Cinta Presdir Pada Wanita Gila - Bab 74 Siluman (1)

Begitu Pan Yang berkata demikian, dia langsung mendapatkan tatapan seram dari Lu Yanting.

Sebenarnya, dia juga langsung menyesal setelah mengatakan itu.

Melihat sikap direktur Lu, terlihat jelas bahwa dia bertengkar dengan Lanxi.

Namun... ... Kali ini dia pergi mencari, apakah untuk membujuk Lanxi pulang?

Asyik sekali, sungguh asyik sekali.

"Bawa mobil." Lu Yanting melontarkan satu kalimat dengan dingin.

Pan Yang "oh", lalu menyalakan mobil.

……

Berlalu hampir empat puluh menit, mobil berhenti di lantai bawah apartemen.

Lu Yanting membuka pintu dan turun dari mobil, sedangkan Pan Yang menunggu dengan diam di dalam mobil.

Sebenarnya hal ini cukup luar biasa, dia belum pernah melihat Lu Yanting membujuk orang... ...

Ketika Lu Yanting berjalan sampai di pintu gedung, kebetulan ada seseorang keluar, jadi dia pun mengambil kesempatan ini untuk masuk.

Setelah masuk, dia menaiki lift untuk ke lantai atas.

Berdiri di depan pintu apartemen, Lu Yanting sekilas merapikan dasi, lalu menekan tombol bel pintu.

Jiang Sisi duduk di tempat yang lebih dekat dengan pintu. Mendengar bel pintu berbunyi, dia bangkit dan berjalan ke pintu, melihat situasi luar dengan monitor.

Setelah menampak Lu Yanting, Jiang Sisi membalikkan kepala dan berkata pada Lanxi: "Ei, Lu Yanting datang."

Lanxi: "... ..."

Kedatangannya ini, dia benar-benar tidak disangka.

Sekarang dia masih marah, dia tidak ingin bertemu Lu Yanting.

Jiang Sisi berpikir sejenak, berkata: "Kalian rundingkan saja."

Dia merasa, Lu Yanting datang ke sini, itu menandakan bahwa dalam hatinya juga sudah menyadari bahwa dirinya membuat kesalahan.

Meskipun ini bukan masalah yang bisa diganti rugi, tapi maaf yang seharusnya diucapkan tetap harus diucapkan, bukankah begitu?

Lanxi masih saja tidak bicara. Jadi, Jiang Sisi mengambil keputusan sendiri, membuka pintu untuk Lu Yanting.

"Maaf mengganggu." Sikap Lu Yanting lumayan sopan, "aku mau cari Lanxi."

Dia tidak menanyakan “Apakah Lanxi di sini”. Tapi langsung berkata bahwa dia ingin mencari Lanxi.

Ini menunjukkan, dia sudah yakin bahwa Lanxi akan datang ke sini.

“Iya, ada di dalam.” Jiang Sisi memberi jalan pada Lu Yanting dan membiarkannya masuk.

Lu Yanting baru saja berjalan masuk ke ruang tamu, langsung melihat Lanxi yang duduk di sofa.

Dia melangkah maju, langsung duduk di sampingnya.

Setelah Lu Yanting duduk, Lanxi menggeser ke samping.

Sekarang emosinya masih tinggi, sama sekali tidak mempunyai niat untuk mempedulikan Lu Yanting.

Lu Yanting bertanya pada Lanxi: “Sekali tamparan masih belum bisa meredakan amarahmu?”

Lanxi: “… …”

Jiang Sisi yang mendengar di samping sedikit kaget.

Tadi Lanxi tidak memberitahunya bahwa dia menampar Lu Yanting.

Jadi, Lu Yanting masih saja datang untuk membujuk Lanxi walau Lanxi baru saja memberi tamparan ke dia?

Cukup keren.

Tampaknya, keberhasilan rencana Lanxi hanya perlu menunggu waktu.

“Lain kali ingat kabari lebih awal kalau mau keluar di malam hari.”

Lu Yanting tahu, hari ini Lanxi tidak mungkin mau pulang dengannya.

“Malam ini kamu boleh menginap di sini, besok ingat pulang, ya?”

Lanxi: “… …”

Respon Lanxi seperti ini sudah di dalam dugaan Lu Yanting.

Selesai mengatakan apa yang seharusnya dikatakan, sesudah memastikan keamanannya, Lu Yanting pun pergi.

Setelah Lu Yanting pergi, Jiang Sisi bergegas duduk di samping Lanxi, mulai kepo.

“Kamu pukul dia?” Lanxi membantah: “Memang harus dipukul kan?”

“Tentu saja harus dipukul, hanya saja… …” Jiang Sisi diam sejenak, mengangkat alis: “Kamu juga tahu, sesuai identitas dan statusnya, tidak ada yang berani memukulnya.”

Lanxi: “Aku sudah memukulnya beberapa kali, siapa suruh dia membuatku marah.”

Jiang Sisi merespons ‘Cihh’: “kamu cukup keren. Sebelumnya aku dengar dari orang, bahkan orang tuanya saja bersikap sopan dengannya.”

Lanxi: “… …”

Jiang Sisi menyenggol lengan Lanxi: "Kurasa dia sepertinyanya sangat menurut padamu, apakah itu ilusiku?"

Mendengar Jiang Sisi berkata demikian, Lanxi memutar mata: "Ya, itu hanya ilusi kamu."

Lu Yanting menuruti dia? Bagaimana mungkin.

“Aku serius.” Jiang Sisi bilang, “kurasa dia pastinya terpesona olehmu hingga kehilangan kesadaran, dasar kamu siluman.”

Lanxi: “… …oh, ini memang iya.”

Lu Yanting lumayan suka bercinta dengannya.

Bukankah pria selalu memikirkan hal semacam ini.

Lanxi masih sangat percaya diri mengenai tubuh dan penampilannya, normal baginya bisa terjadi hal seperti itu.

“Oh ya.” Jiang Sisi merenung dengan serius, akhirnya teringat masalah penting, “Kamu merasa tidak, kemampuan kamu mengontrol emosi lebih tinggi dibanding sebelumnya?”

Hal ini, Jiang Sisi menyadarinya barusan.

Sesuai kondisi yang sebelumnya, dia pasti akan amat pasrah ketika menghadapi hal seperti ini, melukai diri atau orang lain adalah hal yang tidak di luar kemungkinan.

Tapi kali ini, dia sepertinya lebih tenang daripada sebelumnya, dan juga tidak berdampak secara berlebihan.

Begitu dibahas Jiang Sisi, Lanxi sendiri juga menyadarinya.

Tampaknya memang seperti ini.

Meskipun dia marah-marah pada Lu Yanting, juga memukulnya, tetapi reaksi pada tubuhnya tidak sebesar sebelumnya.

Dulu ketika emosinya tinggi, dia tidak hanya akan kehilangan kesabaran, memukuli orang, tetapi juga rentan terhadap peningkatan detak jantung dan kehilangan tenaga.

Dulu, dia juga pernah duduk di lantai dan sama sekali tidak bisa mengeluarkan tenaga.

Tampaknya… … obat Liao Xuan berguna.

“Sepertinya begitu.” Kata Lanxi, “Mungkin karena aku makan obat.”

Jiang Sisi: “tampaknya dokter yang dicari Lu Yanting cukup andal.”

Lanxi mengangguk, “Iya, orangnya lumayan baik.”

……

Tengah obrolan, ponsel Lanxi tiba-tiba berdering.

Lanxi mengambil ponsel, setelah melihat nama yang muncul di layar, dia tersenyum.

Setelah diam beberapa detik, Lanxi mengangkat telepon.

**

Pada saat ini, Gu Chengchi berdiri di luar kamar inap pasien, dengan gugup menelepon Lanxi.

Setelah panggilan tersambungkan, Gu Chengchi dengan hati-hati bertanya: “Aku tidak mengganggu waktu istirahat kamu kan?”

Lanxi tersenyum: “Tidak, ada apa kamu mencariku?”

Gu Chengchi: “Erh… … apakah besok kamu ada waktu?”

Lanxi tidak menjawab.

Gu Chengchi menambahkan: “Kalau ada waktu, ayo kita pergi makan makanan Jepang.”

Lanxi: “Besok tidak bisa, lain kali saja.”

Dia adalah tipe orang yang sangat terus terang, jadi, cara menolak juga sangat langsung.

Mendengar balasan Lanxi, Gu Chengchi setidaknya akan merasa sedikit sedih.

Tapi berpikir kembali, dia mungkin terlalu sibuk dengan pekerjaan.

Dengan pemikiran seperti itu, Gu Chengchi merasa lega.

Gu Chengchi: “Baiklah… … kalau begitu tunggu kamu ada waktu saja.”

Lanxi: “Iya, kamu istirahatlah dengan baik, ambil kesempatan minggu ini untuk persiapan S3.”

Mendengar perhatian dari Lanxi, Gu Chengchi amat senang, kesenangan itu sulit disembunyikan dari nada suaranya: “Iya, aku akan melakukan persiapan dengan baik.”

Lanxi: “Iya, tunggu kamu diterima, aku akan memberimu hadiah.”

Sikap Lanxi terhadap Gu Chengchi tidak berbeda dari sikap pada anak kecil.

Gu Chengchi: “Iya, aku pasti akan berusaha keras!”

……

Ketika Gu Chengchi mengatakan kalimat ini, Gu Jingwen kebetulan keluar dari kamar. Dia mengerti Gu Chengchi. Tidak perlu bertanya, dia sudah tahu bahwa Gu Chengchi sedang bertelepon dengan gadis yang disukainya.

Gu Jingwen berjalan ke arah Gu Chengchi dan berhenti di depannya, bertanya dengan tersenyum: "Telepon dengan gadis yang kamu suka itu?"

Gu Chengchi mengangguk dengan muka yang merah.

Dari kecil sampai dewasa, Gu Jingwen tidak pernah melihat Gu Chengchi seperti ini.

Dia sedikit penasaran: “Kamu sudah bilang dengannya?”

Gu Chengchi: “Bilang apa?”

Gu Jingwen: “Yah bilang kamu suka dia.”

Begitu Gu Jingwen mengatakan itu, muka Gu Chengchi semakin merah lagi.

“Belum… …aku belum tahu cara menyampaikannya.”

Gu Jingwen: “Dia sudah ada pacar belum?”

Gu Chengchi berpikir sejenak, menggelengkan kepala: “Tidak ada.”

Dilihat dari situasi Lanxi, tidak seperti orang yang memiliki pacar.

Setelah diam sejenak, Gu Chengchi melanjutkan: “Dia lebih mementingkan pekerjaan.”

Novel Terkait

Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu