Cinta Presdir Pada Wanita Gila - Bab 34 Melanggar Janji (1)

Bab 34 Melanggar Janji (1)

Tentu saja Lanxi tahu kenapa Jiang Sisi berkata seperti itu.

Obat tidur memang merusak tubuh, sesekali mengonsumsinya mungkin tidak mengapa, namun jika sudah ketergantungan untuk jangka panjang, aka nada efek samping yang beraneka ragam.

Namun Lanxi benar-benar tidak berdaya, sejak Lan Zhongzhi memaksanya untuk berkencan dengan Wang Po, dia mulai insomia lagi.

Dia sudah mencoba untuk tidak meminum obat, namun semalaman tidak bisa memejamkan mata dan tidur sungguh sangat menyiksa.

Untuk Lanxi, obat tidur seperti narkoba, begitu meminumnya langsung ketagihan, sangat sulit untuk berhenti.

“Tidak apa, bukankah ini masih hidup?” Lanxi mengibaskan tangannya berlagak santai, mengambil sumpit bersiap untuk makan.

Jiang Sisi mengambil sumpitnya, menatap tajam Lanxi, dia sangat jarang seserius ini.

“Kita pergi ke dokter saja, kamu tidak mungkin selamanya meminum obat ini.”

“Jiang, aku tidak sakit.” Lanxi mengkerutkan alis, meralat ucapannya.

Perkataan yang membujuknya kedokter seperti ini, jika dikatakan oleh orang lain, dia pasti sudah mengamuk.

“Aku tahu, waktu itu dokter brengsek itu menyiksanya, namun Lanxi percayalah padaku, tidak semua orang di dunia ini sejahat itu, kita obati penyakit ini ya?” Jiang Sisi meletakkan sumpit, memeluk Lanxi.

Dia benar-benar tidak tega padanya. Sekian lama mengenalnya, apa saja yang terjadi pada Lanxi dia tahu semuanya.

Dia yakin penyebab ia menderita penyakit ini, pasti bukan hanya disebabkan meninggalnya Bai Wanyan dan Bai Cheng yang bersusulan, ibu dan kakeknya.

Lanxi dipeluk oleh Jiang Sisi seperti itu, tatapan matanya kosong.

Setelah sesaat.

Lanxi mengangkat tangan menepuk bahu Jiang Sisi, Sudahlah jangan melankolis begini, aku benar-benar tidak apa.”

Jiang Sisi, “Kamu janji padaku dulu, kelak tidak akan minum obat tidur lagi.”

Lanxi mengangguk dengan santai, “Baiklah, aku janji.”

Jiang Sisi, “Obat penenang dan obat pengendali emosi juga tidak boleh.”

Lanxi, “Baik.”

Jiang Sisi, “Kalau ketahuan minum diam-diam, ikut aku ke dokter.”

Lanxi, “….”

Kali ini tidak ada reaksi.

Jiang Sisi menghembuskan nafas, ia sudah tahu modusnya, “Aku sudah tahu kamu akan meminumnya diam-diam dibelakangku!”

Lanxi, “….”

“Oh iya, semalam Lu Yanting datang kemari.” Jiang Sisi sedikit ragu, akhirnya ia memutuskan untuk memberitahukan ini kepada Lanxi.

Begitiu Lanxi mendengarnya, tangannya yang menggenggam sumpit membatu.

Agak terkejut.

Kemarin setelah kembali dari rumah sakit, dia dan Lu Yanting sempat bersitegang.

Siapa sangka, malamnya Lu Yanting masih mencarinya sampai kemari.

“Aku merasa dia lumayan perhatian padamu.” Jiang Sisi mengingat-ingat sikap Lu Yanting semalam, berkata kepada Lanxi, “Sepertinya dia benar-benar menyukaimu.”

“Hmph…” mendengar perkataan Jiang Sisi, Lanxi langsung tertawa.

Lu yanting menyukainya? Bagaimana mungkin.

Jika mengatakan Lu Yanting tertarik padanya, dia masih percaya.

Namun ketertarikan ini hanya sebatas fisik pria dan wanita saja.

Mengenai perasaan… dia tidak pernah berfikir untuk memberikannya, juga tidak perlu memintanya.

“Jiang ku, sejak kapan kamu mulai memiliki cara pikir seperti gadis muda seperti ini?” Lanxi menggoda Jiang Sisi.

“Semalam dia juga melihat obat di samping ranjangmu.” Satu kalimat dari Jiang Sisi cukup untuk membuatnya menarik kembali senyumannya.

Melihat Lanxi yang seperti itu, Jiang Sisi tidak berhenti, melanjutkan, “Dia bilang ayahmu memberitahunya kondisimu.”

Mendengar sampai sini, sumpit ditangan Lanxi langsung terjatuh ke lantai tepat disamping kakiknya.

Prak! Tadinya sangat lapar, sekarang nafsu makan saja sudah tidak ada.

Kondisi tubuhnya, dia tidak ingin membiarkan orang lain mengetahuinya.

Jiang Sisi mengerti apa yang ia pikirkan, dia membungkuk badan lalu memungut sumpitnya, lalu berkata kepada Lanxi, “Dia lumayan memperhatikanmu, mungkin kamu bisa membuka hatimu dan mencoba untuk berinteraksi dengannya.”

Jiang Sisi berfikir, jika Lanxi bisa bersama-sama dengan Lu Yanting, ini seperti menemukan tambatan hatinya.

Sejak semalam, Lu Yanting lumayan memperhatikannya, kalau tidak ia tidak mungkin sengaja datang untuk mencarinya, karena dia orang yang sangat sibuk.

“Lihat nanti saja.” Lanxi mengangkat bahunya.

“Ada lagi, kenapa kakimu bisa sampai terkilir?” Jiang Sisi menunduk melihat kearah pergelangan kakinya.

Mengungkit hal ini, Lanxi teringat kejadian yang terjadi di Bar Ramai Setiap Hari

Kepalanya langsung sakit.

Lanxi mengambil bir disampingnya lalu membukanya, meminum satu tegukan, lalu berkata, “Lu Yanting dan Shen Wenzhi saling kenal.”

Jiang Sisi, “…”

Melihat ekspresi Jiang Sisi yang terkejut, Lanxi juga tidak terkejut.

“Ehm, ekspresiku saat itu juga seperti itu.”

Lanxi menjelaskan dengan singkat apa saja yang terjadi malam itu pada Jiang Sisi.

Setelah Jiang Sisi mendengarnya, tanpa sadar menopang dahinya.

 “Yah ampun..”

“Eh, tunggu, mereka berdua berkelahi?” Jiang Sisi baru tersadar.

Lanxi, “Tidak berkelahi, aku menariknya.”

Jiang Sisi mengangkat alis, “Kamu menarik Lu Yanting? Tidak membiarkannya memukul Shen Wenzhi?”

Lanxi, “…”

Jiang Sisi, “Oh My! Pantas saja kalian bertengkar!”

Apa yang dikatakan Jiang Sisi masuk akal.

Pria seperti Lu Yanting, tidak perduli ada perasaan atau tidak, melihat istrinya menghadang didepan pria lain, merupakan sebuah tantangan untuk harga dirinya.

Masalah ini sangat rumit, Lanxi tidak ingin memikirkannya.

Ada beberapa pertanyaan yang tidak tega Jiang Sisi tanyakan padanya.

Atau mungkin bisa dikatakan, tidak perlu tanyapun ia bisa menerka jawabannya.

Hingga kini ia belum bisa melupakan Shen Wenzhi, ini terlihat sangat jelas.

Namun hal seperti ini… cukup dengan mengerti namun tidak perlu dibicarakan.

**

Lanxi dan Jiang Sisi makan bersama.

Setelah mengecas handphone dan menyalakannya, Lanxi menerima notifikasi panggilan tak terjawab.

Lan Zhixin yang menelfonnya.

Lalu Lanxi melihat beberapa pesan masuk, datang dari Lan Zhixin juga.

Lanxi membukanya dengan tidak sabaran.

Lan Zhixin : Kak, aku ingin bertemu denganmu, kita ngobrol sebentar yah?

Lan Zhixin : Kak, bukankah kau terus mencari kotak perhiasan tante semasa hidup? Sepertinya hari ini aku melihatnya di loteng, kita janjian ketemu di suatu tempat saja.

Lanxi tidak berniat menggubrisnya, namun melihat kata ‘kotak perhiasan’ ini, ia mulai goyah.

Saat Bai Wanyan meninggal, Lanxi membereskan barang peninggalannya sendiri.

Namun, ada sebuah kotak perhiasan yang bagaimana pun ia mencari tapi tetap tidak dapat menemukannya. Lanxi sudah mencari lama namun tetap saja tidak ketemu.

Meskipun akhirnya Bai Cheng membujuknya untuk tidak mencarinya lagi, namun Lanxi terus memikirkankan hal ini.

Lanxi menatap layar handphone sesaat, lalu membalas pesan Lan Zhixin : Ketemu dimana?

Lan Zhixhin : Besok malam, toko dessert disamping teater Bao Li.

Lanxi : Oh.

Lanxi seharian tidak menghubungi Lu Yanting, dia sudah terbiasa tinggal di tempat Jiang Sisi, malam juga tidak kembali, langsung tinggal disini.

**

Keesokan malamnya, Lanxi berpakaian rapi, datang tepat waktu ke toko dessert di samping teater Bao Li.

Dia berjalan masuk, didalam toko ramai dengan orang, Lanxi menatap jauh ke sekeliling, namun tidak melihat orang yang ia cari.

Lanxi mengambil handphone mengirim pesan : Kau dimana?

Lan Zhixin : Lantai dua, posisi dekat jendela.

Setelah menerima balasan, Lanxi menyimpan handphone, naik ke lantai dua.

Lantai atas malah tidak terlalu ramai. Lanxi berjalan ke tempat duduk di dekat jendela, tidak melihat Lan Zhixin, malah melihat Shen Wenzhi.

Saat menatap mata Shen Wenzhi, Lanxi mengerti apa yang sedang terjadi sekarang.

Ini bukan kali pertama Lan Zhixin melakukan hal semacam ini.

Sebelumnya ia menggunakan alasan ulang tahun mengundang Shen Wenzhi datang, kali ini menggunakan kotak perhiasan Bai Wanyan untuk menipunya datang kemari…

Lanxi mengepal keras tangannya, ingin sekali pergi kerumah keluarga Lan sekarang juga untuk menghajar Lan Zhixin.

“Lanxi jangan pergi, kita bicara dulu!” Shen Wenzhi menggenggam tangan Lanxi.

Suhu tangannya sangat tinggi.

Dulu saat mereka masih bersama, saat udara dingin, dia suka menyembunyikan tangannya dalam telapak tangannya untuk menghangatkan.

Lanxi terpaku di tempat asal, tidak ada reaksi. Shen Wenzhi menunduk melihat ke pergelangan kakiknya, dia sama sekali tidak memperdulikan mereka sedang berada di tempat umum, ia langsung jongkok, jarinya menyentuh perlahan pergelangan kakinya.

Dengan sangat hati-hati, seolah sedang menyentuh barang yang sangat berharga.

Melihat bekas luka yang timbul di pergelangan kakinya, tenggorokan Shen Wenzhi seolah tercekat.

“Sudah terkilir kenapa masih mengenakan sepatu hak tinggi?” Shen Wenzhi berdiri, menggandeng tangannya lagi, “Duduklah, aku sudah memesan black forest kesukaanmu.”

Lanxi tidak bersuara, langsung duduk di seberanganya.

“Lanxi, apa yang terjadi dulu aku sudah tahu semuanya.” Shen Wenzhi mengkerucutkan bibirnya, berkata dengan penuh beban.

“Maaf, aku yang tidak becus melindungimu.”

“…” Lanxi tetap tidak berkata-kata.

Shen Wenzhi melanjutkan, “Lanxi, tinggalkanlah dia.”

“Kamu harusnya lebih jelas daripadaku dia itu orang yang seperti apa. Kamu bersama dengan orang yang berhati sedalam itu…. Tidak akan bahagia.”

“Kenapa tidak bisa bahagia?” Lanxi tersenyum sinis padanya, “Pria terkaya di kota Jiang ini adalah dia, aku menikahnya, semua orang paling tidak harus menghormatiku. Apa yang aku inginkan, dia bisa membelikannya untukku, kenapa aku tidak bahagia?”

“Jangan membohongi diri sendiri.” Shen Wenzhi menatapnya, “Aku tahu kamu bukanlah orang yang seperti itu.”

“Kamu pikir kamu sangat mengerti diriku?” Lanxi berkata dengan dingin, “Mungkin dulu tidak, tapi sekarang iya.”

“Ibuku dan kakek sudah meninggal, kamu pikir aku masih bisa menjalin kasih denganmu tanpa beban seperti dulu?” Lanxi memegang rambutnya, “Didunia ini selain uang, tidak ada lagi yang bisa diandalkan, ini adalah caraku menilai sekarang.”

“Hmm, makanan anda…”

Saat kondisi sedang sangat tegang, pelayan datang.

Pelayan juga merasakan hawa yang tidak bersahabat yang terpancar, berbicara dengan sedikit terbata.

“Terima kasih, taruh saja.” Shen Wenzhi menoleh, tersenyum dengan ramah kepada pelayan.

Pelayan meletakkan kue dan kopi, lalu pergi dengan cepat.

Setelah pelayan pergi, Shen Wenzhi mendorong black forest kedepan Lanxi, sama seperti dulu, memotong dengan garpu, menyodorkan hingga kedepan mulutnya.

“Cobalah, seharusnya rasanya masih sama seperti yang kau suka.” Suaranya sangat lembut, terdengar sangat menggoda hati yang mendengarnya.

Mendengar suaranya yang lembut, melihat tatapannya yang penuh kehangatan, Lanxi seolah hampir tenggelam kedalamnya.


    **


Konser akan dimulai minggu depan, hari ini Gu Jingwen melakukan latihan pertama di teater.

Setelah latihan, dia diajak oleh anggota orkestra ke toko dessert di samping teater.

Novel Terkait

Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu