My Tough Bodyguard - Bab 221 Jurus Mabuk

Di dalam bar.

Awalnya suasana di bar cukup hening dan tenang, sekarang malah menjadi kacau balau.

Puluhan anak muda dengan rambut yang diwarnai, memakai baju dan celana jeans melangkah masuk dan membuat keributan, semua customer dan staf di bar pun sangat marah, tapi mereka hanya bisa diam.

Salah seorang ketuanya yang berambut pirang, dengan sebuah rokok di mulutnya, mengambil arak Larva salah seorang customer dan meminumnya hingga habis, lalu berkata: "Enak, benar-benar arak yang enak!"

Customer itu pun langsung emosi, tapi tertahan oleh temannya dan diperingatkan agar tidak gegabah.

"Mana bos kalian? Panggil dia! Aku, Billy Cao mau bertemu dengannya!" Teriak si ketua preman berambut pirang itu.

Manager bar yang memakai jas itu pun tersenyum pasrah: "Ketua Cao, bos kami sudah istirahat, lain kali datang lagi ya."

"Tidak bisa, aku ada urusan dengannya, sekarang harus bertemu dengannya! Sudah tidur? Bangunin saja lagi?" Ketus Billy.

Manager itu pun berkata: "Saat bos kami istirahat, dia tidak suka diganggu, ketua Cao, semalam kalian juga sudah datang sekali, bar kami sudah keluar uang lima puluh ribu yuan. Malam ini datang lagi, membuat kekacauaan sesering ini, sepertinya kurang pantas?"

"Sialan! Aku sudah mengamankan lapak kalian dan melawan geng-geng lain, memangnya ini tidak perlu uang? Pikir pakai otak dong?" Ketus Billy lagi.

Dimarahi di depan umum, manager bar pun merasa tidak senang: "Bro Cao, sepertinya perkataanmu tidak benar, The Sands saja sebulan hanya mengambil uang tiga ratus ribu yuan. Kamu malah enak, sehari lima puluh ribu, kalau diteruskan seperti ini, sebulan kami harus memberi 1,5 juta?"

"Wow, kalau kalian mampu, ya suruh saja The Sands bantu kalian!" Billy meludah ke lantai, mengangkat kakinya dan menendang perut manager itu.

Sekujur tubuh manager terhempas di atas meja, customer-customer pun berdiri dan bersembunyi di sudut gedung, staf-staf lainnya pun kesana memapah manager itu, mereka sangat marah.

"Bar kami sudah membayar kalian uang keamanan, kalian tidak jaga lapak dengan baik, tiap malam bikin keributan, sekarang malah memukul manager kami, mana ada orang seperti kalian?"

"Keterlaluan!"

"Harus minta maaf!"

"Keluar dari Bar Larva!"

Teriak staf-staf bar.

Billy dengan rokok di mulutnya pun merasa jengkel: "Mengusir kami? Mengundang dewa gampang, tapi mengantar dewa susah!"

Hahaha!

Preman-preman yang lain juga ikut tertawa, mereka terlihat sangat sombong.

"Siapa yang mengundang kalian? Jelas-jelas kalian yang datang sendiri!"

"Benar, jadi orang jangan tidak tahu malu!"

Staf-staf sangat marah.

Karena di dalam bar terjadi kejadian seperti ini, banyak customer yang terkejut dan pergi meninggalkan bar, kerugian mereka adalah customer dan nama, toko manapun tidak mengharapkan prestasi seperti ini.

Tapi Billy malah suka begitu, duduk di kursi dengan santainya, memakan makanan customer yang belum habis dimakan, dan mengeluarkan suara mengunyah saat makan.

Saat suasana menjadi dingin, pintu menuju ruang istirahat pun terbuka, Veren Su yang memakai gaun cheongsam berwarna hijau pun berjalan keluar.

"Bos, kenapa bos keluar?"

"Cepat kembali, Billy Cao ini sudah gila!"

"Aku pikir lebih baik kita cepat lapor polisi, biar masalah ini diserahkan ke polisi saja!"

Seru para staf.

Hanya mata Billy saja yang berbinar-binar saat melihatnya keluar, dia membuang makanan ke lantai, lalu tersenyum dan berdiri: "Wow, bos, akhirnya kamu keluar juga, aku sudah lama menunggumu..."

Tapi tidak lama kemudian, senyumannya pun memudar, karena dia melihat seorang pria asing berdiri di samping Veren, dan yang paling menjengkelkan adalah, pria asing ini, sedang merangkul pinggul Veren yang didamba-dambakannya!

"F**k, kamu siapa!" Billy tidak senang, dia menerjang kesana dan ingin memukul Robert.

Robert pun menarik kerah bajunya dan mengangkatnya tinggi ke atas, kaki Billy menendang-nendang, tapi tidak kesampaian ke tubuh Robert.

"Kamu, lepaskan aku!" Billy marah, mencoba melepaskan tangan Robert dengan sekuat tenaga, tapi tangan Robert seperti sebuah tang besi, tidak peduli sekuat apapun dia mencoba, tetap tidak terlepas.

"Melepaskanmu? Boleh-boleh saja." Robert tersenyum sinis, lalu melepasnya, tubuh Billy pun terjatuh dari atas dan terhempas di ambang pintu.

Kalau sudah terkena ambang pintu, sudah pasti patah tulang.

Keadaan ini membuat semua orang terkejut, Billy yang tadi masih sombong-sombongnya, sekarang malah jatuh dibuat Robert, perbedaan yang sangat jauh.

"Dia!"

"Ternyata manusia dewa telah datang!"

"Kalau ada dia, preman-preman ini mungkin sudah akan kalah."

"Sudah seharusnya mereka kena batunya, lihatlah akhir-akhir ini mereka seperti apa? Kurang dihajar!"

"Dia siapa? Kenapa kalian semua sepertinya mengenalinya."

"Dia, dia itu manusia dewa yang pernah kukatakan sebelumnya, yang mengusir The Sands."

"Hah? Dia?"

Banyak customer dan staf sudah mengenal Robert, hanya ada beberapa customer baru yang tidak tahu, customer lama pun menjelaskan tentang Robert kepada mereka, mereka yang mendengarnya pun tercengang.

"Bos!"

"Kakak Cao, kamu tidak apa-apa kan?"

"Berani-beraninya memukul kakak Cao!"

Beberapa preman sibuk memapah Billy.

Billy merasa sangat pusing, pandangannya menjadi kabur, saat bisa kembali melihat jelas, dia pun menatap Robert, kalau saja tatapan tajam itu bisa membunuh, mungkin Robert sudah mati ribuan kali.

"Minta maaf kepada manager ini, dan kembalikan semua uang keamanan, kamu sudah boleh pergi." Kata Robert.

"Dasar bajingan, kamu siapa?" Kata Billy.

"Teman-teman, serang dia, balas dendam kakak Cao!"

"Biar dia tahu rasa!"

Semua preman pun mengelilingi Robert.

Menghadapi orang-orang ini, Robert sudah malas menggunakan jurus hebat seperti jurus Taichi, dia berdiri di tempat, mengambil segelas cocktail di meja bar, menyeruputinya dengan pelan, bahkan matanya pun tidak melihat preman-preman itu.

Melihat Robert yang masih santai, preman-preman pun marah, mereka menerjang kesana ingin mendorong Robert.

Menghadapi serangan belasan orang, di tempat yang cukup sempit ini, Robert hanya bisa menyamping ke kiri dan kanan untuk menghindari mereka, dia menoleh dan memutar pinggangnya, sambil menghindar sambil meminum cocktailnya, sama sekali tidak menganggap serangan-serangan ini adalah ancaman baginya.

Preman-preman telah mengerahkan seluruh tenaga mereka, tapi Robert tetap tidak terkena pukulan, jelas-jelas di depan mata, tapi pukulan mereka selalu berhasil dihindari Robert, seperti ada sebuah mata di punggungnya.

Ada yang bahkan malah memukul rekannya sendiri, yang terpukul pun memegang wajah mereka berteriak kesakitan, yang memukul pun bergegas minta maaf, membuat suasana yang sudah serius tadi tiba-tiba menjadi canggung.

Perlahan-lahan, orang-orang yang melihat pun tahu jurus apa yang dipakai Robert.

"Jurus ini kenapa tidak asing ya, sepertinya pernah kulihat dimana."

"Jurus ma, mabuk?"

"Gila, benar!"

"Pantas saja aku merasa tidak asing!"

"Memang manusia dewa, jurus mabuk pun bisa, aku pikir, jurus ini hanya ada di TV-TV!"

"Kamu tidak tahu ya, semua film itu berasal dari hal-hal nyata di dunia, jurus mabuk adalah jurus klasik di dunia bela diri di China, walaupun tidak seterkenal Taichi, tapi memang asalnya dari negara kita."

"Cepat foto!"

"Banyak customer yang mengeluarkan hp mereka, dan mengambil foto saat Robert memukul preman-preman itu dengan jurus mabuknya.

Preman-preman ini bukan lawan Robert, setelah beberapa kali, mereka semua pun terbaring di lantai, ada preman yang bahkan tidak tahu kenapa, dia dipukul begitu saja.

Jurus Robert ini sama sekali tidak menghancurkan meja dan kursi di bar.

Setelah menyelesaikan preman-preman itu, Robert pun menarik Billy. Billy sudah terbengong sejak tadi, dia pun meminta maaf: "Maaf bro, aku yang salah, tolong lepaskan aku!"

Kali ini Billy pun takut, dia hanya preman biasa, tidak punya sandaran, bertemu dengan Robert yang sangat hebat dalam bela diri, dia tidak punya teman yang bisa membantunya membalas dendamnya.

Untungnya Billy masih punya kesadaran, dia bergegas minta maaf kepada manager bar: "Bro manager, tadi aku yang salah, tolong maafkan aku, kalau memang tidak bisa, kamu tendang aku saja!"

Manager itu pun melambaikan tangannya dan berkata: "Tidak usah, asalkan kamu tidak muncul lagi di bar ini!"

"Bro bagaimana..." Billy melihat ke arah Robert dengan muka kasihannya.

"Mana uang keamanan?" Kata Robert.

Billy memasang muka pasrah: "Kakak, uang itu sudah kami habiskan, untuk bermain dan membayar hutang..."

"Tidak bisa, uang keamanan bar kalian ambil, tapi malah membuat keributan di bar, uangnya harus dikembalikan, kalau tidak jangan harap bisa keluar malam ini." Kata Robert serius.

"Kakak, kita bicarakan ini baik-baik, jangan main pukul oke?" Kata Billy.

"Sudah, sudah." Tiba-tiba saat ini, Veren pun berbicara dan menggeleng: "Uang tidak perlu dikembalikan, lain kali jangan muncul lagi."

"Makasih bos! Makasih bos!" Billy pun lega dan melihat ke Robert: "Kakak, bos sudah memaafkanku, kalau begitu..."

Karena Veren sudah mengatakannya, Robert tentu juga tidak berkomentar lagi, dia melepaskan tangannya sehingga Billy pun terjatuh ke bawah, dan bertanya: "Kakak, kalau begitu, kami sudah boleh pergi?"

"Tunggu!"

Robert mengambil sebuah kertas dan menulis sederet nomor hp lalu menyodorkan kepada Billy: "Hubungi orang yang bernama Crazy Sword ini, katakan kepadanya semua detil kejadian malam ini dengan jujur, lalu dia akan mengurusnya."

Billy pun ketakutan dan berkata sedih: "Kakak, bukannya kamu sudah melepaskan kami?"

"Benar." Robert mengangguk.

"Kenapa kakak masih..." Kata Billy.

"Bukannya kalian tidak punya geng? Sekumpulan preman-preman tidak berguna, aku menyuruhmu masuk geng, kamu tidak mau?" Robert meliriknya.

Sekarang Crazy Sword sedang kekurangan orang, dia sangat membutuhkan anggota baru.

Robert merasa Billy tidak sejahat yang dibayangkannya, menyuruh mereka bergabung dengan Crazy Sword seharusnya juga bukanlah hal yang buruk, dengan adanya peraturan geng, mereka pasti akan berguna di geng itu.

Billy kaget, tapi seketika dia merasa senang: "Makasih kakak!"

Setelah Billy dan teman-temannya pergi, Robert pun merasa lega dan bersiap-siap pulang.

"Robert." Tiba-tiba Veren memanggilnya.

"Kenapa?" Tanya Robert.

Veren tersenyum kecil: "Aku sudah setuju, Bar Larva nantinya kamu yang jaga ya."

"Oke." Robert melambaikan tangannya dan pergi meninggalkan bar.

Novel Terkait

Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu