Cinta Presdir Pada Wanita Gila - Bab 32 Wanita ini... (2)

Bab 32 Wanita ini... (2)


Wanita ini….

“Sakit sekali, aku tidak mau lagi!”

Dia tiba-tiba menjadi tidak terkendali, kakinya terus meronta, alisnya mengkerut, seperti memimpikan hal yang buruk.

“Aku bukan orang gila, bukan.. bukan….” Dia berkata sambil menutupi telinganya.

“Iya, bukan.” Lu Yanting mengangkat satu tangannya mengelus rambutnya.

Setelah ditenangkan, dia kembali stabil.

Lu Yanting menggesernya sedikit, memasukkan obat penurun demam dan anti infeksi kemulutnya, meminum seteguk air, mengarahkan bibirnya ke mulut Lanxi.

Ini adalah cara paling efektif yang bisa terpikirkan olehnya.

Setelah dicium, wanita diatas ranjang tidak bisa diam, tubuhnya terus meliuk, gesekan diantara mereka dengan mudah meningkatkan hasratnya.

“Jangan sembarangan gerak.” Dia mendekati telinganya, suaranya terdengar serak.

“Aku sangat merindukanmu….” Dia tetap mengigau.

Hati Lu Yanting seolah terhipnotis, sulit untuk mengontrol dirinya, ia menundukkan badan, mengecup lembut keningnya.

Bagian sensitive dibawah perutnya bergejolak, selagi ia masih bisa mengontrol pikirannya, dia melepaskannya, berbalik masuk kamar mandi untuk mandi air dingin.

  ……    

Lu yanting merasa dirinya tidak normal.

Selama ini ia belum pernah menahan dirinya karena seorang wanita.

Berdasarkan sifatnya, seharusnya kapanpun ia mau ia melakukannya.

Namun hari ini, tanpa disangka merasa harus menahan diri demi dia.

Gila, benar-benar sudah gila.

Lu Yanting memejamkan mata, membuka air hingga yang paling deras, membiarkan air yang dingin membasahi sekujur tubuhnya.

Lanxi bermimpi sangat panjang malam ini.

Awalnya ia bermimpi sangat indah, ibu dan kakek menemani disisinya, mereka melihat sebuah tas model baru yang limited stock di jalanan Paris, tanpa mengucapkan apapun Bai Cheng langsung mengeluarkan kartu kredit dan membelikannya.

Tiba-tiba lokasinya berubah menjadi ruang mayat disebuah rumah sakit.

Dia dan Bai Cheng merangkul menjadi satu, melihat Bai Wanyan yang sudah ditutupi dengan kain putih.

Dia menangis hingga matanya menghitam.

Lalu tiba-tiba, semua orang disampingnya menghilang, entah sejak kapan Bai Cheng terbaring dilantai, tidak perduli ia memanggil seperti apapun ia tetap tidak bangun….

Mimpi ini merupakan siksaan yang panjang baginya.

    **

 sudah menjadi kebiasaannya saat bekerja, setiap hari ia bangun sangat pagi.

Saat bangun, ia memegang kening Lanxi, suhunya sudah tidak setinggi semalam, namun masih perlu diturunkan demamnya.

Mengingat kembali apa yang dokter Li katakan, kelihatannya hari ini ia perlu membawanya ke rumah sakit.

Lu Yanting turun dari ranjangnya, mengambil handphone lalu berjalan keluar kamar.

Setelah keluar, ia memilih urutan huruf M di kontaknya, menelfon.

Telfon baru berdering satu kali sudah langsung terangkat, “Bos Lu, ada apa?”

Lu Yanting, “Berikan Lanxi ijin kerja 3 hari.”

Terkejut, “Kamu menelfon hanya karena ingin meminta ijin untuk Lanxi?”

Mendengar perkataan ini, Lu Yanting mengerutkan alis, “Ada masalah?”

“Tidak, Tidak ada masalah!” buru-buru mengelak, lalu bertanya, “Lanxi sakit?”

Lu Yanting,”Tidak tahu.”

siapa yang akan percaya.

Kalau benar tidak tahu, bagaimana mungkin menelfon untuk meminta ijin untuknya?

Sebelumnya tidak terlihat, Bos Lu mereka lumayan sombong.

Tentu saja, perkataan ini hanya berani dikatakan dalam hati.

Meskipun secara pribadi hubungannya dengan Lu Yanting cukup dekat, namun tidak memiliki nyali untuk mengomentarinya.

“Hanya itu saja, aku akan mematikan telfonnya.” Apa yang mau dikatakan sudah dikatakan, Lu Yanting tidak ingin banyak bicara lagi.

    ……

Lanxi terbangun oleh suara alarm.

Semalaman bermimpi sepanjang itu, setelah bangun, punggungnya terasa pegal, kepalanya terasa berat.

Begitu melihat waktu di handphone, sudah pukul 7.30….

Dia berusaha mengingat apa yang terjadi tadi malam, sepertinya ingatan dia hanya sampai perjalanan pulang di mobil Lu Yanting, bagaimanapun ia mberusaha mengingat tetap tidak dapat mengingatnya.

Lanxi menyibak selimutnya, ingin turun untuk bersiap-siap berangkat kerja.

Saat berdiri, pergelangan kakinya terasa sangat sakit, sekarang dia baru ingat kalau semalam kakinya terkilir.

Yah ampun, sakit sekali.

Lanxi menundukkan kepala melihat pergelangan kakinya yang bengkak, juga bekas luka diatasnya.

Dia berfikir, mungkin kakinya di kehidupan yang lalu melakukan banyak dosa, kalau tidak bagaimana mungkin bisa sesial ini.

Baru berfikir seperti itu, terdengar suara pintu dibuka.

Lanxi mengangkat kepala melihat, ternyata Lu Yanting.

“Bos Lu, selamat pagi.” Setelah melihat Lu Yanting, Lanxi langsung melayangkan senyuman, dengan suara manis mengucapkan selamat pagi padanya.

“Hari ini tidak perlu berangkat kerja, bersiap-siaplah, kita ke rumah sakit.”

“Tidak perlu Bos Lu, aku tidak apa-apa, sebaiknya tetap berangkat kerja saja.”

Mendengar kata ‘rumah sakit’, ada perasaan tidak nyaman dalam hatinya.

Dia sangat membenci rumah sakit, “Aku sudah memintakan ijin untukmu.” Lu Yanting berjalan kedepannya, menyuruhnya bergegas, “Cepat siap-siap.”

….. Dia sudah menelfon?

Mendengar ini, kepalanya langsung sakit.

Sebelumnya dia sudah diperingatkan untuk menjauh dari Lu Yanting, sekarang Lu Yanting yang menelfon langsung meminta ijin untuknya, lain kali entah apa lagi yang akan terjadi?

“Bos Lu, aku benar-benar tidak apa-apa, kalau anda sudah memintakan ijin untukku, biarkan aku berbaring di rumah sehari saja, untuk ke rumah sakit tidak perlu…. A!”

satu kalimat Lanxi belum selesai dikatakan, pria ini sudah membungkuk dan menggendongnya dari ranjang lalu berjalan kearah kamar mandi.

“Aku suka wanita yang menurut.” Lu Yanting berkata sambil menurunkannya di depan wastafel.

“Oh? Benarkah?” Lanxi memiringkan kepala melihatnya, matanya dipenuhi senyuman, “Tapi berdasarkan pengalamanku, terhadap wanita yang menurut, pada akhirnya hanya akan membuat pria bosan dan mencampakkannya.”

“Kamu sangat berpengalaman?” Lu Yanting menyipitkan matanya dengan wajah penuh curiga.

“Tentu saja tidak.”Lanxi mengambil sikat gigi dan pasta gigi, menyunggingkan senyuman di bibirnya dengan bangga, “Dalam kondisi biasa, aku yang mencampakkan orang lain, sebelum orang yang mencampakkanku lahir.”

Lu Yanting tertawa kecil, melemparkan satu kata, “Cepatlah.” Lalu berjalan keluar kamar mandi.

Meskipun Lu Yanting memintanya untuk bergegas, namun ia tetap melakukannya perlahan.

Seorang wanita membutuhkan waktu yang panjang untuk mempersiapkan dirinya, Lanxi semalam tidak mandi, sehingga ia mandi terlebih dahulu, lalu mengeringkan rambutnya, berdandan, waktu yang dibutuhkan sekitar satu jam lebih.

Setelah semua selesai, ia mengambil baju baru dilemari untuk dikenakan lalu turun.

Lu Yanting sudah menunggu dengan tidak sabar, baru akan menyusul kelantai atas untuk mencarinya.

Lanxi turun berjalan kesamping rak sepatu, mengambil sebuah sepatu hak tinggi dan akan mengenakannya.

“Kamu bodoh?” Lu Yanting menggenggam pergelangan tangannya, “Kaki sudah bengkak seperti itu masih mengenakan sepatu hak tinggi? Kau ingin merusak kakimu?”

“Uhm, aku tidak bisa pakai sepatu beralas datar.” Lanxi mengerucutkan bibir, seolah tidak merasa apa yang dia lakukan salah.

“Kamu benar-benar…” entah kenapa, melihat dirinya begitu tidak bisa menyayangi diri sendiri, hati Lu Yanting begitu kesal.

Dai mengambil sepasang sepatu kets lalu melemparkannya kesamping kakinya, “Pakai ini.”

Lanxi, “….”

Pakaiannya begitu cantik, lalu dipadukan dengan sepatu kets? Orang yang melihatnya mungkin akan menganggapnya aneh.

“Jangan membuatku mengulang untuk kedua kalinya!” melihatnya tidak bereaksi, Lu Yanting memperingatkannya. “Bos Lu tenang saja, aku juga pernah mengalami situasi seperti ini, memakai sepatu hak tinggi tidak apa-apa.” Lanxi tersenyum padanya.

“Kamu cari mati yah?” Lu yanting mencubit dagunya, terlihat amukan badai dalam matanya.

Lanxi tidak tahu dia membuat salah apa lagi, tidak berani banyak bicara, akhirnya mengikuti perkataannya memakai sepatu kets.

Penampilannya sungguh jelek hingga ia tidak berani melihatnya.

    **

setengah jam kemudian, rumah sakit.

Begitu menginjakkan kaki di rumah sakit, Lanxi mulai merasakan sesak.

Agar Lu Yanting tidak menyadari ada yang tidak beres dengannya, dia hanya bisa berusaha menahannya, berharap pemeriksaannya cepat berakhir.

Namun Lu Yanting seolah sengaja ingin menentangnya, membawanya memeriksa dari dalam hingga luar.

Setelah pemeriksaan, wajah Lanxi terlihat sangat tidak baik.

Lu Yanting pergi menebus obat, dia berdiri di lobi menunggunya.

Orang disekitarnya lalu lalang, itu membuat kepalanya pusing.

Dia benar-benar benci datang ke rumah sakit, setiap kali datang kemari, ia selalu teringat kenangan buruk di masa lalunya.

Dia mengangkat tangan menutupi matanya.

Baru saja menutup matanya, sudah mendengar ada orang yang memanggil Namanya, “Lanxi?”

Suara ini…

Lanxi menurunkan tangan dari matanya, menatap dingin Tang Manshu yang berdiri di depannya.

“Tidak disangka kamu datang ke rumah sakit?” melihat Lanxi di rumah sakit, Tang Manshu sangat terkejut.

Dia berkata dengan bersemangat, “Akhirnya kamu sudah mengerti yak an? Penyakit ini sama sekali tidak menakutkan, asalkan kamu yakin, berusaha melawan….”

“Coba kamu bicara sekali lagi!” Lanxi mencubit dagunya, “Percaya tidak mulutmu ini akan aku robek!”

“Lanxi, kamu, kamu tenanglah sedikit….”

Melihat kondisi Lanxi yang seperti ini, mengingatkannya pada saat dia kambuh dulu, dia merasa sedikit takut.

“Aku, aku hanya ingin memberikan perhatian padamu, tidak ada maksud lain….” Dia berusaha menjelaskan.

“Heh, menutup mulutmu sudah cukup memberiku perhatian.” Lanxi melepaskannya, membuka tas, mengeluarkan tissue basah untuk mengelap tangannya.

 Tang Manshu tetap berdiri disana, menggigit bibir sambil menatap Lanxi, kedua matanya penuh dengan perhatian.

Seolah sedang melihat temannya sendiri.

“Lanxi, aku tahu kamu sangat memperdulikan hal ini, tapi percayalah padaku, aku sama sekali tidak ada maksud ingin menertawakanmu, aku benar-benar berharap kamu bisa sembuh. Aku sudah bertanya pada dokter dibidang ini, mereka bilang penyakit ini tidak boleh dibiarkan terlalu lama, jika terlalu lama tidak baik untuk kondisi kesehatanmu…”

 “Aku kenal seorang psikiater yang sangat hebatn Lanxi, kamu benar-benar harus periksa kesana….”

Kata ‘Psikiater’ ini langsung membuat Lanxi teringat hal-hal yang sudah lalu, ruang isolasi remang tanpa cahaya, dia yang diikat diatas kursi….

Tatapan mata Lanxi mendingin, dia mengangkat kepala menatap Tang Manshu sesaat, tatapan itu, membuat Tang Manshu yang dilihatnya merasa merinding.

Lanxi, “Pergi.”

Tang Manshu hanya bisa berkata sampai disini lalu berbalik.

Namun ia tidak pergi, namun mencari tempat yang tidak terlihat untuk memantau gerakan Lanxi.

Betapa Lanxi menghindari rumah sakit dia sangat tahu jelas. Karena dia tahu tentang ini, maka ia penasaran apa yang membuatnya datang ke rumah sakit.

Novel Terkait

Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu