My Tough Bodyguard - Bab 263 Public Sex?

Di dalam gua.

Sellen bersembunyi di sudut gua, wajahnya sangat cemas.

Awalnya dia bersandar di mulut gua dan menyaksikan pertempuran antara Robert dan nenek Jin. Tapi karena gelombang kekuatan pertempuran mereka sangat besar, dan beberapa kali hampir tertimpa batu, dia pun terpaksa kembali di dalam gua.

Meskipun dia tahu bahwa Robert kuat, dia merasa bahwa Nenek Jin lebih menakutkan.

"Robert, kamu harus baik-baik saja."

Sellen berdoa dalam hati.

Beberapa menit kemudian, di luar pun menjadi hening. Sellen mencoba mendengar, tetapi hanya mendengar suara langkah kaki yang semakin dekat.

Dia menjadi panik karena dia tidak tahu apakah itu Robert atau Nenek Jin yang memasuki gua.

Semakin berpikir dia semakin cemas. Ketika gugup, seseorang akan sangat mudah untuk membayangkan hal-hal yang buruk. Sellen berharap Robert yang menang, tapi siapa tahu kalau nenek Jin yang menang?

"Tidak bisa, aku tidak boleh duduk diam."

Sellen menggigit bibirnya, dan memutuskan untuk melawan, bahkan jika dia harus meninggal, sebelum meninggal dia juga harus membuat nenek Jin jengkel.

Dia melihat situasi di dalam gua dan mencari apakah ada yang bisa diangkatnya, hanya ada pot yang digunakan untuk memasak ramuan yang sudah dingin.

Setelah mencoba suhunya, masih sekitar 70 derajat.

Sellen melepas jaketnya, menyiapkan sepanci air, berjalan cepat ke samping mulut gua, dan menunggu nenek Jin mendekat.

Langkah kaki itu semakin dekat, Sellen menarik nafas dalam-dalam, memutar badannya dan muncul di mulut gua, gerakannya sangat cepat sehingga panci besar berisi air panas itu pun terlempar ke orang itu.

"Robert!"

Mata Sellen terbelalak. Saat ini dia bisa melihat dengan jelas siapa orang itu. Sayangnya, semua sudah terlambat.

Byurrr!!

Air panas terciprat ke tubuh Robert yang sama sekali tidak tahu apa-apa. Rambut, wajah, dan pakaiannya basah kuyup.

Robert terkejut.

"Ahhh! Panas!"

Robert menarik nafas sambil cepat-cepat membuka bajunya.

Sellen juga tidak peduli lagi, dia melemparkan pancinya dan membantu Robert menanggalkan pakaiannya, pada saat yang bersamaan dia mengeluarkan handuknya dan membantunya menyeka air panas di tubuhnya.

"Ya Tuhan, kamu wanita yang sangat jahat. Aku menyelamatkanmu, tapi kamu ingin menyakitiku." gumam Robert.

"Tidak, maaf, saya pikir... saya pikir..." Wajah Sellen memerah, dia meminta maaf. Namun, ketika dia melihat bahwa Robert telah menang, dia sangat senang.

Robert juga bisa menebak pikiran Sellen dan tersenyum.

Robert memeras air di bajunya, dan meletakkannya di pundaknya, kini Robert yang bertelanjang dada, memperlihatkan otot-ototnya yang kuat, dan membuat jantung Sellen berdegup kencang.

"Kenapa, kamu sedang menunggu nenek Jin untuk kembali dan menangkapmu?" Robert berbalik badan dan melihat Sellen masih dalam keadaan linglung. Dia pun bercanda dan mengajaknya, "Ayo, sudah saatnya turun."

"Oh, oh, oke." Sellen kembali tersadar, wajahnya memerah, dan diam-diam bertanya di dalam hatinya apa yang telah terjadi padanya, dengan cepat dia mengikuti Robert dan berjalan menuruni gunung.

...

Di kaki gunung, ratusan mobil mewah sedang terparkir, dan dari mobil-mobil itu tidak ada yang bernilai dibawah dua juta yuan.

Sebagian besar pemilik mobil-mobil ini adalah keturunan anak orang kaya, pebalap mobil.

Pembunuh, dan yang lainnya sedang mengelilingi sebuah mobil Volkswagen biasa, dan ada beberapa orang bahkan membuka penutup mobil itu untuk melihat apakah mobil itu telah dimodifikasi.

"Mesin asli, belum dimodifikasi."

"Luar biasa. Saat jam pulang kerja, mobil ini mencapai kecepatan 300km per jam di daerah perkotaan."

"Yang terpenting adalah mobil ini tidak lecet sama sekali, utuh!"

"Mana pemilik mobilnya? Aku ingin melihat orang hebat itu."

"Mobilnya diparkirkan di sini, sepertinya dia sudah naik gunung."

"Gunung Daliang masih belum dikembangkan, tidak ada lampu jalan di malam hari, dan ada beberapa tempat yang bahkan tidak ada jalan aspalnya. Ngapain naik?"

Semua orang merasa bingung.

Saat ini, dari jalan gunung, seorang pria dan seorang wanita turun, pria itu bertelanjang dada, sedangkan wanita itu mengikutinya di belakang, wajahnya memerah.

Itu Robert dan Sellen.

Melihat banyak orang di sekitar mobilnya, Robert pun bingung dan berkata, "Apa yang kalian lakukan disini? Awas awas."

"Kamu pemilik mobil ini?" Seorang anak orang kaya bertanya kepadanya.

"Bukan." Robert menggelengkan kepalanya. Mobil ini milik satpam Tony, dia hanya meminjam darinya. Sebelumnya mobil Mercedes-Benznya sudah diledakkan oleh pemimpin hitam, dan keluarga Mo masih belum sempat memberinya mobil baru.

"Lalu bagaimana kamu ..." Anak orang kaya itu menatap Robert, tapi dia melihat Robert sudah membuka pintu mobil.

"Mobil ini milik teman saya. Saya hanya meminjam darinya." Melihat semua orang tidak membuka jalan untuknya, Robert pun terpaksa menjelaskan.

Wuuu!

Semua orang tiba-tiba terkejut.

"Jadi, kamu adalah pria yang baru saja menyetir dengan kecepatan 300km per jam di daerah perkotaan?" Anak orang kaya itu bertanya dengan penuh semangat.

"Sepertinya... benar." Robert menatap speedometer di mobil dan terkejut. Tanpa disadarinya, ia mengendarai mobil dengan kecepatan 300km per jam.

"Master, mohon terima sujudku!"

"Kami semua kesini karena mengikutimu."

"Semoga kamu tidak keberatan kami mengganggumu."

"Mobil ini adalah milik temanmu, lalu mobilmu sendiri apa?"

"Bos, apakah kamu masih menerima murid? Aku bisa mencuci mobilmu."

Anak orang kaya itu mengajukan pertanyaan dan terus berbicara.

Robert pun merasa lucu dan melambaikan tangannya: "Mengenai hal ini, kalau kita berkesempatan untuk bertemu lagi nanti, aku akan menjelaskan kepada kalian. Sekarang aku masih ada urusan, mohon kalian memberi jalan."

"Bos, boleh beritahu namamu." Tanya anak orang kaya itu.

Robert pun berpikir sebentar, lalu mengucapkan namanya. Dia kemudian melihat ke luar jendela dan berkata: "Sellen, masuk ke mobil."

"Ya, oke." Sellen mengangguk.

Anak orang kaya itu pun spontan memberi jalan untuk membiarkan Sellen duduk di kursi depan.

Walaupun mereka telah banyak melihat wanita cantik, mereka masih sangat tertarik dengan kecantikan Sellen. Seketika merea merasa bahwa kecantikan-kecantikan wanita yang mereka temui sebelumnya sangatlah biasa.

Mobil Volkswagen itu pun pergi dari pandangan semua orang.

"Ternyata begitu!"

Anak orang kaya itu akhirnya mengerti apa yang telah terjadi.

Tidak heran mobil itu melaju kencang di kota.

Tidak heran mereka berlari ke pegunungan.

Tidak heran dia berjalan menuruni bukit bertelanjang dada.

Tidak heran wanita itu wajahnya memerah sepanjang jalan.

Ternyata...

Mereka melakukan public sex!!

Hebat, luar biasa.

Semua orang iri, berimajinasi, gadis secantik itu, kalau dibayangkan benar-benar sangat menarik!

...

Jiang Cheng, pinggiran kota, di sebuah pabrik mobil bekas.

Herman menarik nafas dalam-dalam dan bangkit untuk mengepak kopernya, dia berencana pergi ke gunung Daliang untuk mencari gurunya.

Setelah menerima ramuan yang diberikan oleh gurunya, lukanya sudah jauh lebih baik, meskipun masih belum sembuh total, tapi pergerakannya sudah kembali leluasa.

Menghitung-hitung waktu, sepertinya saat ini gurunya sudah mulai mengganti tubuh. Dia bergegas pergi agar bisa melindungi gurunya.

Ketika gurunya benar-benar telah merebut tubuh Sellen, ia dapat berlatih ilmu rahasia dengan gurunya. Pada saat itu, tubuhnya tidak hanya akan pulih saja, tetapi kekuatannya juga akan meningkat pesat.

Memikirkan wajah cantik Sellen yang luar biasa itu dan lekuk tubuh yang cukup membuat siapa pun tergoda, Herman pun menjadi bersemangat.

Jika tidak salah, Sellen bahkan mempunyai tubuh yang sangat baik, hal ini sangat menguntungkan baginya.

Memikirkan hal ini, dia pun mengemasi tasnya, tanpa disadarinya gerakannya menjadi cepat.

Tok tok tok.

Saat ini, ketukan pintu terdengar di belakangnya, diikuti suara yang dikenalinya: "Herman, buka pintu."

Guru?

Herman terkejut, saat ini, bukankah seharusnya gurunya sedang menukar tubuhnya di gunung Daliang? Kenapa malah datang kesini?

Dengan keraguan di hatinya, Herman membuka pintu, dan melihat nenek Jin yang lemah, berdiri di luar pintu, dia hampir tidak bisa berdiri seimbang.

"Guru, ada apa denganmu?" Herman dengan cepat memapahnya dan duduk di tempat tidur.

"Aku dikalahkan Robert." kata Nenek Jin.

Setelah mendengarkan kejadiannya, Herman pun terkejut, dia tahu bahwa Robert sangat kuat, tetapi dia tidak pernah berpikir bahkan gurunya juga bukanlah lawan Robert.

"Sialan Robert, sekali lagi menghancurkan rencanaku!" Nenek Jin mengertakkan giginya.

"Guru, apa yang harus kita lakukan selanjutnya?" Herman bertanya ragu.

Nenek Jin berpikir sebentar, dan berkata, "Herman, kamu kembali ke kota H dan bawa... Nana."

Seketika ekspresi Herman berubah: "guru, apakah guru ingin ..."

"Ya, ini adalah langkah terakhir bagi guru yang sebelumnya khawatir kalau akan ada perubahan. Tidak disangka malah digunakan hari ini." Kata nenek Jin dengan nada dingin.

Ekspresi Herman agak jelek, dia pun berkata pelan: "Guru, ini tidak baik, lagipula..."

"Lagipula apa? Aku suruh kamu pergi, kamu cepat pergi." nenek Jin menjadi kesal.

"... Ya." Herman tidak berani membantah, memandang nenek Jinnya yang lemah, dia berbisik, "Guru, tunggu beberapa hari, aku akan membawa Nana kesini secepat mungkin." Setelah itu, dia berbalik badan dan pergi dengan cepat.

Setelah Herman pergi, Nenek Jin memuntahkan darah.

Dia membuka telapak tangannya, retakan yang terlihat sangat jelas itu hampir membuatnya merasa seperti sedang terbelah.

Nenek Jin merasa bahwa hidupnya akan segera berakhir, demi menunggu tubuh yang cocok untuknya, dia terpaksa bangkit dan meninggalkan pabrik mobil bekas itu.

...

Jam sepuluh malam.

Di sebuah desa yang tidak jauh dari Jiangcheng.

Jose Xu, seorang guru TK di desa itu, sedang berjalan pulang sendirian.

Dia baru saja pulang kerja.

Guru di sekolah itu sangat sedikit, dia mengurus tiga kelas sendirian dan banyak hal yang harus dilakukannya, dia mengoreksi tugas anak-anak dan menyiapkan pelajaran...

Namun, dia tidak merasa lelah sama sekali, dia merasa sangat puas.

Di usianya yang ke 25, ia sangat percaya diri dalam karirnya ini, mengajar dan mendidik anak-anak adalah impiannya sejak dulu.

Bekerja lembur sampai jam sepuluh sebenarnya sudah termasuk larut malam. Orang tuanya sangat menyayanginya dan selalu memintanya untuk mengurangi beban kerjanya dan pulang lebih awal. Bagaimanapun, desa tidak seperti kota, di malam hari, lampu jalan sangat sedikit dan redup.

Berjalan sendirian di jalan, angin dingin tiba-tiba berhembus, Jose mempercepat langkah kakinya, dia ingin pulang dan tidur lebih awal, lalu kembali ke sekolah besok pagi.

Tiba-tiba, tidak jauh dari sana, seorang wanita tua dengan tongkatnya datang perlahan-lahan.

Dang!

Sepertinya karena tidak bisa berdiri seimbang, atau tidak tahan dihembus angin, nenek itu pun tiba-tiba terjatuh.

"Nenek, nenek baik-baik saja?" Jose cepat-cepat berjalan kesana, berjongkok, dan bertanya dengan khawatir sambil memapahnya.

"Gadis kecil, oke kamulah orangnya." Nenek tua itu menyengir lebar, telapak tangannya yang kering dan penuh retakan itu pun meraih pergelangan tangan Jose.

Novel Terkait

Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu