Cinta Presdir Pada Wanita Gila - Bab 92 Kami Sudah Terlalu Akrab Jadi Tidak Bisa (4)

Karena Nyonya Lu memang merupakan statusnya, lalu kenapa tidak ia pergunakan?

Mendengar Lanxi berkata begitu, Jiang Xiao tertegun.

“Kalau begitu, kamu dan Jingwen----“ dia mengarahkan pertanyaan ini ke Lu Yanting.

Jiang Xiao tidak pernah lupa, ketika Gu Jingwen memutuskan untuk kembali kesini dia pernah berkata pada Jiang Xiao kalau kepulangannya kali ini pasti tidak akan dipengaruhi oleh orang lain, dia berkata kalau dia ingin kembali ke sisi Lu Yanting, menikah dengannya dan melewati hari-hari dengan tenteram.

Selama mereka berpisah, Gu Jingwen juga terus mengikuti berita tentang Lu Yanting.

Jiang Xiao juga tahu, kalau beberapa tahun belakangan ini Lu Yanting tidak memiliki pacar.

Waktu itu dia juga terus membujuk Gu Jingwen : Lihat, selama ini dia tidak mencari pacar, dia pasti sedang menunggumu.

Jiang Xiao bersikukuh setelah Gu Jingwen kembali maka pasti akan berpacaran dengan Lu Yanting.

Belakangan ini pekerjaannya sibuk jadi setelah berpisah dia tidak pernah lagi berkomunikasi dengan Gu Jingwen, namun dia tetap meyakini hal tersebut.

Tak disangka, hari ini di Las Vegas dia bertemu dengan Lu Yanting, dan ditambah lagi disisinya ada seorang “Nyonya Lu”.

Lu Yanting tahu apa yang ingin ditanyakan oleh Jiang Xiao, hubungan Jiang Xiao dengan Gu Jingwen begitu baik jadi kalau Jiang Xiao membela dia bisa dibilang itu adalah hal yang wajar.

Namun Lu Yanting juga tidak menyembunyikan sesuatu, dia berkata : “Hubunganku dengan dia sekarang hanya sebatas teman. Seperti yang kamu lihat sekarang, aku sudah menikah, ini adalah istriku.”

Jiang Xiao : “………”

Setelah mendengar ucapan Jiang Xiao, Lanxi bisa menebak identitasnya.

Sial, ternyata dia adalah temannya Gu Jingwen.

Jelas saja dia tidak menyukainya.

Kalau mau membahas soal Gu Jingwen rasanya sudah lebih dari cukup, anggap saja pengaruh buruk di kota Jiang tidak nyata, bahkan di Las Vegas pun masih bisa bertemu dengan orang yang berhubungan dengannya.

Setelah beberapa waktu ini, Gu JIngwen membuat Lanxi semakin lama semakin gusar.

Jiang Xiao mengubah sikapnya, dia tersenyum dan bertanya : “Apakah kalian datang kesini untuk menonton konser?”

Lu Yanting mengangguk pelan : “Iya.”

Jiang Xiao : “Kebetulan sekali, hari ini adalah jadwal pertunjukan group kami. Aku harus bersiap-siap.”

Lu Yanting : “Kebetulan sekali ya, kalau begitu dirimu pergi siap-siap.”

Jelas terlihat dia tidak ingin mengobrol lebih banyak lagi dengan Jiang Xiao.

Lanxi berdiri disana sambil memandang Jiang Xiao pergi.

Setelah dia pergi agak jauh, barulah Lanxi buka mulut, nadanya agak getir : “Bunga persik milik Bos Lu bermekaran diseluruh dunia.”

Mana mungkin Lu Yanting tidak menyadari nada getir dalam ucapan Lanxi?

Dia tertawa kecil, “Kenapa, apa kamu cemburu?”

Lanxi : “Jelas tidak, aku hanya merasa pesona Bos Lu sungguh tak terbatas.”

Lu Yanting : “cerdas dan mampu berbicara dengan baik.”

Dia merangkul pinggang Lanxi, kemudian mereka berdua berjalan masuk ke ruang konser.

Tak lama setelah mereka duduk, pertunjukan pun segera dimulai.

Susunan lagu yang ditampilkan dalam konser piano biasanya sudah tetap, dan banyak yang sudah pernah Lanxi pelajari.

……

Bisa dibilang sangat kebetulan, lagu pertama yang dimainkan ternyata adalah lagu 《Untuk Alice》

Untuk Lanxi, lagu ini menyimpan terlalu banyak kenangan.

Ketika melodi pertama dimainkan, seketika benak Lanxi dipenuhi oleh wajah Shen Wenzhi.

Benar-benar cari mati, jelas-jelas dia sudah berjanji tidak akan mengingat dia lagi.

Lu Yanting melihat ekspresi Lanxi yang menderita.

Kalau dia tidak melihat saluran pertunjukan duet piano mungkin dia tidak akan mengerti kenapa tiba-tiba Lanxi seperti itu.

Sayangnya, tidak ada kata ‘kalau’.

Mendengar melodi ini, dia juga teringat kembali saluran itu, teringat kembali bagaimana Lanxi dan Shen Wenzhi saling berinteraksi.

Ada lagi…. di pesta pertunangan Shen Wenzhi, Lanxi mendorongnya ke arah pohon, lalu menciumnya lebih dulu.

Memikirkan hal ini, ekspresi Lu Yanting pun menjadi gusar.

Namun dia tahu kalau dia tidak boleh marah di tempat seperti ini.

Lu Yanting tidak mendengarkan dengan teliti sepanjang melodi, dia malah terus memperhatikan ekspresi Lanxi.

Bibirnya terkatup erat, bisa dilihat kalau dia sedang berusaha menahan diri.

Bisa dibilang lagu ini adalah sebuah penyiksaan untuknya.

Setelah lagu itu selesai dimainkan, rasanya seperti telah melewati sebuah penyiksaan.

Setidaknya, sudah berakhir.

Seiring dengan berakhirnya lagu, maka orang-orang yang ada di dalam gedung pun mulai bubar.

Saat ini, waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam.

Mereka belum makan malam dan Lanxi merasa agak lapar.

Dan menjadi sangat pemarah.

Beberapa waktu ini, penyakitnya sudah mulai membaik, dia sudah hampir lupa bagaimana rasanya marah.

Sekarang…. Dia mengalaminya sekali lagi.

Dia ingin makan sepuasnya, ingin makan junk food.

Lu Yanting menggandeng dia keluar dari gedung konser.

Dia sengaja bertanya : “Kenapa? Apa kamu tidak sehat?”

Lanxi menjilat bibirnya yang kering :“Aku lapar, aku mau makan.”

Lu Yanting : “……..”

Di saat seperti ini, dia bahkan masih bisa makan?

“Mau makan apa?” tanya Lu Yanting.

Lanxi : “Apa saja boleh.”

Kebetulan Lanxi melihat di dekat gedung konser ada sebuah restoran italia.

Dia menunjuk papan nama restoran itu, “Makan disana.”

Lu Yanting menjawab “Ehm”, dan membawa Lanxi masuk ke dalam restoran.

Lanxi mulai memesan makanan.

Dia memesan 2 porsi spaghetti, seporsi steak sapi, sebuah pizza 12 inchi, serta kentang goreng dan nugget-----

Melihat dia memesan begitu banyak makanan, Lu Yanting mengerutkan kening : “Pesan begitu banyak, apa kamu bisa menghabiskannya?”

Lanxi menengadah menatap dia : “Apakah Bos Lu tidak rela memberi istrinya makan?”

Lu Yanting :“……”

Novel Terkait

Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu