Cinta Presdir Pada Wanita Gila - Bab 32 Wanita Ini... (1)

Bab 32 Wanita Ini...

Akhirnya sampai juga pada pertanyaan ini.

Lanxi menarik nafas panjang, bangun dari tempat duduknya, melingkarkan tangannya di pinggang Lu Yanting dengan manja.

Lu Yanting sedang merokok, punting rokok menyundut lengannya namun ia tidak melepaskan tangannya.

“Aku tahu aku salah, jangan marah lagi.”

Lanxi melembutkan suara meminta maaf padanya, jarinya yang lentik membuat lingkaran di dadanya dengan lembut, sangat menggoda.

Lu Yanting lanjut merokok, menghembuskan asap, asap yang dihembuskannya tumpah di wajahnya.

Untung Lanxi juga merokok, hal seperti ini tidak akan berpengaruh padanya.

“Saat aku masih muda dan tidak mengerti apa-apa pernah berpacaran dengannya.”

Lanxi tertawa dengan sumringah, menggunakan kata ‘masih muda tidak mengerti’ untuk menjelaskan hubungannya dengan Shen Wenzhi.

“Hanya begitu saja?” Kelihatannya Lu Yanting tidak terlalu percaya.

Matanya menyipit dengan seram, menatap lurus kearahnya, didalamnya masih ada amarah yang belum padam.

“Hm, hanya seperti itu.” Lanxi mengangguk pelan.

“Namun ia terus mengusikku, Bos Lu tenang saja, lain kali aku tidak akan berhubungan lagi dengannya.”

Suara manja yang menurut terdengar dari sampingnya.

Lu Yanting terus menatapnya tanpa berniat mengalihkan pandangan, seolah dengan cara seperti itu bisa melihat dengan jelas apa isi hatinya.

Lanxi tahu mungkin Lu Yanting masih tidak percaya, lalu ia mengedipkan matanya sambil memasang wajah kasihan.

“Bos Lu, kelak kamu harus membantuku, jika dia mengusikku lagi, pukul saja dia.”

“Oh?” jarinya yang menjepit rokok mencubit dagunya, punting rokok hampir saja menyundut wajahnya.

Merasakan hawa panas dari punting rokok, Lanxi segera menarik kembali lehernya.

Badai yang bergejolak dalam mata pria ini mulai mereda.

“Saat aku akan memukulmu tadi kenapa tidak menahanku?”

“Uh, karena kakiku sakit.” Lanxi tetap dengan ekspresi kasihannya.

Dia mengangkat telapak kakinya, “Tadi keseleo… sepertinya juga menginjak serpihan kaca, sekarang sangat sakit.”

Lu Yanting mengalihkan pandangan ke kakinya, pergelangan kakinya memang bengkak besar seperti bakpao.

Lu Yanting membuka pintu turun dari mobil, mematikan rokoknya lalu membuangnya di tong sampah terdekat, membuka pintu kembali masuk ke dalam mobil.

Setelah naik mobil, ia menekan pergelangan kakinya, memperhatikan kakinya dengan teliti.

Telapak kakinya berdarah, seharusnya karena tadi menginjak sesuatu.

“Kenapa tidak bilang sejak awal kalau berdarah.” Lu Yanting bertanya padanya.

“Karena melihatmu sedang marah…” Lanxi mengerurcutkan bibirnya.

“Ke rumah sakit.” Lu yanting hanya melemparkan tiga kata ini.

“Tidak perlu repot, pulang obati sendiri saja.” Lanxi berkata dengan senyum sumringah, “Tapi harus merepotkan Bos Lu untuk membantuku mengobatinya.”

Lu Yanting tidak mengatakan apapun, lansung turun dari mobil pindah ke posisi pengemudi.

Akhirnya tidak jadi pergi ke rumah sakit, saat melewati apotik, Lu Yanting turun membeli obat untuk meredakan bengkak dan obat untuk lukanya.

    **

Bar Ramai Tiap Hari.

Setelah Lu Yanting membawa pergi Lanxi, Shen Wenzhi kembali ke ruang VIP.

Cheng Yi dan Zhou Jinyan masih ada dalam ruangan.

Melihat Shen Wenzhi yang kembali dengan tampang menyedihkan, Zhou Jinyan menghampiri, bertanya dengan nada tegas, “Kamu sebelumnya kenal dengan istri Lu Yanting?”

Perasaan Shen Wenzhi sekarang sedang sangat kacau, sama sekali tidak berniat menjawab pertanyaan Zhou Jinyan.

Dia hanya terdiam, wajahnya terlihat buruk, setelah mengambil jaket ia keluar dangan tatapan kosong.

Zhou Jinyan bersedia mengejarnya, namun di tahan oleh Cheng Yi.

“Aku rasa biarkan dia menenangkan diri dulu!”

“Kamu tidak merasa ada yang aneh?” Zhou Jinyan memijat keningnya, acara reunion teman yang seharusnya menyenangkan, kenapa berakhir seperti ini.

“Apanya yang aneh, wanita itu memang pembawa masalah.” Mengingat Lanxi, wajah Cheng Yi kembali kesal, “Entah dia masih bersama dengan berapa banyak pria, tenang saja, kejadian seperti ini kelak pasti akan terjadi lagi!”

Ekspresi Zhou Jinyan terlihat buruk, bibirnya mengatup rapat tanpa mengatakan sepatah katapun.

        ……

Shen Wenzhi mengendarai mobil pulang kerumah, sepanjang jalan ia menyetir sambil melamun, untungnya tidak terjadi apa-apa.

Baru membuka pintu masuk kedalam rumah, sudah dipanggil oleh ibunya Fang Ling.

“Habis darimana kamu? Kenapa dirimu terlihat menyedihkan seperti ini?”

Saat ini, baju yang dikenakan Shen Wenzhi berantakan, rambut juga acak-acakan, matanya merah, terlihat sangat menyedihkan.

Mendengar suara yang muncul dari belakangnya, melirik sebelah mata, dia tidak ingin menjawab pertanyaannya, bersiap-siap untuk langsung naik ke lantai atas.

“Ibumu sedang bertanya padamu apakah kamu tidak mendengarnya?” melihat Shen Wenzi yang seperti ini, ibunya juga kesal.

Setelah pulang dari luar negri, dia terus tidak menurut, selalu melawan mereka.

Shen Wenzhi menghentikan langkahnya, namun tetap tidak mengatakan apa-apa.

“Wenzhi, acara pertunangan kalian sudah ditentukan dan akan diadakan di bulan Oktober, beberapa bulan ini kalian bersiap-siaplah, mulai minggu depan aku akan menyebarkan kartu undangan, jangan membuat masalah!”

Tang Manshu.

Mendengar nama ini disebut, tatapan mata Shen Wenzhi seketika berubah tajam.

“Aku sudah katakan, siapa yang bersedia bertunangan silahkan bertunangan, aku tidak tertarik padanya!”

Karena emosi, suaranya terdengar kasar dan terdengar tidak sabar.

“Sembarangan bicara apa kamu? Jangan katakan kalau sampai sekarang kamu masih memikirkan gadis gila yang tidak tahu menghargai dirinya sendiri itu?”

Melihat sikap Shen Wenzhi, Fang Ling juga ikut marah.

Dia adalah putra satu-satunya, bagaimana mungkin ia membiarkannya terjerumus. “Ibu! Dia bukan gadis gila, aku sudah menjelaskannya padamu berkali-kali!” Shen Wenzhi tidak suka mendengarnya menggunakan panggilan itu pada Lanxi.

“Sudah harus diobati dengan cara disuntik dan minum obat, kalau bukan gila apa Namanya?” Fang Ling menaikkan suaranya, “Aku peringatkan ya, jangan memikirkannya lagi, Manshu baru pasanganmu!”

“…..”

Pertengkaran seperti ini sudah bukan yang pertama atau kedua kalinya.

Shen Wenzhi sadar semua ini tidak ada gunanya, bagaimanapun ia menjelaskan, dimata Fang Ling, Lanxi adalah orang gila.

Dia juga tidak ingin mencoba untuk mengerti bagaimana kehidupan yang dilalui oleh orang yang mengalami depresi.

Mengingat masalah yang sudah lalu, Shen Wenzhi kembali mengepalkan tangannya dengan kuat.

Berusaha menahan keinginan untuk berargumen, langsung naik ke lantai atas.

    **

Lanxi demam.

Diperjalanan pulang, dia tertidur di mobil.

Saat Lu Yanting menggendongnya dia terbangun, Lu Yanting menggendongnya masuk ke ruang tamu, membaringkannya diatas sofa.

Lanxi merasa sekujur tubuhnya panas, kepala pusing dan berat, kelopak matanya sangat berat, sama sekali tidak bisa dibuka.

Lu Yanting melihat kondisinya yang seperti ini, mengkerutkan dahi. Mangambil obat dari dalam kantong dan membukanya, mengangkat kakinya.

“Ssssss…. “Baru menyentuh kakinya, wanita diatas sofa langsung mendesis.

“Sakit?” Lu Yanting berkata, “Jika sakit bersuara ya.”

Lanxi memejamkan mata, terlihat tidak sadarkan diri, seolah tidak mendengar apa yang ia katakan.

Lu yanting juga tidak memperhatikan kondisinya, mulai memakaikan obat pada lukanya.

Rasa sakit yang menusuk tiba-tiba menyerang, Lanxi mengigau, “Sakit sekali, aku tidak akan menato tubuhku lagi…”

“Apa?” Lu Yanting mengekrutkan alis, sama sekali tidak mengerti omong kosong apa yang sedang ia katakan.

Namun, Lanxi tidak menjawabnya, lanjut mengigau.

Akhirnya Lu Yanting merasakan ada yang tidak beres.

Dia meletakkan obat ditangannya, memegang dahi Lanxi.

……. Demam?

Sekarang dia menyesal, harusnya tadi ia langsung membawanya ke rumah sakit saja!

Namun kondisinya sekarang…..

Lu Yanting berfikir sejenak, mengangkat telfon lalu menghubungi dokter pribadi.

Dokter pribadi keluarga Lu sudah ada sejak Lu Yanting kecil, hingga sekarang jika Lu Yanting sakit atau flu, yang menyiapkan obatnya adalah dia.

Sekarang menghadapi kondisi darurat seperti sekarang, dia hanya bisa memanggil dokter keluarganya terlebih dahulu.

Dokter Li menerima telfon dari Lu Yanting, seelah menanyakan alamatnya, langsung datang secepatnya.

Melihat wanita yang terbaring di atas sofa, dokter Li terlihat sangat terkejut.

Sekian lama, baru kali ini melihat ada wanta di rumah Lu Yanting.

Dan kelihatannya ia sangat khawatir.

     “Nona ini yang demam?” umur dokter Li sudah mendekati 50 tahun, baginya, Lanxi adalah seorang gadis.

“Hm, kakinya juga terkilir, dan ditelapak kakinya juga ada luka.” Dokter Li mengangguk, duduk di sofa, “Sudah mengukur suhunya?”

“Oh, belum.” Lu Yanting menggeleng.

Dokter Li membuka tas obatnya, mengeluarkan sebuah thermometer dari dalamnya lalu memberikannya pada Lu Yanting, “Bantu dia untuk mengukur suhunya.”

Lu Yanting menerima thermometer, menyelipkannya di ketiaknya untuk dikepitnya.

Sambil menunggu hasil ukur thermometer, dokter Li memeriksa kaki Lanxi yang terkilir. Dia memijat pergelangan kakinya sesaat, lalu mengambil obat di dalam tas obatnya untuk dioleskan.

Luka di telapak kakinya juga dengan cepat dibersihkannya lalu di tempel plester.

“Kemungkinan demamnya disebabkan oleh luka di kakinya, makan obat turun panas dan obat anti infeksi sudah cukup.” Dokter Li adalah dokter senior, cukup memeriksa sedikit sudah bisa mengetahui apa penyebabnya.

Dia mengambil stetoskop, menempelkan di dadanya, ekspresi wajahnya terlihat salah.

“Ada apa?” Lu Yanting menyadari perubahan ekspresi di wajah dokter Li.

“Nona ini…. Detak jantungnya tidak beraturan?” dokter Li berkata dengan tegas, “Yanting, aku rasa kamu perlu membawanya untuk memeriksakan dirinya ke rumah sakit, masalah dalam tubuhnya terlalu banyak.”

Setelah mengukur suhunya.

Lanxi panas hingga 39 derajat.

Dokter Li memberikan obat demam dan obat anti infeksi untuknya. Sebelum pergi, dia mengingatkan Lu Yanting sekali lagi, “Kamu harus membawanya ke rumah sakit untuk memeriksa seluruh tubuhnya, selagi masih muda, ada masalah apa bisa di sembuhkan lebih awal.”

“Em, mengerti.”

Lu Yanting sangat menghormati dokter Li, ia mengantarnya sendiri hingga depan pintu.

Kembali masuk ke dalam rumah, Lu Yanting menggendong Lanxi naik ke kamar di lantai atas.

Lu Yanting meletakkannya diatas ranjang, lalu pergi menuangkan segelas air untuknya.

Melihat wanita yang tertidur pulas di ranjang, kepalanya langsung sakit.

Sudah tertidur seperti itu, bagaimana menyuapinya obat?

Lu Yanting menyiapkan obat sesuai anjuran, lalu mendorong bahunya dengan pelan, mencoba mambangunkannya dengan cara seperti ini.

Hasilnya, wanita diatas ranjang tiba-tiba bangun dan memeluknya, wajahnya menempel di lengannya.

“Ibu… Jangan pergi, jangan tinggalkan aku sendiri…”

Suaranya terdengar sangat lemah, dan terdengar sedikir bergetar.

Begitu Lu Yanting mendengarnya, hatinya seperti diremas, hingga bernafas pun terasa sesak.

“Kamu sudah pergi, kakek juga pergi…… Kalian semua tidak menginginkanku, kenapa tidak membiarkanku ikut dengan kalian…”

Suaranya terdengar semakin memelas.

Lu Yanting teringat perkataan Lan Zhongzhi padanya saat berada di kediaman Lan semalam.

Dia mengatakan kalau ibu dan kakek Lanxi semasa hidupnya sangat memanjakannya, namun mereka berdua meninggal bersusulan, karena perubahan yang terlalu drastis, sehingga membuat kondisi kejiwaannya tidak stabil.

Dipadukan dengan igauan dia malam ini, Lu Yanting sudah bisa memastikan kebenaran yang dikatakan oleh Lan Zhongzhi.

Novel Terkait

The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
3 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu