Cinta Presdir Pada Wanita Gila - Bab 137 Aku Menyukai Dirimu Yang Seperti Ini (2)

Lu Yanting menundukkan kepala, memberikan sebuah ciuman lembut dibagian dahi Lanxi, “Jangan memikirkan hal ini lagi, kamu hanya perlu tahu bahwa apapun yang kamu inginkan, aku akan memberikannya kepadamu, sudah cukup.”

Lanxi ingin merebut kembali semua yang menjadi milik keluarga Bai, ia akan memberikannya kepadanya.

Lu Yanting akan memberikan segalanya asalkan Lanxi bahagia.

“Bisakah kamu mendengar sebentar kata-kataku?” cara bicaranya membawa sedikit rasa bersalah.

Lu Yanting benar-benar sudah lama tidak mendengar Lanxi menggunakan nada bicara seperti berbicara.

Saat itu Lu Yanting terdiam sejenak, kemudian dengan segera mengganggukkan kepala, “Bisa, apa yang ingin kamu katakan, katakana saja.”

Lanxi dengan tidak mudah baru ingin membuka isi hatinya kepada Lu Yanting, ia tentu saja tidak akan menolaknya.

“Disaat ia menikah dengan wanita murahan itu, aku sudah memutuskan, seumur hidup ini aku tidak akan mengharapkan apapun lagi kepadanya.”

“Apakah kamu tahu kenapa namaku begitu buruk?” Lanxi menggigit giginya, “semua itu adalah ulah wanita murahan itu, ia membuat rumor mengenai diriku, ia berkata kepada orang-orang, hanya dengan uang sudah dapat tidur denganku, karenanya kemudian sekelompok orang datang untuk mempermalukanku.”

“Haha, kemudian akupun menamparnya.” Lanxi tertawa, “Tetapi memukulnya juga tidak ada gunanya, namaku sudah tidak dapat diperbaiki kembali, semua orang berpikir aku adalah wanita murahan.”

“Tidak.” Lu Yanting menepuk halus punggung Lanxi, “Aku tidak berpikir seperti itu.”

“Bagaimana mungkin kamu tidak?” Lanxi mengingat-ingat, “Jika kamu tidak berpikir seperti itu, disaat hubungan kita belum pasti, tidak mungkin seperti itu terhadapku.”

Lu Yanting: “……”

Lanxi menatapnya yang ingin berbicara kemudian berhenti, tertawa: “Apakah kamu ingin bilang aku yang pertama kali mulai menggodamu?”

Lu Yanting: “Tidak.”

Lanxi: “Huh, memang benar, aku mengakuinya, akulah yang pertama mulai menggodamu.”

“Apakah kamu tahu, sebenarnya disaat itu aku sama sekali tidak terpikirkan mengenai masalah keluarga dan perusahaan, aku hanya ingin mengenalmu, hanya berpikir, sudah saatnya aku menikah.”

“Karena reputasi namaku tidak baik, bisa-bisanya ia mengenalkanku kepada orang yang tua dan jelek, juga sudah pernah menikah, semata-mata hanya karena setelah aku menikah, orang itu bisa memberikan investasi miliyaran rupiah kepadanya.

Lanxi mengangkat mukanya dan melihat kearah Lu Yanting: “Menurutmu apakah aku benar-benar segitu tidak berharganya?”

“Tentu saja tidak.” Lu Yanting menggerakan mulutnya menjawab, “Kamu tidak terhitung dan tidak tergantikan.”

Lanxi tahu kata-kata Lu Yanting ini kemungkinan besar hanyalah untuk menghiburnya saja, tetapi setelah mendengar kata-kata itu ia tetap terharu.

Mungkin ini adalah sifat asli wanita, telinga yang lemah terhadap kata-kata manis, tidak memiliki penolakan sama sekali.

Kalau tidak bagaimana mungkin begitu banyaknya wanita jatuh kedalam rayuan mulut manis para pria.

Sebenarnya Lanxi termasuk memiliki kemampuan pendendalian-diri yang cukup baik, hanya saja karena saat ini bisa dibilang saat-saat terlemahnya, karenanya ia dapat dengan mudah tersentuh dengan kata-kata Lu Yanting.

“Lu Yanting, aku ingin menanyakan kepadamu satu hal.” Lanxi terhenti sebentar, seperti tiba-tiba teringat akan suatu hal.

Lu Yanting: “Hem, tanyakan saja.”

Lanxi melihat kearahnya, “Jika tidak ada aku, apakah kamu akan menikahi anak wanita murahan itu?

Lanxi ingat sebelumnya Lu Yanting dan Lan Zhixin ada beberapa kali berkencan bersama, dan Lu Yanting juga terlihat tidak memberikan penolakan kepada Lan Zhixin.

Maka dari itu, Lanxi tiba-tiba sangat penasaran.

Jika tidak ada dirinya yang ditengah-tengah muncul, apakah sekarang Lu Yanting sudah menikahi Lan Zhixin?

Jika Lu Yanting menikahi Lan Zhixin, Perusahaan Dongjin saat ini apakah masih memiliki hubungan dengannya?

Masalah ini, Lu Yanting sebelumnya pernah memikirkannya, jawabannya tentu saja tidak.

Karena itu, disaat Lanxi mengajukan pertanyaan ini, Lu Yanting tanpa ragu pun menjawabnya: “Tidak akan.”

Melihat tatapan mata Lanxi yang tidak percaya itu, Lu Yanting menambahkan lagi kalimatnya: “Dia bukanlah tipe yang aku sukai.”

Lanxi: “Oh, kalau begitu kamu menyukai tipe yang seperti apa?”

Pertanyaan ini, murni keluar setelah mendengar jawaban Lu Yanting tanpa proses pemikiran yang panjang.

Setelah mengatakannya, Lanxi sendiri merasa agak tidak beres.

Ia bertanya seperti ini, seperti seolah-olah menjurus kearah tipe yang disukai oleh Lu Yanting……

Menanyakan mengenai hal ini, tatapan mata Lu Yanting seketika menghangat.

Lu Yanting menatap Lanxi atas kebawah, tertawa ringan: “Suka yang seperti dirimu ini.”

Lanxi: “……”

Percakapan ini ia tidak tahu harus bagaimana lagi melanjutkannya.

Sebelumnya Lanxi selalu berpikir Lu Yanting sepertinya bukanlah seorang pria yang dapat mengeluarkan kata rayuan yang manis seperti itu, tetapi setelah melewati beberapa saat, Lanxi baru menyadarinya, Lu Yanting bukanlah orang yang tidak dapat berkata-kata manis.

Saat dimana ia tidak berkata-kata manis, kemungkinan besar adalah karena lawan bicaranya tidak cukup berharga untuknya seperti itu.

Kenyataan yang terlalu menyedihkan.

“Baiklah, kamu pergi berbaring terlebih dahulu, aku pergi mandi dulu kemudian menemanimu tidur.”

Malam ini kata-kata Lanxi sudah cukup banyak, Lu Yanting tidak ingin Lanxi tetap memikirkan hal-hal yang tidak menyenangkan ini.

Untuk masalah Lan Zhongzhi, ia sudah mengira-ngira cara untuk menyelesaikannya.

Jawaban Lan Zhongzhi, ia juga kurang lebih sudah dapat menebaknya.

Karenanya, membantu Lanxi untuk merebut kembali perusahaan hanyalah masalah waktu saja.

Saat tiba saatnya, segala masalah ini akan pergi bersama hembusan angin.

Sebenarnya, keinginannya sangatlah sederhana. Hanya dengan Lanxi dapat dengan bahagia berada disampingnya, sudah cukup.

**

Jarak menuju hari libur Qingming masih ada 2 hari lagi, bagian Dewan Direksi masih belum ada pergerakan sedikitpun. Lanxi yang semula sudah mempersiapkan pertarungan dengan mereka, tidak menyangka, disaat-saat penting seperti ini mereka malah tidak menunjukkan sedikitpun pergerakan.

Benar-benar membuat orang terkejut. Dua hari berlalu begitu saja, seluruh perusahaan juga menjalankan hari libur.

Sehari sebelum hari Qingming, turun hujan kecil diatas Kota Jiang.

Sehabis pulang kerja, Lanxi awalnya berencana pergi ke toko bunga untuk memesan bunga.

Tetapi mengingat-ingat lagi, Lu Yanting sebelumnya juga selalu sudah memesan bunga.

Jika seperti itu maka iapun tidak perlu mengkhawatirkan hal ini.

……

Hari kedua adalah hari Qingming, hujan dikota Jiang semakin deras.

Jam 8 dipagi hari, Lanxi dan Lu Yanting keluar rumah bersama-sama.

Lu Yanting menyetir mobil membawa Lanxi pergi ketoko bunga untuk mengambil bunga pesanannya, Lu Yanting memesan 5 buket bunga, tiap buketnya sangat besar tetapi tidak meninggalkan kesan yang terlalu berlebihan.

Lanxi dapat melihat bahwa Lu Yanting cukup teliti dan memiliki pengetahuan juga terhadap hal ini.

Meskipun Lu Yanting kaya, tetapi ia berbeda dengan orang-orang kaya diluar sana yang suka menghambur-hamburkan uang.

Tidak aneh, selalu ada saja wanita yang merelakan diri untuk menerkam Lu Yanting.

Hujan turun dengan derasnya, kipas hujan terus bergerak sepanjang perjalanan.

Cuaca seperti ini, membuat suasana hati orang menjadi lebih abu-abu.

Dalam perjalanan menuju taman pemakaman, Lanxi tidak ada hentinya menatap kearah kipas hujan, tidak membuka mulutnya berbicara sedikitpun.

Lu Yanting mengerti, baginya hari ini adalah hari yang sangat berbeda.

Karenanya, Lu Yanting juga tidak mengganggunya, ia hanya mengendarai mobil dengan tenang.

Sudah hampir lewat satu jam, mobil berhenti didepan pintu taman pemakaman.

Hari ini adalah hari Qingming, meskipun hujan, disini tetap ada banyak orang berdatangan.

Saat Lanxi bersiap-siap untuk turun dari mobil, Lu Yanting bersuara: “Ambil payung, jangan kehujanan.”

Dengan peringatan darinya, Lanxi baru menyadarinya.

Lanxi mengeluarkan suara “Oh”, kemudian mengambil payung dan turun dari mobil.

Setelah Lanxi turun dari mobil, Lu Yanting juga ikut turun dari mobil.

Mereka berdua membawa bunga, pertama-tama mengunjungi batu nisan Bai Wanyan.

Lanxi meletakkan bunga didepan batu nisan Bai Wanyan, kemudian langsung berlutut.

Lu Yanting berjongkok, memegang payung untuk Lanxi.

Lu Yanting melihat foto Bai Wanyan yang tergantung diatas batu nisan itu.

Sebelumnya, Lu Yanting juga pernah melihat foto Bai Wanyan, tetapi adalah foto keluarga, bukan foto besar seorang diri seperti ini.

Hari ini setelah dilihat-lihat, Lu Yanting baru menyadarin, alis Lanxi sangat mirip denga Bai Wanyan.

Mungkin, wajah Lanxi dan tubuhnya juga semua adalah menurun dari Bai Wanyan.

Kalau begitu, Lu Yanting merasa Lan Zhongzhi benar-benar tidak memiliki mata.

Wang Ying dan Bai Wanyan, tidak peduli dilihat dari titik mana saja, bukanlah berasal dari orang yang satu tingkatan.

“Ibu.” Lanxi mengangkat tangannya untuk membersihkan foto, mulutnya sedikit bergerak, memanggil panggilan yang sudah lama hilang ini.

Suaranya agak sedikit bergetar, Lu Yanting memperhatikannya dengan teliti, ia menyadari mata Lanxi sudah agak sedikit kemerahan.

Sebenarnya ini dapat dimengerti. Melihat Lanxi yang seperti ini, Lu Yanting langsung berlutut persis disebelah posisi Lanxi.

Lanxi benar-benar tidak menyangka Lu Yanting akan berbuat demikian, dirinya terkaget dengan pergerakan yang dilakukan oleh Lu Yanting.

“Kamu…… apa yang kamu lakukan?”

“Ibu.”

Lu Yanting tidak menghiraukan pertanyaan Lanxi, melainkan melihat lurus kearah foto Bai Wanyan didepan, bersama dengan Lanxi memanggil panggilan ini.

Berkata sejujurnya, disaat Lu Yanting berlutut dan memanggil sebutan “Ibu”, hati Lanxi agak tersentuh.

Didalam kesadarannya yang selanjutnya, Lanxi mengeraskan kepalan tangannya dan berusaha untuk tenang.

Ia tidak boleh terlalu lugu lagi……

Sebelumnya, apa yang terjadi setelah ia tanpa ada keraguan sedikitpun mempercayainya? Bukankah ia sudah merasakannya?

Luka yang seperti itu, apakah ia masih mau merasakannya sekali lagi?

Disaat Lanxi masih berpikir, Lu Yanting sudah mengangkat salah satu tangannya untuk merangkul Lanxi.

Lanxi mengangkat kepalanya menatap kearah Lu Yanting, mendengar perkataan yang diucapkannya kepada Bai Wanyan.

“Tenang saja, serahkan Lanxi kepadaku, aku akan memberikan apapun yang diinginkannya, aku akan menjaganya dengan baik, melindunginya secara menyeluruh.”

Kata-kata seperti ini, Lu Yanting hidup selama 30 tahun lebih, ini adalah pertama kalinya ia mengucapkannya.

Meskipun dulunya saat ia bersama dengan Gu Jingwen, ia juga tidak pernah mengucapkan perjanjian seperti ini.

Lanxi menatap Lu Yanting beberapa detik, kemudian mengubah arah pandangannya kefoto dibatu nisan itu.

Bu, jangan percaya padanya, dia adalah seorang pembohong.

Lanxi didalam hati tidak hentinya mengucapkan kalimat ini, kata-kata untuk Bai Wanyan dan juga untuk dirinya sendiri.

……

Lanxi dan Lu Yanting berlutut didepan batu nisan Bai Wanyan selama 20 menit lebih.

Kemudian hujan pun berhenti, mereka berdua menutup payung mereka, sambil memeluk buket bunga berjalan kearah batu nisan Bai Cheng.

Ada jarak diantara makam Bai Cheng dan Bai Wanyan.

Taman makam ini sangat besar, dari sini berjalan kesitu kurang lebih membutuhkan waktu kurang lebih 10 menit.

Dalam perjalanan, Lanxi terus menundukkan kepalanya, Lu Yanting juga tidak dapat menebak apa yang sedang dipikirkan oleh Lanxi.

Sebenarnya kata-kata yang diucapkannya didepan batu nisan Bai Wanyan juga adalah janji untuknya.

Lu Yanting benar-benar berharap Lanxi bisa sekali lagi percaya kepadanya.

“Dinginkah?” Tidak tahu apa yang harus dibicarakan, Lu Yanting hanya bisa mencari-cari topik pembicaraan.

Lanxi menggeleng-gelengkan kepalanya, “Tidak dingin.”

Lu Yanting: “Hem, baiklah.”

Setelah berjalan selama beberapa menit, akhirnya merekapun sampai kedepan batu nisan Bai Cheng.

Lu Yanting dan Lanxi secara berganti meletakkan bunga.

Kali ini, Lu Yanting lebih cepat selangkah untuk berlutut dibandingkan Lanxi.

Sebelumnya Lu Yanting sudah berlutut didepan batu nisan Bai Wanyan sekali, Lanxi tidak menyangka dia akan kembali berlutut.

Melihat Lu Yanting yang seperti ini, Lanxi membasahi bibirnya, dengan sedikit canggung berkata: “Sebenarnya kamu tidak perlu berlutut, tidak perlu.”

“Kenapa tidak perlu?” Lu Yanting kembali bertanya kepadanya, “Kamu dan aku adalah suami istri, kerabatmu adalah kerabatku, jika kamu berlutut, mengapa aku tidak berlutut?”

Lanxi: “……”

Ada logika seperti ini?

Bagaimanapun juga Lanxi berpikir Lu Yanting tidak perlu berlutut.

Lu Yanting berlutut seperti ini malah menambahkan beban secara tidak kasat mata terhadap dirinya.

Tetapi, melihat Lu Yanting yang seperti ini sepertinya juga tidak memiliki niatan untuk berdiri, dalam kondisi seperti ini Lanxi juga tidak perlu melanjutkan perdebatan dengannya.

Lanxi berlutut disebelah Lu Yanting, kemudian tersenyum: “Kakek, aku datang untuk melihatmu loh.”

Novel Terkait

The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
3 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
3 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu