saat itu, dari dalam muncul seorang pria berumur enam puluhan, di mulutnya terselip rokok tembakau, teriak pada dua karyawan yang lagi cuci mobil:”Robby, Elva, ada kerjaan!”

Mendengar kata ini, Robby dan Elva menghentikan pekerjaan dan pergi mengikuti pria tua itu.

“Apa? Ei ei, kalian kenapa pergi? Ada apa dengan toko kalian, tidak ada tanggung jawabnya!” teriak si gendut, dia tidak mengerti bukankah dua karyawan ini lagi mencuci mobilnya? Baru cuci setengah, mengapa disuruh pergi mengerjakan yang lain?”

Karyawan wanita tidak menoleh, dan sang pria yang dari tadi tidak bicara mendengar teriakan si gendut, memutar balik menuju ke arah si gendut. Namun, sasarannya bukan si gendut tapi mobil Honda di belakangnya.

Phung!

Selagi gendut kaget dengan mata terbelalak, karyawan pria dengan satu tendangan menendang kap mobil, seketika terdengar suara dentaman, depan mobil Honda SUV langsung amblas! Kap mobil hancur, yang di dalam juga ikut hancur karena benturan, kemungkinan sudah tidak berguna lagi.

“Coba kamu katakan, jika kaki ini menendang tubuhmu akan seperti apa hasilnya?” Sebelum pergi, karyawan pria tersebut berbisik di telinga si gendut, seketika membuatnya keluar keringat dingin, dengan senyum paksa berkata:”Kawan, sekarang adalah pemerintahan dengan hukum, kamu jangan sembarangan. Jangan karena gegabah sesaat menghancurkan kehidupanmu.”

Karyawan pria dengan pandangan meremehkan melihat si gendut, lalu bersama karyawan wanita berjalan ke pria tua tadi.

“Goldy, mengapa koalisi tiba-tiba mengutus kami untuk melaksanakan tugas?” tanya karywan wanita Elva dengan ragu.

Orang tua yang bernama Goldy ini berkata:”Karena di kota Jiang Cheng muncul sasaran yang tidak bisa di atasi oleh koalisi, Jay, Crazy Sword, masih satu lagi yang namanya Daina, sudah dihancurkan. Kali ini ingin kalian ke sana, karena melihat tingkat kerja sama kalian yang tinggi. Lagipula, beberapa tahun yang lalu kerja sama kalian tidak pernah mengalami kegagalan.”

“Daina? Yang mengandalkan jadi penjilat untuk menjadi Pembunuh Legenda, kirain sebutan Pembunuh Legenda akan memiliki kekuatan seorang Pembunuh Legenda juga?” hina Elva.

Robby yang di sampingnya mengangkat alisnya:”Tapi, Jay juga..... sungguh di luar dugaan aku. Meskipun Jay Silver Killer, tapi kekuatanya setara dengan Pembunuh Legenda.”

“Makanya, mengutus seorang Pembunuh Legenda takutnya tetap tidak mampu mengatasi pihak lawan, harus dua Pembunuh Legenda, kalian adalah pilhan yang paling cocok.” kata Goldy tersenyum pahit.

“Data sasarannya?” tanya Robby.

Goldy menyodorkan data yang ada di tangannya kepada Robby dan Elva, seraya mengatakan hasil pertarungan Robert sendiri terhadap koalisi di kota Jiang Cheng, mendengar itu Robby dan Elva mengangkat alisnya:”Naluriku mengatakan tidak mudah menghadapi orang ini.”

“Kalian perlu berapa lama untuk persiapan?” tanya Goldy.

“Tiga hari.” jawab Robby, lalu segera berjalan memasuki ruang latihan diikuti oleh Elva.

Seorang pembunuh tiap hari perlu melakukan latihan yang ketat, terutama melakukan tugas penting lebih tidak boleh santai lagi.

Meskipun Robby dan Elva adalah Pembunuh Legenda, namun mereka sudah lama tidak melaksanakan tugas, ada mereka berdua di kota C ini pada dasarnya tidak ada tugas yang tidak berhasil. Tapi sudah sekian lama tidak menerima tugas yang sangat penting seperti menghadapi Robert sekarang, karena itu perlu memulihkan kembali kekuatannya.

Goldy menggelengkan kepala, melihat mobil yang hancur akibat tendangan Robby, menghela nafas, dan berjalan ke depan si gendut:”Anak muda sekarang emosi meledak-ledak, mohon anda bisa memaafkannya.”

Si gendut dari tadi sudah sangat geram, pertama mobil kesayangannya di tendang hancur, lalu di ancam membuat dia tidak bisa menahan dan meledak seperti petir:”Kamu bos dari toko ini? Dasar tua bangka, begini cara kalian memperlakukan pengunjung! Aku mau menuntut kamu! Akan kutuntut! Jangan harap kelak kalian bisa usaha lagi!”

Tidak lama kemudian, awalnya karyawan lain yang sedang istirahat di dalam ataupun yang sedang bekerja, begitu mendengar kata si gendut, semuanya berkerumun datang, satu per satu dengan wajah yang tidak bersahabat dan tatapan mata yang seakan ingin menelan hidup-hidup si gendut.

“Kalian, apa yang ingin kalian lakukan!” tanya si gendut tambah marah.

“Sudah di bilang, temperamen anak muda mudah meledak. Kita yang sudah berumur ini, kalau bicara harus ada batasnya, jangan membangkitkan amarah mereka.” kata Goldy sambil terkekeh, lalu melambaikan tangan dan semua karyawan patuh lalu kembali ke tempat masing-masing.

Si gendut tercengang dan menelan ludah, dia merasa tidak begitu memahami pria tua di depannya, lalu berkata:”Karyawan kamu menghancurkan mobilku, katakan bagaimana kalian akan ganti rugi!”

“Tuan, terus terang kamu sudah mengganggu pacarnya Robby, harusnya kamu merasa beruntung karena tidak membunuhmu, kamu masih tidak sungkan untuk meminta kami ganti rugi?” ujar Goldy dengan datar sambil menghisap rokok tembakau.

“Jadi maksudnya tidak akan ganti rugi, benar?” Si gendut mengertakan gigi:”Oke oke! Kalian begitu curang, lihat saja nanti!” si gendut langsung memutar badan dan pergi untuk menyelamatkan diri. Mobil sudah tidak berguna, hanya bisa dibuang saja, kalau dia masih tidak keluar sekarang mungkin dia tidak akan keluar hidup-hidup lagi.

... ...

Kota Jiang Cheng

Perusahaan Besar Mo

Robert melewati hari dengan tenang selama dua hari, tadinya dia pikir setelah menghabisi Daina, akan mendapat serangan balik dari koalisi pembunuh, akhirnya setelah dua hari berlalu, tidak ada reaksi sedikitpun, membuat Robert curiga apakah koalisi pembunuh mengaku kalah.

Dan mengenai Rose, Robert selalu berusaha untuk menghubunginya. Namun sejak dia mengirim pesan peringatan, nomor kontaknya tidak bisa terhubung. Robert hanya bisa sementara mengesampingkan masalah ini, dan memusatkan perhatian pada urusan kantor. Pekerjaan departemen keuangan sangat sibuk, Stella masih cuti, semua pekerjaan dipikul sendiri oleh Robert.

“Huh, akhirnya selesai juga, sudah bisa pulang.”

Setelah sibuk seharian, Robert menggeliat malas dan bersiap mencari Alice untuk pulang kerja.

Kring kring kring!

Tiba-tiba handphone di atas meja berbunyi, sebuah nomor asing. Robert mengira itu nomor telepon langganan, langsung diterima:”Halo, aku Robert Qiu manajer keuangan perusahaan besar Mo.”

“Tuan Qiu, apa kabar.” Terdengar suara yang tidak asing dari seorang pria di ujung telepon sana.

Robert sudah tahu bukan langganan begitu mendengar suaranya, dengan nada sedikit curiga dan suara yang datar:”Dengan siapa ya?”

“Tuan Qiu, aku Steven Qin, tidak tahu apa kamu masih ingat? Waktu Hansen meninggal, aku mewakili pihak polisi pernah bertemu denganmu.” ucap pria bernama Steven ini.

Steven?

Robert memutar otaknya, akhir-akhir ini banyak hal yang terjadi. Dia jarang bisa ingat dengan orang yang cuma bertemu sekali. Robert baru teringat ketika Steven mengingatkan dia. Waktu itu dia pergi ke TF Mansion, dan menghabisi Hansen anak buah Kenny, dan membuat curiga pihak polisi. Steven ini sepertinya adalah wakil kepolisian bagian penyelidikan.

Namun identitas asli Steven sepertinya bukan hanya seorang wakil kepolisian. Sarah dulu pernah bilang, Steven ini petugas khusus yang diutus oleh CBD dari ibukota Yanjing,kemungkinan untuk menyelidiki masalah Robert di luar negeri selama tiga tahun.

Robert masih ingat, ketika pihak polisi selesai interogasi, Steven ini menyodorkkan secarik kertas padanya, untuk membuat janji temu dengan Robert. Namun tidak digubrisnya dan tidak menepati janjinya. Masalah ini tidak ada lanjutan, Steven juga tidak mencarinya lagi, karena itu Robert tidak begitu mengingatnya.

Mungkin saja Steven adalah petugas dinas rahasia negara, jadi tidak aneh kalau dia mengetahui nomor teleponnya dan Robert tidak penasaran sama sekali. Dengan senyum berkata:”Ternyata kapten Qin, hari ini mengapa ada waktu untuk menghubungiku?”

“Ingin mencarimu untuk ngobrol-ngobrol, tidak tahu apakah Wind Stalker bersedia untuk bertemu denganku .” ucap Steven yang punya maksud tujuan lain dengan kata-katanya.

Sebutan Wind Stalker ini sudah sangat tersohor di luar negeri, asalkan ada yang mencari tahu sedikit maka tidak akan asing.

Mengenai Steven mengenali identitasnya, Robert tidak kaget karena bahkan Sarah penanggungjawab kepolisian bagian keamanan juga mengetahui identitasnya, dan pastinya juga tidak bisa disembunyikan dari Steven petugas dinas rahasia negara.

Tapi Robert tidak ingin mempedulikan Steven, dengan halus menolak:”Benar-benar minta maaf, aku sudah waktunya pulang kerja, malam masih ada urusan, mungkin tidak ada waktu untuk ketemuan. Lain kali saja.”

“Tidak akan menangguh banyak waktumu, Tuan Qiu, aku sekarang ada di lantai bawah perusahaan kalian, kita ngobrol di ruang aula saja.” kata Steven.

Tidak bisa mengelak, dengan memicingkan mata Robert menjawab:”Baiklah, aku turun sekarang.” Robert tidak menyangka, Steven akan mendatangi dia sampai ke kantor. Dia mau lihat apa yang ingin dilakukan oleh Steven.

Novel Terkait

Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu