Cinta Presdir Pada Wanita Gila - Bab 176 Lanlan Apakah Ingin Bercerai (1)

Xiao Xiao walaupun autis, tapi dia belum sampai pada tahap tidak bisa membedakan mana yang benar atau salah.

Orang yang tidak baik kepadanya, dia bisa melihat.

Perkataan Lanxi ini, sangat jelas niatnya baik.

Xiao Xiao setelah mendengar merasa terkejut, karena dia sendiri tahu, sebelumnya hubungan mereka beberapa kali bisa di bilang tidak baik.

Dan juga, dia bisa merasakan Lanxi sepertinya tidak terlalu suka padanya.

Sekarang tiba-tiba sikapnya menjadi baik, bagaimana Xiao Xiao tidak terkejut.

Tentu saja, Lanxi juga bisa merasakan keterkejutan Xiao Xiao.

Sebenarnya dia juga tidak tahu dirinya sendiri hari ini kenapa, kalau sebelumnya, dia pasti tidak akan memperdulikan Xiao Xiao.

Mungkin karena sudah pergi jalan-jalan, dirinya sudah lebih tenang, di tambah suasana hatinya hari ini lebih baik, jadi tidak tahan untuk tidak berkomentar.

Lanxi tersenyum bertanya pada Xiao Xiao: “Ada apa, kenapa wajahmu terkejut begitu.”

“Terima kasih.” Xiao Xiao adalah orang tidak tahu terima kasih, bisa membuat dia mengatakan kata itu benar-benar tidak mudah.

Tentu saja, Lanxi juga bukan demi mendapatkan rasa terima kasih darinya makanya baru berperilaku seperti itu terhadapnya.

Tapi mendengar Xiao Xiao berterima kasih Lanxi masih merasa senang.

Dia mengangkat tangan menepuk punggung Xiao Xiao, “Sudah, makan .”

………

Lu Yanting dan Xiao Yuanzhang melihat kejadian ini setelah menyelesaikan prosedur rawat inap di rumah sakit.

Jujur saja, dia sedikit terkejut. Sikap Lanxi terhadap Xiao Xiao selalu tidak baik, Lu Yanting juga tidak pernah berharap dia akan menerima Xiao Xiao.

Tidak disangka, ada satu hari bisa melihat Lanxi memperlakukan Xiao Xiao dengan baik, benar-benar membuat orang terkejut.

Lu Yanting menatap Lanxi beberapa detik, Lanxi mengangkat bahu kearah Lu Yanting, tidak mengekspresikan apa-apa.

Setelah itu, Lu Yanting menoleh melihat Xiao Xiao. Melihat rupa Xiao Xiao makan, Lu Yanting merasa senang.

“Bagaimana rasanya? Enak tidak?” Dia tersenyum bertanya pada Xiao Xiao.

Lanxi di sebelah melihat rupa Lu Yanting bertanya pada Xiao Xiao, merasa dia memiliki aura ayah yang baik.

Kalau saja dia mempunyai anak…. Tidak, kenapa berpikir seperti ini lagi?

Lanxi merasa pikirannya sangat tidak pas, hari ini, dia sudah dua kali mengingat hal ini.

Lu Yanting tidak mempunyai anak, tidak ada hubungan sedikitpun dengan dia.

Xiao Yuanzhang juga merasa senang melihat Xiao Xiao makan, berterima kasih pada Lu Yanting dan juga tidak lupa pada Lanxi.

Dia melihat Lanxi, tersenyum berkata: “Terima kasih, untuk kedepannya aku akan berusaha supaya Xiao Xiao tidak mengganggu kalian.”

“Tidak apa-apa.” Lanxi menggeleng.

Mengganggu atau tidak, itu semua adalah urusan Lu Yanting.

Dia hari ini datang hanya untuk bertamu, lain kali mereka juga masih akan merepotkan Lu Yanting, lagipula ini bukan urusan dia.

Di rumah sakit menemani Xiao Xiao satu setengah jam, bersiap untuk pergi, sudah jam delapan, langit di Kota Jiang juga sudah gelap.

Xiao Xiao tentu saja tidak rela Lu Yanting pergi, tapi tidak ada cara untuk menahannya, hanya bisa melihat mereka pergi.

**

Saat di jalan pulang dari rumah sakit, Lu Yanting tiba-tiba berterima kasih pada Lanxi.

Saat dia berbicara tepat pada saat mobil berhenti di lampu merah, Lanxi sedang melihat ke arah luar jendela, Lu Yanting tiba-tiba berbicara:”Terima kasih.”

Lanxi kehilangan senyumnya karena perkataan dia, menoleh dan melihat dia dengan bingung.

Sangat jelas, dia tidak begitu mengerti kenapa dia tiba-tiba berterima kasih.

Lu Yanting melihat kebingungan dia, menjelaskan:”Tadi masalah Xiao Xiao, terima kasih.”

Lanxi terdiam setelah mendengar itu, rupanya karena masalah itu.

Dia mengangkat bahu, “Untuk apa berterima kasih, aku tidak membantu apa pun.”

Lu Yanting : “Aku kira kamu sangat membenci dia.”

“Memang tidak begitu suka. “Lanxi mengakui, berhenti sebentar lalu melanjutkan:” Tapi dia memang sangat kasihan.”

Lu Yanting: “.....Em.”

Lanxi: ”Kamu dulu kenapa ingin merawat dia?”

Dia tiba-tiba penasaran alasan Lu Yanting merawat Xiao Xiao.

Lu Yanting:” Ayahku selalu menyukai kegiatan sosial, saat aku menerima perusahaan aku tetap melanjutkan kegiatan ini. Xiao Xiao tidak sengaja aku tabrak saat di panti asuhan, saat itu dia berlari dan menabrak kakiku, saat itu sepertinya dia belum sampai umur 3 tahun.”

“Saat itu dia di panti asuhan yang lain, di sana mereka tidak tahu dia punya penyakit autis, juga tidak mengobati.” Lu Yanting berkata, “Saat dia melihatku terus memeluk erat kakiku tidak ingin melepaskan, jadi aku membawa dia pergi.”

Setelah mendengar itu Lanxi mendengus.

Tapi, dia tidak curiga perkataan Lu Yanting benar atau tidak.

Karena ini memang adalah gaya dia.

Jujur saja, Lu Yanting walaupun dalam bisnis sangat kejam, tapi saat di kehidupan biasa dia bukan orang yang berdarah dingin.

Sebenarnya dia baik hati. Walaupun saat ini menggambarkan seseorang dengan kata “baik hati”, bukan berarti tidak bisa melihat kelebihannya.

Lu Yanting menyukai anak ini, hal ini tidak diragukan.

Tidak peduli dari perlakuan dia terhadap Cheng Zi atau Xiao Xiao, bisa terlihat.

Lu Yanting setelah selesai berbicara melihat Lanxi tidak menjawab, menutup matanya, suasana dalam mobil kembali sunyi.

Lu Yanting melirik Lanxi, ekspresi wajahnya tidak berdaya.

Ingin berbicara padanya, tapi merasa tidak dapat menemukan topik, hanya bisa berdiam diri.

………

Keheningan seperti ini sepanjang jalan, akhirnya sampai di rumah.

Sudah satu bulan tidak kembali, kali ini menginjakkan kaki di temnpat ini lagi, Lanxi merasa ada perasaan akrab dan perasaan asing.

Dia tidak pernah berpikir, dirinya bisa menemukan rasa memiliki di tempat ini.

Dia pikir, villa ini mengingatkan padanya kenangan buruk.

Tapi sekarang jika dipikirkan kembali, sebenarnya dia di sini, kenangan bahagia juga ada.

Lanxi berjalan ke lemari sepatu mengganti sandal, saat baru saja berdiri setelah mengganti sandal, Lu Yanting tiba-tiba memeluknya dari belakang.

Lanxi melawan sebentar, ingin melepaskan, tapi dia malah memeluk lebih erat.

Merasakan kekuatan dia, Lanxi berhenti melawan, membiarkan dia memeluk.

Kedua lengan Lu Yanting memeluk dengan erat pinggang Lanxi, dagunya bersandar di pundak dia, ujung hidung menempel di leher.

Napas hangatnya menyembur ke kulit leher dia yang putih, sentuhan ini membuat Lanxi menyusutkan lehernya, kulitnya merasakan merinding.

Lu Yanting adalah perayu ahli, hal ini dia sudah tahu dari dulu.

Gerakan dia ini lama, agresif, dan ada beberapa kekanak-kanakan dan merayu.

Lanxi berusaha supaya tidak peduli, tapi tubuhnya tidak bisa melakukan perlawanan.

“Kita akan baik-baik saja, em?” dia memeluk untuk waktu yang lama, akhirnya berkata seperti itu.

Mungkin karena postur seperti ini membangkitkan nafsunya, suara dia berbicara terdengar serak.

Rendah dan sexy.

Kata-kata ingin menempel di telinganya, saat dia berbicara, bibirnya menyentuh daun telinganya, sentuhan gelinya membuat leher Lanxi menegang lagi.

Dia tidak mengerti, mengapa Lu Yanting tiba-tiba membahas hal ini.

Karena belum mempertimbangkan, jadi tidak tahu bagaimana harus menjawab.

Lu Yanting memeluk Lanxi lama, tidak mendengar jawabannya.

Dia menggerakkan tanganya, mencubit pinggangnya: “Em? Kenapa tidak berbicara?”

Lu Yanting sudah lama tidak berhubungan harmonis seperti hari ini dengan dia .

Dulu dia merasa keinginannya banyak, sampai dia pergi bulan ini, dia baru sadar, sebenarnya dia bisa meninggalkan semuanya, asalkan dia di sisinya, semua akan baik-baik saja.

Walaupun dia masih arogan dan bandel, dia bersedia untuk terbiasa.

Asalkan tidak bercerai sudah bagus.

Dia tidak berpikir kalau dirinya suatu hari akan di rendahkan sampai tahap seperti ini oleh seorang wanita.

Tapi dia sekarang menyadari, satu hubungan tidak mungkin ada keseimbangan 100%.

Selalu harus ada yang berkorban banyak, dan ada yang harus berkorban sedikir, tidak mungkin bisa seimbang.

Supaya hubungan ini bisa terus berlanjut, dia rela menjadi orang yang berkorban banyak.

“Kesempatan terakhir, em?” Lanxi masih diam, Lu Yanting akhirnya menurunkan derajatnya lagi bertanya sekali lagi.

Dia benar-benar, ingin mendengar jawaban pasti dari mulutnya.

Mungkin karena sikap Lu Yanting terlalu merendah, atau mungkin karena terus di tanya sehingga habis kesabaran.

Akhirnya, Lanxi mengangguk, dengan santai memberikan satu jawaban:”Em.”

Walaupun hanya satu kata yang gampang, tapi sangat berharga untuk Lu Yanting.

Dia membalik badan Lanxi, menunduk, dengan tidak sabar menciumnya.

Lalu, memegang pinggangnya berjalan ke arah sofa.

Lanxi bagaimana mungkin tidak tahu apa yang diinginkannya, karena sudah pulang bersama dia, hal seperti ini tidak akan bisa dihindari, dia tahu dengan jelas.

Karena tidak bisa melawan, lebih baik menikmati.

Berpikir seperti ini, Lanxi menutup matanya, mengangkat tanganya dan meletakkan di leher dia.

Untuk Lu Yanting, bisa mendapatkan respon Lanxi adalah obat cinta yang baik.

Lalu, kedua orang ini tidak melihat tempat bermain di ruang tamu.

**

Hari kedua, Lanxi kembali bekerja di Dongjin.

Mungkin karena sudah lama tidak berada di ruang kerja, kali ini kembali, tubuh Lanxi merasa sangat segar.

Jika dikatakan memang aneh, sebelumnya dia tidak suka berbisnis, mengatakan ingin mengambil alih perusahaan hanya untuk membalas dendam ke Zhongzhi dan anak ibu licik itu, tapi sekarang tujuan sudah tercapai, dia malah mempunyai perasaan terhadap pekerjaan ini.

Menyelesaikan satu kasus, seperti mengandung satu anak, melihat kasus dari 0 menjadi bernilai, dari awal hingga akhir, menaiki setapak demi setapak, adalah proses yang sangat menarik.

Lanxi kembali, orang yang paling senang tentu saja Shu Ran.

Dia awalnya juga ditarik masuk oleh Lanxi, beberapa waktu ini walaupun kerja sama dengan Chen Zhen lumayan bagus, tapi dia selalu merasa ada yang kurang.

Sekarang Lanxi sudah pulang, rasa tidak nyamannya langsung hilang.

Pagi-pagi sekali, Shu Ran membeli sarapan dan kopi untuk di antar ke ruang kerja Lanxi.

Lanxi hari ini terburu-buru keluar rumah, memang belum sempat sarapan.

Sarapan Shu Ran ini diberikan disaat yang tepat.

Lanxi menerima kopi dan meminum seteguk, lalu menggigit sarapannya, “Wah, rasanya lumayan.”

Shu Ran:” Tuna mayonaise, aku tidak salah beli kan.”

Lanxi tertawa: “Boleh juga, tidak rugi aku mengajarimu, masih mengingat seleraku.”

Novel Terkait

Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu