My Tough Bodyguard - Bab 260 Nenek sudah keluar dari tiga alam dan enam jalur reinkarnasi

Sepanjang jalan Robert mengikuti dari dekat, akhirnya tanda Sellen berhenti bergerak di sebuah tempat luar pinggiran kota Jiang Cheng.

Daliang Mountain.

Sepuluh menit kemudian, mobil Volkswagen berhenti di kaki gunung.

Pintu mobil dibuka, Robert keluar dari mobil, mengangkat kepalanya dan melihat keremangan malam yang tak terbatas, melihat Daliang Mountain yang sangat menyeramkan, wajahnya berubah jadi muram.

......

Sebuah gua di pinggang gunung.

Nenek Jin menurunkan Sellen yang ada di pundaknya, dan duduk dengan napas terengah-engah.

Meskipun tenaganya kuat, namun memanggul seorang wanita dengan berat lima puluh kilogram, dan berlari dengan kecepatan tinggi hampir satu jam, ada sedikit tidak tahan, lagipula juga sudah berumur.

Dia tidak asing dengan Jiang Cheng, sepuluh tahun yang lalu, dia pernah ke kota ini untuk mencari benih.

Kali ini melakukan kejahatan, jadwalnya sudah direncanakan dari awal, termasuk ke gua Daliang Mountain ini, untuk menyelesaikan kegiatan merampas raga , juga adalah langkah pertama di salah satu rencananya.

Mengenai penculikan Sellen di tempat umum dan memanggulnya sambil berlari, mengakibatkan adanya perhatian dan pembicaraan dari publik, namun dia tidak peduli, asalkan merampas raga selesai, berhasil memperpanjang hidupnya, dia akan segera pergi dari Jiang Cheng dan kembali ke kota H.

Dia percaya, setelah pembicaraan hangat ini lewat, maka tidak ada seorangpun yang akan menanyakan masalah ini lagi.

“Ckckck, benar-benar penerus yang bagus.” Setelah istirahat sebentar, Nenek Jin mulai mengagumi tulang-tulang Sellen, juga sangat puas dengan paras Sellen.

“Sayangnya, tidak ada parasit, kalau tidak ini adalah tubuh yang sangat sempurna.” Nenek Jin sedikit menyayangkan.

Melihat sekilas keremangan malam di luar gua, Nenek Jin merasa sudah cukup istirahat, hal ini harus dikerjakan segera, lebih baik selekas mungkin merampas raga, supaya tidak terjadi perubahan.

Dia bangkit berdiri, berjalan ke depan mulut gua.

Gua ini tidak luas, hanya bisa muat beberapa orang saja.

Dia pergi dulu ke luar gua, memungut banyak ranting pohon, dan membawanya ke dalam gua.

Kebetulan di dekat situ ada dua batu besar, setidaknya ada lima ratus kilogram beratnya.

Di luar dugaan dia bisa mengangkatnya!

Seorang nenek tua umur delapan puluh tahun, dengan tangan kosong mengangkat batu yang sangat besar seberat lima ratus kilogram.

Melihat pemandangan ini sangat sukar dipercaya.

Bummm!

Dua buah batu besar itu, masing-masing dipindahkan di depan mulut gua, dan menghalangi jalan masuk.

Dengan begini walaupun ada yang kebetulan lewat, juga tidak akan menemukan sesuatu di dalam gua ini, hanya untuk malam ini saja.

Sambil menepuk tangannya, Nenek Jin menumpuk ranting pohon yang dipungut tadi, lalu menyalakan api.

Hus.

Nyala api membuyarkan kegelapan.

Di taruh sebuah panci, diisi dengan air banyak, lalu dari tas yang selalu dibawa olehnya dia mengeluarkan banyak bahan obat-obatan, seperti kelabang kering, kulit ular, mata ikan dan lain sejenisnya.

Tangan yang kering itu tidak berhenti menambah nyala api, tidak lama kemudian airnya mendidih, dia memasukkan semua bahan obat ke dalam air.

Sesaat kemudian, seluruh ruang dalam gua penuh dengan harum yang aneh, mencium aromanya membuat orang merasa tidak enak, tapi bisa membuat orang mabuk, seperti obat terlarang.

“Enak sekali.” Nenek Jin merasa lega di sekujur tubuhnya, rasa capek juga menghilang.

“Uhh.”

Mungkin karena rangsangan aromanya, Sellen yang awalnya pingsan pelan-pelan mulai sadar.

Terkurung di dalam lingkungan yang gelap, api yang menyala-nyala, seorang nenek tua, lagi memasak sesuatu yang sangat harum.

Mengucek-ngucek matanya yang pedih, Sellen dengan bingung memandang adegan di depan matanya dan berpikir dirinya lagi bermimpi.

“Ini, ini di mana?” tanya Sellen masih kurang sadar.

“Sellen, kamu sudah sadar.” Nenek Jin menoleh dan melihatnya sambil tersenyum dengan wajah ramah.

“Kamu adalah... ...nenek tua yang di pusat perbelanjaan... ...anda, anda mengapa bisa ada di sini denganku? Ini di mana? Mengapa aku... ...” tiba-tiba lehernya terasa sakit, Sellen langsung menutup mulut dengan tangannya, karena mendadak teringat.

“Nenek, anda yang memukul pingsan aku? Lalu , mengapa anda bisa tahu namaku?” tanya Sellen tidak sabar.

“Sellen, jadi kamu sudah lupa dengan nenek?” tanya Nenek Jin dengan senyum.

“Nenek, maaf, aku benar-benar tidak ada kesan terhadap anda, anda bisa memberi sedikit penjelasan?” tanya Sellen bingung seraya menggelengkan kepala.

“Benar juga, sudah sepuluh tahun, kamu mana mungkin ingat padaku.” keluh Nenek Jin dan berkata lagi : “Sepuluh tahun yang lalu, aku menaruh hewan peliharaan di badan kamu. Tapi sayangnya, sudah dihancurkan dua bulan yang lalu.”

“Kamu adalah ... ...”Seketika raut wajah Sellen berubah, saat ini dia baru memperhatikan bahan obat-obatan yang mendidih di panci, semua adalah binatang berbisa yang sudah mati.

“Karena ada cara untuk mengusir parasit itu, kamu seharusnya sudah tahu faktanya. Benar, aku adalah orang yang waktu itu menanam parasit padamu, kamu bisa panggil aku Nenek Jin.” Nenek Jin tersenyum menyeringai.

Senyum ini, bagi Sellen nampaknya sangat tidak biasa dan mengerikan, dengan gigi gemeletuk gemetar bertanya : “Kamu, mengapa kamu memperlakukan aku begini?”

“Mengapa? Karena tubuhmu sangat cocok untukku.”jawab Nenek Jin begitu saja.

“Hanya karena ini?”

“Kalau tidak?” Nenek Jin balik bertanya.

“Tapi, parasit telah dibebaskan dari tubuhku, rencana kamu sudah gagal.” Sellen dengan paksa menekan ketakutan yang muncul dari hatinya, dan berkata dengan tenang. Robert yang memberi tahu tentang hal ini padanya.

“Benar-benar sangat disayangkan.”

Nenek Jin menarik nafas sambil menggeleng : “Tapi, tubuh aku sudah mencapai batasnya, tidak bisa menunggu sepuluh tahun lagi. Meskipun tubuhmu sudah tidak ada parasit, tapi nutrisinya masih ada dan bisa terkumpul untuk digunakan.”

“Aku ingin keluar, lepaskan aku!” kata Sellen dengan gemetar, dengan cepat berlari ke mulut gua, lalu dengan kekuatannya memukul pintu batu itu, tapi apa daya dia hanya seorang gadis lemah, mana bisa mendorong batu yang seberat lima ratus kilogram, sama sekali tidak bergerak, malah tangannya yang lembut memukul sampai berdarah.

Nenek Jin tahu dia tidak akan bisa lari keluar, jadi tidak mencegah, dengan terkekeh-kekeh berkata : “Sellen, jangan membuang-buang tenaga, pasrah saja, patuh sama nenek dan duduk di sini, ngobrol-ngobrol dengan nenek, nenek ingin memahami tentang kamu.”

“Tidak mau!” Sellen tentu saja tidak setuju, nenek ini tidak bisa diduga isi hatinya, ingin melalui obrolan, untuk memahami dirinya orang yang seperti apa, agar nanti bisa langsung menggantikan dirinya, sangat hina sekali.

“Ah, kamu harus dengar apa kata nenek.” Nenek Jin menghela napas panjang, lalu berdiri, telapak tangan yang kurus kering mengangkat Sellen yang tidak sanggup melawan sama sekali, memaksa dia untuk duduk di samping api unggun.

“Sayangnya nenek tidak berlatih sampai tingkatan bisa mencari tahu ingatan otak manusia, jika tidak, maka tidak perlu serepot ini.” Nenek Jin menggelengkan kepala : “Tak apalah, tidak masalah jika tidak ingin berbicara, pokoknya nenek akan menggunakan tubuhmu dan kembali ke kota H. Tetap tinggal di Jiang Cheng, malah akan kelihatan kurangnya, menimbulkan kecurigaan orang, lagian daerah ini bukan tempat untuk membina... ...”

Melihat racun yang menggelegak dalam air mendidih, Sellen gemetar tanpa alasan : “Kamu, sebenarnya apa yang kamu inginkan?”

“Apa yang aku inginkan, bukankah sudah sangat jelas? Aku, nenek menginginkan tubuhmu.” ucap Nenek Jin sambil menatap Sellen dan cekikik aneh.

“Apa aku akan mati?” tanya Sellen dengan suara gemetar.

“Nenek cuma ingin tubuhmu saja, tidak akan mempersulit jiwamu.”

“Jika bicara menurut arti duniawi, kamu akan mati. Tapi, nenek menganut Buddhisme, Buddha sering berkata, di dunia ini ada enam jalur reinkarnasi, setelah manusia meninggal, ada ‘roh’ yang masih hidup. Empat puluh sembilan hari kemudian, roh ini akan masuk ke jalur reinkarnasi.

“Jadi hidup belum tentu bahagia, mati juga belum tentu menderita? Kematian kamu bisa membawakan keuntungan yang besar bagi nenek, seharusnya kamu merasa terhormat.”

Barangkali muncul sedikit banyak rasa bersalah di hatinya, Nenek Jin menggunakan teori reinkarnasi dari Buddhis untuk membuka jalan pikiran Sellen.

“Jika hidup belum tentu bahagia, mati juga belum tentu menderita, mengapa nenek masih mengandalkan perampasan kehidupan orang untuk memperpanjang hidup sendiri? Buddha paling pantang membunuh, demi bisa melanjutkan hidup nenek lalu membunuh aku, apa tidak takut dengan pembalasan karma?” Sellen mencoba beri nasehat.

“Hehe, Sellen, ada yang kamu tidak mengerti, nenek benar-benar menganut Buddhisme, tapi setelah nenek merampas hidupmu nenek akan mendapatkan masa muda, ketika tubuh itu akan menjadi tua lagi, maka nenek akan merampas hidup orang lain lagi.

“Dengan demikian, menurut teori Buddhisme maka nenek akan memasuki kondisi hidup abadi, dan sama sekali tidak akan mati.”

“Jika tidak akan mati, maka akan melompat keluar dari tiga alam dan enam jalur reinkarnasi, buat apa nenek masih takut dengan reinkarnasi dan membawa karma?”

Mendengar kata yang menyentuh dari Sellen membuat Nenek Jin tersenyum puas.

“Dasar nenek tua, memutarbalikkan kearifan Buddha. Pantas saja Buddha berkata, masa sekarang adalah masa akhir zaman.” Tiba-tiba terdengar suara tertawa yang nyaring dan lantang dari luar gua, ternyata di luar ada orang yang mencuri dengar dalam waktu lama.

“Siapa?!!”

Seketika Nenek Jin memicingkan matanya, dia tidak menduga ada orang yang bisa mencari sampai di sini.

Itu Robert!

Sellen yang di samping dalam sekejap mengetahui itu suara Robert, rasa kaget dan senang muncul dalam hati, ingin berteriak memanggil Robert, tapi belum mengeluarkan suara sudah tertelan kembali.

Karena ekspresi Sellen ditatap oleh Nenek Jin dengan pandangan mata yang bengis dan jahat, lalu dengan tawa dingin berkata : “Aku pikir siapa, ternyata sang kekasih sudah datang, pantas saja dengan cepat sudah menyusul ke sini.”

“Bukan... ...” ujar Sellen cepat.

“Tidak perlu menjelaskan, aku tahu siapa dia. Ingin kasih kejutan? Nenek bukanlah orang bodoh.” Nenek Jin mendengus.

“Kamu yang bernama Robert, betul?” teriak Nenek Jin menghadap ke mulut gua.

“Betul, memang hamba yang rendah ini.”

“Yang menghajar murid aku Herman, itu kamu?” tanya Nenek Jin.

“Ternyata Herman itu muridmu, nenek tua, muridmu tidak belajar dengan sungguh-sungguh, kamu yang harus bertanggung jawab.” Ujar Robert dengan senyum.

“Kebetulan nenek ingin mencari kamu, tapi kamu sudah datang sendiri. Menggagalkan jerih payah aku yang selama sepuluh tahun, juga memukul muridku sampai terluka parah, dua hal ini jika ditambah, membuatmu mati seratus kali pun tidak akan cukup!” kata Nenek Jin dingin.

“Ingin aku mati seratus kali? Di dunia ini sementara belum ada orang yang bisa melakukan itu.” kata Robert.

Berhenti sejenak, lalu dengan santai Robert berkata : “Nenek tua, patuh dan keluar sendiri untuk mengaku kalah padaku, melihat kerja keras dan latihan kamu selama puluhan tahun, aku bisa memaafkan kamu kali ini, asalkan kamu berjanji tidak akan membahayakan orang lagi.”

“Benar-benar besar mulut bocah ini, apa keluarga kamu tidak mengajarimu untuk menghormati orang yang lebih tua?” Nenek Jin terkekeh-kekeh.

“Aku hanya akan memberimu satu kesempatan ini.” kata Robert sungguh-sungguh.

“Bocah, apa kamu kira nenek benar-benar bodoh? Kamu teriak-teriak di luar dari tadi, bukannya karena kamu tidak bisa masuk ke dalam sini? Masih ingin membohongi nenek agar keluar, mimpi saja kamu!” Nenek Jin tersenyum dingin.

“Kamu pikir aku tidak bisa masuk?” ucap Robert dengan nada aneh.

“Kamu masuk dulu baru bicara.” Nenek Jin tidak percaya, dia bisa mengangkat batu besar itu karena ada berlatih jurus rahasia.

Dia menganggap, sehebat apapun Robert tetap saja dia hanya orang biasa. Orang biasa tidak mungkin bisa menggeser dua buah batu besar seberat lima ratus kilogram.

“Kamu jangan menyesal ya.” Robert menghela napas, lalu tidak terdengar suaranya.

Sepuluh detik kemudian.

Bummm! ! !

Bummm! ! !

Dengan disertai suara keras yang mengejutkan, krak, krak, dua buah batu besar di mulut gua tersebut mengeluarkan bunyi pecahan, retakan yang sangat jelas tampak di mata itu dengan cepat sekali sudah memenuhi seluruh bagian batu!

Novel Terkait

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu