Cinta Presdir Pada Wanita Gila - Bab 204 Pemeriksaan Janin (1)

Lanxi sangat tidak nyaman dengan tatapan Lu Yanting, jadi dia pun berbalik badan dan hendak meninggalkan tempat.

Saat dia berbalik badan, dia melihat Lu Yanting menopang pada tongkat dan mencoba untuk berdiri, tampak kesulitan untuk bangun.

Sejujurnya, setelah melihat adegan ini, perasaan Lanxi agak tertekan.

Lu Yanting mengalami kecelakaan mobil karena dia, dia tidak dapat melarikan diri dari tanggung jawab ini.

Mengingat ini, Lanxi menarik napas dalam-dalam, setelah ragu-ragu sejenak, dia akhirnya berbalik kembali dan berjalan ke hadapan Lu Yanting, tiba-tiba mengulurkan tangan dan membantunya untuk berdiri.

Begitu disentuh Lanxi, Lu Yanting terpaku.

Dia sama sekali tidak menyangka Lanxi akan melakukan ini.

Lu Yanting menatapnya, mata penuh dengan tulisan kaget.

Lanxi menggerakkan bibir, ingin memberikan penjelasan, tapi tidak tahu apa yang harus dijelaskan.

Mungkin... ... dia melakukan terlalu banyak hal yang tidak penting?

Mungkin saja Lu Yanting berpikir apa yang telah dilakukannya berlebihan, mungkin juga di dalam hati Lu Yanting menghina aksinya ini.

“Lepas.” Sesuai dugaan.

Ketika Lanxi sedang berpikir demikian, Lu Yanting sudah membuka mulut.

Suaranya sangat dingin, seperti sedang berbicara dengan orang asing.

Mendengar itu, Lanxi segera melepaskan tangan.

Benarkan, sudah terduga, dirinya kurang kerjaan hingga mencari penghinaan untuk diri sendiri.

Ya sudah, karena dia tidak perlu bantuan, dirinya pun tidak akan sok baik.

Setelah melepaskan tangan, Lanxi tidak lagi melihat Lu Yanting, langsung berbalik badan dan berjalan keluar.

Jika dia tidak salah ingat, Pan Yang seharusnya sedang menunggu di luar, dia hanya cukup memberi tahu Pan Yang dan membiarkannya yang membantu Lu Yanting saja.

Teringat ini, Lanxi mempercepat langkah kakinya.

Lu Yanting diam berdiri di tempat dengan tongkat, memandang sosok Lanxi yang bergesa-gesa keluar, Lu Yanting memberikan senyuman ironi pada diri sendiri.

Memang sungguh tidak sabar sekali untuk segera pergi dari sini.

Iya juga, tujuan sudah tercapai, dia seharusnya sudah tidak ingin terus menyia-nyiakan waktu untuk bersamanya.

Apalagi sekarang mereka berdua sudah tidak memiliki hubungan apa pun lagi, dia semakin tidak memiliki alasan untuk peduli padanya.

Tapi, tindakan tadi… …

Lu Yanting menundukkan kepala dan melihat lengan yang tadinya dipegang oleh Lanxi, giginya menggigit erat secara tidak sadar.

………

Sisi lain, Lanxi sudah berjalan keluar dari kantor.

Di koridor luar, Pan Yang dan Shu Ran berdiri terpisah.

Melihat Lanxi keluar, Shu Ran segera menghampirinya.

Lanxi mengangguk kepada Shu Ran, mengisyaratkannya untuk tidak perlu khawatir, kemudian mengalihkan pandangan ke Pan Yang.

Lanxi mengambil beberapa langkah menuju Pan Yang, berkata kepadanya: "Bos Lu ada di dalam, sepertinya dia kesulitan untuk berjalan, mungkin kamu bisa membantunya."

Lanxi menyebut Lu Yanting dengan sebutan “Bos Lu.”

Sebutan yang begitu asing, bahkan Pan Yang pun terbengong.

Pan Yang secara tidak sadar ingin mengoreksi sebutan Lanxi, tetapi kemudian ia terpikir, mereka telah menyelesaikan formalitas perceraian, jadi sepertinya tidak ada yang salah dengan sebutan itu.

“Oke, aku sudah tahu, terima kasih.” Pan Yang merasa sayang dengan perceraian mereka.

Dia mengangguk pada Lanxi, lalu melangkah ke pintu masuk kantor.

Setelah Pan Yang pergi, barulah Lanxi berkata pada Shu Ran: “Ayo kita pulang.”

Shu Ran sekedar merespons “ya”, menganggukkan kepala, kemudian berjalan keluar dari Biro Urusan Sipil dengan Lanxi.

Tangan Lanxi masih memegang surat cerai, Shu Ran melihatnya.

Dia dapat merasakan bahwa suasana hati Lanxi tidak begitu baik, jadi dia pun tidak banyak mengajak Lanxi untuk bicara di sepanjang jalan.

………

Sisi lain, ketika Pan Yang membantu Lu Yanting untuk berjalan keluar dari kantor, sudah tidak ada seorang pun di koridor.

Lu Yanting awalnya mengira dia masih bisa melihat Lanxi lagi ketika keluar, tetapi ternyata Lanxi sudah pergi.

Menyadari hal ini, Lu Yanting tersenyum ironi lagi. Dia merasa dirinya benar-benar cukup hina, bahkan sudah sampai pada saat seperti ini pun dia masih memeluk harapan terhadap Lanxi.

Apakah kekecewaan yang dirasakan belum cukup banyak?

Pan Yang bisa melihat bahwa Lu Yanting sedang dalam suasana hati yang buruk, dan suasana hatinya yang buruk sebagian besar dikarenakan oleh Lanxi.

Memikirkan ini, Pan Yang menghelas napas, hanya bisa diam.

**

Perihal Lanxi dan Lu Yanting muncul di Biro Urusan Sipil untuk menangani prosedur perceraian, segera tersebar luas.

Di dunia ini, tidak ada tembok yang tidak bisa ditembus udara. Baru-baru ini, mereka berdua memang menjadi fokus berita gosip. Setelah pernyataan perceraian dirilis, semua orang menunggu untuk melihat kapan mereka berdua benar-benar bercerai.

Dalam masa ini, selalu ada paparazi yang memburu Lanxi, momen penting Lanxi pergi ke Biro Urusan Sipil, tentu saja tidak akan dilewatkan oleh mereka.

Pada malam hari yang sama, dalam berita hiburan Jiangcheng muncul foto Lanxi dan Lu Yanting yang sedang menjalani prosedur perceraian di Biro Urusan Sipil. Begitu berita itu keluar, kolom komentar langsung heboh.

Bagaimanapun, semua orang terus mengharapkan mereka berdua cerai.

Hampir semua komentar berisikan dukungan atas perceraian ini.

“Akhirnya cerai!! Bisa hidup sampai tibanya hari ini, sungguh merupakan berkah, aku akan merayakannya! Hahahahahaha!

“Hahahahaha, aku mau lihat apa lagi yang disombongkan Lanxi kedepannya! Aku sudah lama tidak snenag padanya!”

“Cukup bagus, mereka berdua memang tidak cocok.”

“Selamat ya Bos Lu, akhirnya kamu berhasil mengusir si rubah licik itu!”

Semua komentar ini tentunya terlihat oleh Lanxi.

Sebenarnya, dia sendiri tahu dengan jelas, perihal dia dan Lu Yanting pergi ke Biro Urusan Sipil untuk melakukan formalitas perceraian pasti akan masuk berita, dia juga tahu seperti apa reaksi orang banyak setelah berita ini dirilis.

Ketika pernyataan perceraian dikeluarkan, sudah banyak orang yang berpesta, sekarang mereka benar-benar bercerai, mungkin kelompok orang itu hanya akan lebih senang.

Sebelum melihat berita dan komentar-komentar itu, Lanxi sudah mempersiapkan mental terlebih dahulu, jadi ketika melihat komentar-komentar yang mencemooh dirinya, dia tidak terlalu emosi.

Komentar semacam ini akan tidak terasa jika sering membacanya. Dia bahkan sudah tidak peduli dengan pendapat Lu Yanting pada dirinya, apalagi orang-orang yang tidak penting ini.

Dia melihat sebentar komentar-komentar itu, kemudian mematikan ponsel.

Untungnya pekerjaan hari ini sudah diselesaikan semua, cukup lega.

Begitu Lanxi mematikan ponsel, dia mendengar suara ketukan pintu.

Dia sekilas melihat jam, sudah hampir waktunya untuk pulang kerja.

Lanxi merespons “Silakan masuk”, kemudian mengangkat kepala untuk melihat pintu kantor.

Ketika melihat Zhou Hesi, Lanxi agak kaget.

“Apa yang membawamu ke sini?”

Zhou Hesi hanya memberi senyuman, melangkah ke meja Lanxi dan berhenti.

Sebenarnya, sebelum datang ke sini, Zhou Hesi agak khawatir dengan Lanxi, karena dia tahu bahwa Lanxi peduli pada Lu Yanting, jadi dia takut berita-berita itu akan berdampak buruk padanya.

Tapi, setelah masuk barulah dia merasa kondisi Lanxi sebenarnya lumayan baik.

Oleh karena itu, dia pun merasa lega, suaranya juga terdengar santai.

Zhou Hesi mengamati Lanxi sebentar, lalu berkata, "Bukankah ada proyek baru yang akan diluncurkan lusa nanti? Aku kebetulan datang untuk melihatnya."

Melalui perkataannya, Lanxi teringat, memang ada satu proyek hotel yang akan diluncurkan.

Proyek ini seharusnya proyek kerja sama dengan Zonghai, tetapi kontrak belum ditandatangani.

Sekarang dia dan Lu Yanting sudah bercerai, kontrak ini pun tidak mungkin berjalan lagi.

Sekarang Zhou Hesi merupakan mitra kerjanya, memang wajar baginya untuk datang memeriksa perkembangan proyek kerja sama ini.

Lanxi mengangguk, “Oke, sudahkah kamu mendapatkan tempat tinggal, perlukan aku bantu—“

“Tidak usah, sudah diatur, kamu tidak perlu memusingkan masalah ini.” Berkata sampai sini, Zhou Hesi berhenti sejenak, pandangannya beralih ke bawah, pada akhirnya berhenti di perut Lanxi.

Kemudian, Zhou Hesi berkata padanya: “Sekarang yang perlu kamu lakukan adalah melindungi anak yang ada di perutmu dengan baik, makan tepat waktu, cukupi nutrisi, jangan terlalu khawatir tentang masalah perusahaan, juga jangan terus bekerja lembur, mengerti?"

Lanxi merasa Zhou Hesi seperti seorang ibu tua, tetapi dia tahu bahwa Zhou Hesi mengatakan semua ini untuk kebaikannya.

Dia bukan tipe orang yang tidak bisa membedakan mana baik mana buruk.

Jadi, Lanxi menyetujuinya dengan diiringi senyuman, “Iya, iya, iya, tahu.”

Kemudian, dia menambahkan: “Tidak sangka ternyata kamu terlihat dewasa ketika berceramah.”

Perkataan Lanxi membuat Zhou Hesi tertawa.

Saat berinteraksi dengan Zhou Hesi, Lanxi selalu merasa sangat lega.

Lanxi memiliki suatu penyakit, yaitu ia hanya bisa tetap santai ketika bersama dengan teman.

Jika orang itu adalah seseorang yang dia sukai, dia malah akan salah tingkah dan merasa tertekan.

Ketika bersama Shen Wenzhi, dia sebenarnya memiliki kecenderungan ini.

Apalagi di depan Lu Yanting, tidak pernah benar-benar santai.

Sebaliknya, saat bersama dengan Zhou Hesi, dia bisa sepenuhnya menjadi diri sendiri.

Lanxi merenung sebentar, ketika dia bersama Shen Wenzhi, sikapnya terlalu manja dan berkemauan sendiri, kemudian saat bersama dengan Lu Yanting, terlalu mengontrol diri, jika dipikir-pikir, kedua sikap ini sama-sama ekstrim.

Sebaliknya, ketika berinteraksi dengan Zhou Hesi, dia merasa sangat nyaman.

Ini mungkin karena mereka sudah kenal sejak kecil.

Saat Lanxi sedang memikirkan ini, Zhou Hesi berkata: “Ayo makan malam bareng?”

Begitu dia berkata demikian, Lanxi juga merasa lapar: “Boleh, makan apa?”

Zhou Hesi tersenyum: “Kamu wanita hamil, kamu saja yang pilih.”

Saat Lanxi memikirkan apa yang ingin dimakan, ponsel berdering.

Dia mengambil ponsel dan melihatnya, panggilan dari Jiang Sisi.

Agaknya Jiang Sisi telah melihat berita perceraian.

Lanxi menekan tombol jawab dan mendekatkan telepon ke telinganya.

Sesuai dugaan, begitu telepon tersambung, langsung ter dengar suara Jiang Sisi yang tidak sabar: "Kamu sudah sah bercerai dengan si pria brengsek itu sore tadi?"

Suara Jiang Sisi relatif keras, sekarang kantor agak hening, ditambah—jaraknya dan Zhou Hesi cukup dekat, jadi ketika Jiang Sisi menanyakan hal ini, Zhou Hesi mendengarnya.

Novel Terkait

Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu